Palu dan Godam Melawan Keangkuhan: Kisah di Balik Permohonan Maaf pada Korban Pelanggaran HAM Peristiwa 1965-1966
Main Author: | Rusdy Mastura |
---|---|
Format: | Book |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Rayyana Komunikasindo
, 2016
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://perpustakaan.komnasham.go.id/opackomnas/index.php?p=show_detail&id=11461 http://perpustakaan.komnasham.go.id/opackomnas/lib/phpthumb/phpThumb.php?src=../../images/docs/8136.jpg.jpg |
Daftar Isi:
- Tak bisa dipungkiri bahwa banyak dari para (keluarga) korban peristiwa 1965-1966 di negeri ini yang masih menderita, secara lahir maupun batin. Tak terkecuali di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Mereka terjerat oleh stigma yang membuatnya terpenjara di tengah kota. Mereka hidup, tetapi seperti tak hidup karena hak asasi manusia (HAM) mereka sejak lama terampas. Sebagian besar dari mereka tak lagi memikirkan politik. Bagi mereka urusan dasar HAM saja sudah sangat sulit mereka capai. Satu hal yang mereka perjuangkan adalah rehabilitasi. Banyak di antara mereka yang sebenarnya bukan pelaku, terlanjur dihukum.Langkah berani dilakukan oleh Rusdy Mastura, penulis buku ini. Ia lawan "keangkuhan" sejarah dengan meminta maaf kepada keluarga korban pelanggaran HAM peristiwa 1965-1966. Inilah salah satu jalan rekonsiliasi. Dengan kekuasaannya sebagai walikota, Rusdy mengambil sejumlah kebijakan hukum yang dapat mengangkat harkat dan martabat mereka sejajar sebagai sesama manusia. Dialah satu-satunya pemimpin politik di Indonesia mulai dari presiden hingga bupati yang melakukan langkah kemanusiaan seperti ini. Tak heran kalau sejumlah pihak memberikan apresiasi.Cudi, panggilan akrab Rusdy Mastura, adalah lelaki kelahiran Palu, 8 Februari 1950. Ia menjadi Walikota Palu selama dua periode (2005-2015).
- xi, 332 halaman; 21 x 14 cm.