Hubungan keberadaan pengawas menelan obat dengan keteraturan minum obat penderita TB paru di Kabupaten Kerinci tahun 2001

Main Authors: Armaidi Darmawan, author, Add author: Sudarto Ronoatmodjo, supervisor
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Universitas Indonesia , 2002
Subjects:
Online Access: http://lontar.ui.ac.id/detail?id=70954
ctrlnum 70954
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><type>Thesis:Masters</type><title>Hubungan keberadaan pengawas menelan obat dengan keteraturan minum obat penderita TB paru di Kabupaten Kerinci tahun 2001</title><creator>Armaidi Darmawan, author</creator><creator>Add author: Sudarto Ronoatmodjo, supervisor</creator><publisher>Universitas Indonesia</publisher><date>2002</date><subject>Tuberculosis</subject><description>Program penanggulangan tuberkulosis (TB) nasional dengan strategi Directly Observed Treatment Shorrcourse (DOTS) yang mengandung Pengawas Menelan Obat (PMO) semenjak tahun 1995 telah berhasil baik dan setelah 3 tahun berjalan angka kesembuhan penderita lebih dari 85%. Di kabupaten Kerinci strategi DOTS dimulai sejak tahun 1998, tiga tahun sampai tahun 2001 belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dimana angka konsumsi yang rendah dan angka kesembuhan hanya 41%. Faktor ketidak teraturan minum obat merupakan salah satu penyebab kegagalan program penanggulangan TB paru. Sejak 1998 strategi DOTS yang mengandung komponen PMO di kabupaten Kerinci sudah diterapkan. Namun bagaimana hubungan PMO tersebut dengan keteraturan penderita TB paru minum obat dan mengapa penderita teratur atau tidak teratur belum diketahui. Untuk ini studi kasus kontrol bersamaan dengan kualitatif Foccus Group Discussion (FOD) ini dilaksanakan Sampel adalah penderita TB paru berusia 15 tahun keatas yang telah selesai atau putus berobat di puslesrnas kabupaten Kerinci sejak 1 Januari sampai 31 Desember 2001. Jumlah sampel adalah 194 penderita dengan 97 kasus dan 97 kontrol. Lima kelompok FGD dengan 42 informan, baik dari kelompok kasus maupun kontrol telah membetikan inforrnasinya tentang sebab-sebab ketidak teraturan minum obat. Kasus adalah penderita sampel yang tidak minum obat 3 hari atau lebih pada fase awal dan atau 7 hari atau Iebih pada fase lanjutan, dimana lama penyelesaian minum obat kategori 1 lebih dari 6 bulan 10 hari. Dengan logistik regresi multipel dan contens analysis, hasil signifikan dimana penderita yang tidak mempunyai PMO selama minum obat berisiko 2,68 kali lipat dibanding yang mempunvai PMO (OR:2,6 %: 95&#xB0;%f%CI: l,4G-4,94;p:0.00I ). Keberadaan PMO di kabupaten Kerinci masih diperlukan, penyuluhan tentang TB paru secara komprehensif dengan durasi yang cukup dan frekuensi yang lebih sering untuk mengantisipasi berhentinya penderita karena tidak mengerti dengan penyakit TB dan program pengobatannya. Diperlukan penanganan khusus ESO yang timbul agar tidak menjadi alasan penderita untuk berhenti minum obat. Daftar Pustaka 42 : (1990 - 2002) &lt;hr&gt;&lt;i&gt;The National Tuberculosis Programs (NTP) adopted the Directly Observed Treatment Short course (DOTS) strategy. Treatment observer is one of the live components of DOTS. It has applied to the treatment observer as from 1995. A good result with high cure rate more than 85% has been achieved so far. DOTS strategy has been implemented since 1998 in the Kerinci district, however, the conversion rate was still low and cure rate were just 41% in 2001. The irregularity of drug consuming TB drugs is one of the failures of the national tuberculosis programs. Since 1998 the DOTS strategy has been applied in Kerinci district, however, the relation of treatment observer and the patient regularly or irregularly consuming TB drug is not known yet. For this purpose, a case control study and focus group discussion (FGD) were carried out. The samples were the tuberculosis patients of 15 years old or more who had completed the treatment or defaulted. They are cases treated with category-1 in the community health center since 1 January to 31 Decembe,2001. The total sample taken was 194, where 97 of them are cases and 97 as controls. Five FGD were performed. The total of 42 informants as case and control were attending the FGD and contributed information. The criteria of the cases are those samples who did not consume medicine for 3 days more during intensive phase and or 7 days for intermittent phase and the duration of treatment was six months and ten days or more. Logistic regression multivariate method and content analysis were used for data analysis purpose, and the significant result was obtained. Where the patient without treatment observer has 2.68 times risk of irregularity of consuming TB drug compared with accompanied by the treatment observer (OR: 2.68, 95% CI: 1.46-4.94, p: 0.001). The treatment observer is really required in Kerinci district, A comprehensive counseling on tuberculosis on regular base for quite some time is required to anticipate the drop out from treatment. Most of the patients do not understand about tuberculosis and the treatment procedure. Special action has to be taken w treat the side effect in order to prevent from self stopping TB treatment.&lt;/i&gt;</description><identifier>http://lontar.ui.ac.id/detail?id=70954</identifier><recordID>70954</recordID></dc>
format Thesis:Masters
Thesis
Thesis:Bachelors
author Armaidi Darmawan, author
Add author: Sudarto Ronoatmodjo, supervisor
title Hubungan keberadaan pengawas menelan obat dengan keteraturan minum obat penderita TB paru di Kabupaten Kerinci tahun 2001
publisher Universitas Indonesia
publishDate 2002
topic Tuberculosis
url http://lontar.ui.ac.id/detail?id=70954
contents Program penanggulangan tuberkulosis (TB) nasional dengan strategi Directly Observed Treatment Shorrcourse (DOTS) yang mengandung Pengawas Menelan Obat (PMO) semenjak tahun 1995 telah berhasil baik dan setelah 3 tahun berjalan angka kesembuhan penderita lebih dari 85%. Di kabupaten Kerinci strategi DOTS dimulai sejak tahun 1998, tiga tahun sampai tahun 2001 belum memperlihatkan hasil yang memuaskan dimana angka konsumsi yang rendah dan angka kesembuhan hanya 41%. Faktor ketidak teraturan minum obat merupakan salah satu penyebab kegagalan program penanggulangan TB paru. Sejak 1998 strategi DOTS yang mengandung komponen PMO di kabupaten Kerinci sudah diterapkan. Namun bagaimana hubungan PMO tersebut dengan keteraturan penderita TB paru minum obat dan mengapa penderita teratur atau tidak teratur belum diketahui. Untuk ini studi kasus kontrol bersamaan dengan kualitatif Foccus Group Discussion (FOD) ini dilaksanakan Sampel adalah penderita TB paru berusia 15 tahun keatas yang telah selesai atau putus berobat di puslesrnas kabupaten Kerinci sejak 1 Januari sampai 31 Desember 2001. Jumlah sampel adalah 194 penderita dengan 97 kasus dan 97 kontrol. Lima kelompok FGD dengan 42 informan, baik dari kelompok kasus maupun kontrol telah membetikan inforrnasinya tentang sebab-sebab ketidak teraturan minum obat. Kasus adalah penderita sampel yang tidak minum obat 3 hari atau lebih pada fase awal dan atau 7 hari atau Iebih pada fase lanjutan, dimana lama penyelesaian minum obat kategori 1 lebih dari 6 bulan 10 hari. Dengan logistik regresi multipel dan contens analysis, hasil signifikan dimana penderita yang tidak mempunyai PMO selama minum obat berisiko 2,68 kali lipat dibanding yang mempunvai PMO (OR:2,6 %: 95°%f%CI: l,4G-4,94;p:0.00I ). Keberadaan PMO di kabupaten Kerinci masih diperlukan, penyuluhan tentang TB paru secara komprehensif dengan durasi yang cukup dan frekuensi yang lebih sering untuk mengantisipasi berhentinya penderita karena tidak mengerti dengan penyakit TB dan program pengobatannya. Diperlukan penanganan khusus ESO yang timbul agar tidak menjadi alasan penderita untuk berhenti minum obat. Daftar Pustaka 42 : (1990 - 2002) <hr><i>The National Tuberculosis Programs (NTP) adopted the Directly Observed Treatment Short course (DOTS) strategy. Treatment observer is one of the live components of DOTS. It has applied to the treatment observer as from 1995. A good result with high cure rate more than 85% has been achieved so far. DOTS strategy has been implemented since 1998 in the Kerinci district, however, the conversion rate was still low and cure rate were just 41% in 2001. The irregularity of drug consuming TB drugs is one of the failures of the national tuberculosis programs. Since 1998 the DOTS strategy has been applied in Kerinci district, however, the relation of treatment observer and the patient regularly or irregularly consuming TB drug is not known yet. For this purpose, a case control study and focus group discussion (FGD) were carried out. The samples were the tuberculosis patients of 15 years old or more who had completed the treatment or defaulted. They are cases treated with category-1 in the community health center since 1 January to 31 Decembe,2001. The total sample taken was 194, where 97 of them are cases and 97 as controls. Five FGD were performed. The total of 42 informants as case and control were attending the FGD and contributed information. The criteria of the cases are those samples who did not consume medicine for 3 days more during intensive phase and or 7 days for intermittent phase and the duration of treatment was six months and ten days or more. Logistic regression multivariate method and content analysis were used for data analysis purpose, and the significant result was obtained. Where the patient without treatment observer has 2.68 times risk of irregularity of consuming TB drug compared with accompanied by the treatment observer (OR: 2.68, 95% CI: 1.46-4.94, p: 0.001). The treatment observer is really required in Kerinci district, A comprehensive counseling on tuberculosis on regular base for quite some time is required to anticipate the drop out from treatment. Most of the patients do not understand about tuberculosis and the treatment procedure. Special action has to be taken w treat the side effect in order to prevent from self stopping TB treatment.</i>
id IOS18064.70954
institution Universitas Indonesia
institution_id 51
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Indonesia
library_id 492
collection Repository Skripsi (open) Universitas Indonesia
repository_id 18064
city KOTA DEPOK
province JAWA BARAT
repoId IOS18064
first_indexed 2022-12-13T09:14:15Z
last_indexed 2022-12-13T09:14:15Z
recordtype dc
merged_child_boolean 1
_version_ 1752205529538625536
score 17.204819