Hubungan Beban Kerja Dengan Sindrom Mata Kering Pada Pemandu Lalu Lintas Udara Di Bandara Soekarno Hatta = The Association of Workload and Dry Eye Syndrome In Air Traffic Controller At Soekarno Hatta Airport

Main Author: Oktavidal Felani Putra
Format: Book xvi, 70 hlm., 21cm x 30cm
Bahasa: ind
Terbitan: Program Studi Kedokteran Penerbangan , 2017
Subjects:
ATC
Online Access: http://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/index.php?p=show_detail&id=23292
ctrlnum slims-23292
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title>Hubungan Beban Kerja Dengan Sindrom Mata Kering Pada Pemandu Lalu Lintas Udara Di Bandara Soekarno Hatta = The Association of Workload and Dry Eye Syndrome In Air Traffic Controller At Soekarno Hatta Airport .</title><creator>Oktavidal Felani Putra</creator><subject>ATC</subject><subject>Job Position</subject><subject>Visual Disorders</subject><subject>Dry Eye Syndrome</subject><publisher>Program Studi Kedokteran Penerbangan</publisher><date>2017</date><language>ind</language><type>Book:Book</type><identifier>http://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/index.php?p=show_detail&amp;id=23292</identifier><identifier>T17327fk</identifier><description>Latar Belakang : Beban kerja pada pemandu lalu lintas udara dengan penggunaan layar VDT dapat menimbulkan risiko sindrom mata kering yang dapat mengganggu fungsi penglihatan sehingga berisiko menurunkan keselamatan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat prevalensi sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta beserta faktorfaktor risiko yang berhubungan. Metode : Desain penelitian menggunakan potong lintang dengan total sampling. Dilakukan pada pemandu lalu lintas udara unit controller ( ACC dan APP ) di bandara Soekarno Hatta. Sindrom Mata Kering diukur menggunakan dua macam pemeriksaan, yaitu secara subjektif dengan menggunakan kuesioner Occular Surface Dissease Index ( OSDI) dan secara objektif dengan menggunakan tes schirmer. Variabel yang dianalisis adalah Usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, jumlah pesawat yang ditangani 1 hari, merokok, gangguan fungsi penglihatan. Hasil : Dari 316 PLLU unit controller hanya 134 responden yang bersedia mengikuti penelitian dan 124 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan prevalensi sindrom mata kering 60,5 % dengan mayoritas adalah derajat ringan sebesar 33,1%. Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom mata kering adalah jabatan dan gangguan fungsi penglihatan. Jika dibandingkan dengan PLLU dengan jabatan supervisor (pengawas ) maka PLLU dengan jabatan senior yang memang tugasnya adalah sebagai pelaksana di ACC dan APP lebih cenderung sindrom mata kering [ Odd Ratio (OR) = 3,54 ; 95 % interval kepercayaan (IK) 1,44 -8,71; nilai p = 0,006 dan gangguan fungsi penglihatan dengan sindrom mata kering menunjukkan hasil analisis multivariate OR) = 0,44; 95% interval kepercayaan (IK) = 0,20-0,96; nilai p=0,038]. Simpulan : Jabatan dan gangguan fungsi penglihatan berhubungan dengan terjadinya sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta. Kata Kunci : Jabatan, gangguan fungsi penglihatan, sindrom mata kering, PLLU Background : Workload of the Air Traffic Controller using a VDT can increase the incidence of dry eye syndrome and lead to limitation of the visual capacity ,this condition can decrease the flight safety. Methods : The design of the study was Cross sectional with total sampling of all Air Traffic Controller ACC and APP unit in Soekarno Hatta Airport. Two type of measurements was used to identify dry eye syndrome, using Ocular Surface Disease Index ( OSDI ) questionnaire for subjective and Schirmer Test as the objective test. Variables included were age, sex, job position, length of service, number of aircrafts handled in one day, smoking, visual disorders. Results : From 316 Air Traffic Controllers only 134 were willing to participate and only 124 respondents meet the inclusion criterias. The prevalence of dry eye syndrome among ATC is 60,5%, mostly ( 33,1% ) is mild dry eye syndrome. The dominant factors that associated with dry eye syndrome in ATC were job position and the visual disorders. Senior controllers have a 3,54 higher risk to get dry eye syndrome compared to supervisors [ Odd Ratio (OR) = 3,54 ; 95 % (IC) 1,44 -8,71; p = 0,006 ] and the visual disorders associated with dry eye syndrome (OR) = 0,44; 95% (IC) = 0,20-0,96; p=0,038]. Conclusions : Job Position and visual disorders were with dry eye syndrome in Air Traffic Controller at Soekarno Hatta Airport. Keywords : Job Position, Visual Disorders , Dry Eye Syndrome, ATC</description><coverage>Jakarta</coverage><type>Other:xvi, 70 hlm., 21cm x 30cm</type><subject>NONE</subject><image>http://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/images/default/image.png</image><recordID>slims-23292</recordID></dc>
language ind
format Book:Book
Book
Other:xvi, 70 hlm., 21cm x 30cm
Other
author Oktavidal Felani Putra
title Hubungan Beban Kerja Dengan Sindrom Mata Kering Pada Pemandu Lalu Lintas Udara Di Bandara Soekarno Hatta = The Association of Workload and Dry Eye Syndrome In Air Traffic Controller At Soekarno Hatta Airport
publisher Program Studi Kedokteran Penerbangan
publishDate 2017
topic ATC
Job Position
Visual Disorders
Dry Eye Syndrome
NONE
url http://perpustakaan.fk.ui.ac.id/new-opac/index.php?p=show_detail&id=23292
contents Latar Belakang : Beban kerja pada pemandu lalu lintas udara dengan penggunaan layar VDT dapat menimbulkan risiko sindrom mata kering yang dapat mengganggu fungsi penglihatan sehingga berisiko menurunkan keselamatan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat prevalensi sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta beserta faktorfaktor risiko yang berhubungan. Metode : Desain penelitian menggunakan potong lintang dengan total sampling. Dilakukan pada pemandu lalu lintas udara unit controller ( ACC dan APP ) di bandara Soekarno Hatta. Sindrom Mata Kering diukur menggunakan dua macam pemeriksaan, yaitu secara subjektif dengan menggunakan kuesioner Occular Surface Dissease Index ( OSDI) dan secara objektif dengan menggunakan tes schirmer. Variabel yang dianalisis adalah Usia, jenis kelamin, jabatan, masa kerja, jumlah pesawat yang ditangani 1 hari, merokok, gangguan fungsi penglihatan. Hasil : Dari 316 PLLU unit controller hanya 134 responden yang bersedia mengikuti penelitian dan 124 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Didapatkan prevalensi sindrom mata kering 60,5 % dengan mayoritas adalah derajat ringan sebesar 33,1%. Faktor-faktor dominan yang berhubungan dengan sindrom mata kering adalah jabatan dan gangguan fungsi penglihatan. Jika dibandingkan dengan PLLU dengan jabatan supervisor (pengawas ) maka PLLU dengan jabatan senior yang memang tugasnya adalah sebagai pelaksana di ACC dan APP lebih cenderung sindrom mata kering [ Odd Ratio (OR) = 3,54 ; 95 % interval kepercayaan (IK) 1,44 -8,71; nilai p = 0,006 dan gangguan fungsi penglihatan dengan sindrom mata kering menunjukkan hasil analisis multivariate OR) = 0,44; 95% interval kepercayaan (IK) = 0,20-0,96; nilai p=0,038]. Simpulan : Jabatan dan gangguan fungsi penglihatan berhubungan dengan terjadinya sindrom mata kering pada pemandu lalu lintas udara di bandara Soekarno Hatta. Kata Kunci : Jabatan, gangguan fungsi penglihatan, sindrom mata kering, PLLU Background : Workload of the Air Traffic Controller using a VDT can increase the incidence of dry eye syndrome and lead to limitation of the visual capacity ,this condition can decrease the flight safety. Methods : The design of the study was Cross sectional with total sampling of all Air Traffic Controller ACC and APP unit in Soekarno Hatta Airport. Two type of measurements was used to identify dry eye syndrome, using Ocular Surface Disease Index ( OSDI ) questionnaire for subjective and Schirmer Test as the objective test. Variables included were age, sex, job position, length of service, number of aircrafts handled in one day, smoking, visual disorders. Results : From 316 Air Traffic Controllers only 134 were willing to participate and only 124 respondents meet the inclusion criterias. The prevalence of dry eye syndrome among ATC is 60,5%, mostly ( 33,1% ) is mild dry eye syndrome. The dominant factors that associated with dry eye syndrome in ATC were job position and the visual disorders. Senior controllers have a 3,54 higher risk to get dry eye syndrome compared to supervisors [ Odd Ratio (OR) = 3,54 ; 95 % (IC) 1,44 -8,71; p = 0,006 ] and the visual disorders associated with dry eye syndrome (OR) = 0,44; 95% (IC) = 0,20-0,96; p=0,038]. Conclusions : Job Position and visual disorders were with dry eye syndrome in Air Traffic Controller at Soekarno Hatta Airport. Keywords : Job Position, Visual Disorders , Dry Eye Syndrome, ATC
id IOS16788.slims-23292
institution Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
affiliation hellis.onesearch.id
institution_id 7109
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
library_id 5200
collection Katalog Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
repository_id 16788
city JAKARTA PUSAT
province DKI JAKARTA
repoId IOS16788
first_indexed 2022-03-16T03:42:44Z
last_indexed 2022-03-16T03:42:44Z
recordtype dc
_version_ 1727428400353640448
score 17.608969