Pengelolaan Air Pada Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Tanah Vertisol

Main Author: Rahmianna, Agustina Asri; Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi , 2008
Subjects:
Online Access: http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621/7452
ctrlnum article-8621
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title lang="en-US">Pengelolaan Air Pada Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Tanah Vertisol</title><creator>Rahmianna, Agustina Asri; Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian</creator><subject lang="en-US"/><subject lang="en-US">Glycine max;pengelolaan air;Vertisol;lahan sawah</subject><description lang="en-US">Luas tanah Vertisol di Indonesia adalah 832.000 ha, sekitar 350.000 ha merupakan lahan sawah terdapat di P. Jawa dan digunakan untuk budidaya kedelai. Tanah Vertisol mengandung antara 30&#x2013;95% lempung dengan tipe 2:1; akan mengembang bila basah dan mengkerut, keras, mampat dan pecah membentuk bongkahan dan retakan bila kering. Sifat fisik tanah tersebut menyebabkan kisaran tingkat ketersediaan lengas tanah antara kekeringan dan kelebihan air menjadi sempit sehingga pengelolaan fisik lahan merupakan fungsi dari status lengas tanah. Hasil kedelai pada lahan sawah Vertisol berpeluang ditingkatkan dengan pengelolaan lengas tanah. Nilai kritis kandungan lengas tanah Vertisol untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif kedelai sekitar 50% dari kapasitas lapang atau pF 3,3. Sedangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif mencapai maksimal pada saat kandungan lengas tanah antara 75% hingga 87,8% air tersedia. Di lapang, kondisi tersebut sangat sulit dicapai secara tepat, namun bisa didekati dengan pengairan paling tidak setiap 10 hari sekali selama pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak layu, tidak kerdil, tidak terserang gejala khlorosis serta banyak membentuk polong. Hasil penelitian pada musim kemarau menunjukkan hasil tinggi dengan tiga kali pengairan (pada saat tanam, awal berbunga dan pengisian polong) apabila masih ada hujan atau empat kali pengairan tanpa adanya hujan. Praktek ini memberikan hasil biji kedelai tinggi (3,13 t/ha), namun petani enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk 4 atau 5x pengairan karena biaya bisa melebihi 30% dari total biaya produksi. Sedangkan budidaya kedelai pada musim hujan di lahan sawah tadah hujan mutlak memerlukan saluran drainase sebagai sarana pematusan lahan. Berhubung jumlah curah hujan tidak bisa diduga dan di sisi lain kadar lengas tanah optimal untuk pertumbuhan vegetatif, generatif dan hasil biji adalah antara 75&#x2013;87,8%AT maka lebar bedengan atau jarak antar saluran drainase antara 3 hingga 4 m disarankan untuk dilakukan dengan pengalaman hasil biji yang diperoleh sama dengan kedelai yang ditanam pada bedengan yang lebih sempit.</description><publisher lang="en-US">Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi</publisher><contributor lang="en-US"/><date>2008-10-01</date><type>Journal:Article</type><type>Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion</type><type>Other:</type><type>File:application/pdf</type><identifier>http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621</identifier><identifier>10.21082/bul palawija.v0n4.2002.p58-66</identifier><source lang="en-US">Buletin Palawija; No 4 (2002): Buletin Palawija No 4, 2002; 58-66</source><source>1693-1882</source><language>eng</language><relation>http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621/7452</relation><rights lang="en-US">Copyright (c) 2018 Buletin Palawija</rights><recordID>article-8621</recordID></dc>
language eng
format Journal:Article
Journal
Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Other
Other:
File:application/pdf
File
Journal:eJournal
author Rahmianna, Agustina Asri; Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian
title Pengelolaan Air Pada Budidaya Kedelai di Lahan Sawah Tanah Vertisol
publisher Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi
publishDate 2008
topic Glycine max
pengelolaan air
Vertisol
lahan sawah
url http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/bulpa/article/view/8621/7452
contents Luas tanah Vertisol di Indonesia adalah 832.000 ha, sekitar 350.000 ha merupakan lahan sawah terdapat di P. Jawa dan digunakan untuk budidaya kedelai. Tanah Vertisol mengandung antara 30–95% lempung dengan tipe 2:1; akan mengembang bila basah dan mengkerut, keras, mampat dan pecah membentuk bongkahan dan retakan bila kering. Sifat fisik tanah tersebut menyebabkan kisaran tingkat ketersediaan lengas tanah antara kekeringan dan kelebihan air menjadi sempit sehingga pengelolaan fisik lahan merupakan fungsi dari status lengas tanah. Hasil kedelai pada lahan sawah Vertisol berpeluang ditingkatkan dengan pengelolaan lengas tanah. Nilai kritis kandungan lengas tanah Vertisol untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif kedelai sekitar 50% dari kapasitas lapang atau pF 3,3. Sedangkan pertumbuhan vegetatif dan generatif mencapai maksimal pada saat kandungan lengas tanah antara 75% hingga 87,8% air tersedia. Di lapang, kondisi tersebut sangat sulit dicapai secara tepat, namun bisa didekati dengan pengairan paling tidak setiap 10 hari sekali selama pertumbuhan tanaman sehingga tanaman tidak layu, tidak kerdil, tidak terserang gejala khlorosis serta banyak membentuk polong. Hasil penelitian pada musim kemarau menunjukkan hasil tinggi dengan tiga kali pengairan (pada saat tanam, awal berbunga dan pengisian polong) apabila masih ada hujan atau empat kali pengairan tanpa adanya hujan. Praktek ini memberikan hasil biji kedelai tinggi (3,13 t/ha), namun petani enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk 4 atau 5x pengairan karena biaya bisa melebihi 30% dari total biaya produksi. Sedangkan budidaya kedelai pada musim hujan di lahan sawah tadah hujan mutlak memerlukan saluran drainase sebagai sarana pematusan lahan. Berhubung jumlah curah hujan tidak bisa diduga dan di sisi lain kadar lengas tanah optimal untuk pertumbuhan vegetatif, generatif dan hasil biji adalah antara 75–87,8%AT maka lebar bedengan atau jarak antar saluran drainase antara 3 hingga 4 m disarankan untuk dilakukan dengan pengalaman hasil biji yang diperoleh sama dengan kedelai yang ditanam pada bedengan yang lebih sempit.
id IOS151.article-8621
institution Kementrian Pertanian
institution_id 72
institution_type library:special
library
library Perpustakaan Kementrian Pertanian
library_id 123
collection Buletin Palawija
repository_id 151
city JAKARTA SELATAN
province DKI JAKARTA
repoId IOS151
first_indexed 2018-03-09T18:19:37Z
last_indexed 2018-03-09T18:19:37Z
recordtype dc
_version_ 1722436551816773632
score 17.610544