Perempuan Tionghoa di Surabaya dalam pergerakan, 1862-1942

Gerakan Emansipasi perempuan yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah yang diinisiasi oleh R.A. Kartini. Bagaimanapun, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, permasalahan emansipasi ternyata juga dihadapi oleh perempuan Tionghoa. Pergerakan perempuan Tionghoa sekaligus menjadi bentuk g...

Full description

Bahasa: ind
Subjects:
Summary: Gerakan Emansipasi perempuan yang paling dikenal masyarakat Indonesia adalah yang diinisiasi oleh R.A. Kartini. Bagaimanapun, pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20, permasalahan emansipasi ternyata juga dihadapi oleh perempuan Tionghoa. Pergerakan perempuan Tionghoa sekaligus menjadi bentuk gerakan emansipasi dalam rangka menunjukkan kiprah perempuan di ruang publik. Hanya saja, kedua gerakan (perempuan Pribumi dan perempuan Tionghoa) emansipasi tersebut memiliki proses yang berbeda dalam hal cara mereka berjuang untuk memperoleh tempat di antara dominasi laki-laki. Lebih lanjut, buku ini membahas posisi perempuan Tionghoa dalam masyarakat Tionghoa di Indonesia yang juga kerap dikesampingkan. Budaya patriarki yang kuat membuat perempuan Tionghoa hanya melakukan aktivitas rumah tangga. Bahkan, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan juga sangat terbatas. Perkumpulan Hok Kian Kong Tik Soe menjadi awal terbentuknya kesadaran perempuan Tionghoa di Surabaya dalam pergerakan. Meski berada dalam perkumpulan yang didirikan dan didominasi oleh laki-laki Tionghoa, kiprah perempuan Tionghoa dalam perkumpulan tersebut telah menunjukkan kemajuan yang berarti. Kemajuan perempuan Tionghoa berikutnya ditandai dengan berdirinya perkumpulan khusus perempuan Dames Afdeeling sebagai cabang dari Hua Chiao Tsing Nien Hui (HCTNH) yang bertujuan untuk memperbaiki kedudukan perempuan Tionghoa. Namun demikian, berbagai kegiatan yang disuarakan perempuan Tionghoa seperti kongres, perlombaan, hingga kursus masih tidak bisa lepas dari campur tangan laki-laki Tionghoa. Buku yang membahas berbagai perkumpulan perempuan Tionghoa ini menjelaskan bahwa salah satu yang menjadi tanda keberhasilan perempuan Tionghoa untuk lepas dari dominasi laki-laki ditandai dengan berdirinya perkumpulan Hoedjin Hwee. Perkumpulan ini bertujuan memperjuangkan kehidupan perempuan Tionghoa dalam segala aspek terutama pendidikan. Secara umum, buku ini dibagi menjadi beberapa bagian yang menguraikan tahapan-tahapan perempuan Tionghoa dalam beraktivitas di ruang publik. Konsistensi perempuan Tionghoa baik turut bergabung maupun mendirikan perkumpulan perempuan Tionghoa telah membawa perubahan yang dinamis. Hal ini dapat dilihat dari munculnya beberapa tokoh perempuan Tionghoa terkemuka, baik di bidang pendidikan, olahraga, maupun kesenian. Bahkan, perempuan Tionghoa di Surabaya dipandang sebagai golongan pertama yang menyuarakan gerakan emansipasi bagi kaumnya. Rumusan yang menjadi masalah dalam penulisan ini sejatinya menjadi konflik pribadi dalam lingkup etnis Tionghoa. Pasalnya, kemajuan yang terus diperjuangkan dan dianggap baik bagi mayoritas perempuan Tionghoa ternyata adalah bentuk kemunduran dalam adat istiadat maupun tradisi etnis Tionghoa.
Physical Description: viii, 136 halaman ; 21 cm
Bibliography: Bibliografi : halaman 131-135
ISBN: 9786239449766