Aktivitas Antibakteri Ekstrak Tubuh Buah Coprinus comatus Terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus

Main Authors: Evita, Ellen, Ratnaningtyas, Nuniek Ina, Ryandini, Dini
Format: Article info application/pdf Journal
Bahasa: eng
Terbitan: Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman , 2020
Online Access: http://jos.unsoed.ac.id/index.php/bioe/article/view/1989
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/bioe/article/view/1989/1444
Daftar Isi:
  • Coprinus comatus merupakan salah satu jamur yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif. Ekstrak dari jamur ini sering digunakan pada bidang medis, seperti anti-kanker, anti-diabetes, dan penyakit kardiovaskular, namun masih belum ada informasi sebagai anti-bakteri. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui jenis pelarut yang menghasilkan rendemen tertinggi dan memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi terhadap E. coli dan S. aureus, mengetahui pengaruh umur simplisia terhadap aktivitas anti-bakteri, mengetahui konsentrasi terendah ekstrak tubuh buah C. comatus yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus, mengetahui aktivitas penghambatan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol terhadap E. coli dan S. aureus. Penelitian ini diawali dengan proses ekstraksi senyawa antibakteri dari C. comatus menggunakan metode maserasi. Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi yaitu pelarut etanol dan etil asetat. Pengujian aktivitas anti-bakteri ekstrak C. comatus dilakukan terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Uji aktivitas anti-bakteri menggunakan simplisia berumur 7 bulan yang telah disimpan di lemari pendingin dan dibandingkan dengan ekstrak dari simplisia berumur 4 minggu. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penggunaan pelarut dan konsentrasi ekstrak yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol memiliki rendemen lebih tinggi dari ekstrak etil asetat, namun aktivitas penghambatan ekstrak etil asetat lebih baik terhadap kedua bakteri dibandingkan ekstrak etanol. Simplisia berumur 4 minggu menunjukkan aktivitas penghambatan yang lebih baik dibandingkan simplisia berumur 7 bulan. Konsentrasi terendah yang dapat menghambat E. coli dan S. aureus adalah konsentrasi 6,75% dari kedua ekstrak. Secara umum lebih baik terhadap S. aureus lebih peka terhadap kedua ekstrak dibandingkan E. coli.
  • Tumbuhan, jamur, dan mikroba biasanya mengandung senyawa bioaktif. Jamur merupakan sumber utama senyawa bioaktif yang dapat ditumbuhkan dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu jamur yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif adalah Coprinus comatus, biasanya tumbuh sebagai jamur liar namun dapat dibudidayakan untuk bahan pangan (edible mushroom), namun masih jarang dibudidayakan di Indonesia. Ekstrak dari jamur ini sering digunakan pada bidang medis (medicinal mushroom),  seperti anti-kanker,  anti-diabetes,  dan penyakit  kardiovaskular.  Senyawa  antibakteri  dari C. comatus dapat diperoleh melalui proses ekstraksi, salah satunya yaitu maserasi. Beda pelarut yang digunakan, beda pula senyawa yang dapat terlarut. Senyawa antibakteri dapat bersifat spektrum luas dan spektrum sempit. Pelarut yang digunakan dalam maserasi yaitu pelarut etanol dan etil asetat. Bakteri Gram positif dan Gram negatif memiliki komposisi dinding sel yang berbeda sehingga memungkinkan memberikan respon yang berbeda. Bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus merupakan dua bakteri uji yang digunakan dalam pengujian ini. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pelarut yang menghasilkan rendemen dan memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi terhadap E. coli dan S. aureus, mengetahui konsentrasi terendah ekstrak tubuh buah C. comatus yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus, mengetahui penghambatan ekstrak etil asetat dan ekstrak etanol terhadap E. coli dan S. aureus. Uji penghambatan menggunakan simplisia berumur 7 bulan yang telah disimpan di lemari pendingin dan dibandingkan dengan ekstrak dari simplisia berumur 4 minggu. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penghambatan dari dua umur ekstrak simplisia karena pengaruh penyimpanan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental menggunakan rancangan penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan penggunaan pelarut yang berbeda untuk ekstraksi yaitu etil asetat dan etanol. Pengaruh konsentrasi ekstrak yang berbeda digunakan pula terhadap pertumbuhan E. coli dan S. aureus, masing-masing dengan 3 kali ulangan. Jumlah unit percobaan adalah 30 untuk masing-masing bakteri. Ekstrak etanol memiliki rendemen lebih tinggi  dari ekstrak etil asetat, namun penghambatan ekstrak etil asetat lebih baik terhadap kedua bakteri dibandingkan ekstrak etanol. Simplisia berumur 4 minggu lebih  baik  penghambatannya  terhadap  simplisia  berumur  7  bulan.  Konsentrasi  6,75%  dari  kedua  ekstrak  merupakan konsentrasi penghambatan terrendah yang dapat menghambat E. coli dan S. aureus. Penghambatan ekstrak secara umum lebih baik terhadap S. aureus dibandingkan E. coli.