Demokrasi dialogis dalam pemikiran Anthony Giddens

Main Authors: Beresaby, Rheinatus Alfonsus, author, Add author: Alois Agus Nugroho, supervisor
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia , 2004
Online Access: http://lontar.ui.ac.id/detail?id=94345
ctrlnum 94345
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><type>Thesis:Masters</type><title>Demokrasi dialogis dalam pemikiran Anthony Giddens</title><creator>Beresaby, Rheinatus Alfonsus, author</creator><creator>Add author: Alois Agus Nugroho, supervisor</creator><publisher>Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia</publisher><date>2004</date><subject/><description>Berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini sebagai konsekuensi dart modernitas telah mengubah wajah kehidupan manusia dewasa ini. kehidupan yang semakin global, masyarakat yang mempertanyakan kembali tradisi (detradisionalisasi), dan alam yang diciptakan oleh manusia (denaturalisasi) merupakan gajala yang muncul akibat dart; bagaimana manusia memaknai dan menata ruang dan waktu; tercabutnya manusia dart kelokalannya; dan semakin tinggi refleksifitas sosial. Gejala di atas, menurut Anthony Giddens, telah memunculkan persoalanpersoalan dunia saat ini. Optimisme Francis Fukuyama akan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik, menyusul runtuhnya sosialisme komunisme (Uni Sovyet) terasa hambar kelika kita menyaksikan berbagai persoalan dewasa ini. Peristiwaperistiwa kekerasan akibat terorisme telah menggantikan rasa tidak arnan akibat perang nuklir (tema yang mewarnai perang dingin). Semakin meningkatnya popularitas World Social Forum (WSF) dalam pertarungannya dengan World Trade Organization (WTO) dalam bidang ekonomi, membuat kita harus mepertanyakan kembali bahwa apakah runtulmya Uni Sovyet berarti dengan sendirinya kemenangan kapitalisme liberal ? Benturan peradaban (class of civilization) yang dikemukakan Samuel Hatington, merupakan salah satu saja. Giddens mencatat ada empat potensi konflik yang bisa muncul ke permukaan. Keempat potensi tersebut adalah : polarisasi ekonomi; penolakan hak-hak demokratis; ancaman perang berskala besar; ancaman ekologis akibat industrialisasi. Mengliadapi persoalan tersebut, Giddens masih menaruh harapan pada demokrasi. Namun, Giddens tidak ingin terjebak dalam pengertian sempit, dimana demokrasi hanya persoalan bagaimana mendapatkan pimpinan politik melalui sebuah pemilihan umum yang demokratis. Ingat bahwa kemenangan Hitler dan Nazi pada tahun 1933 menjadi bukti bahwa pemilu juga bisa menghasilkan totalitarianisme. Bagi Giddens, yang paling penting adalah bagaimana masyarakat dapat menata hubungan dialogis antar individu maupun kelompok dalam masyarakat. Oleh karena itu, upaya demokratisasi demokrasi harus melalui demokrasi dialog. Bagi Giddens sumbangan penting dart demokrasi adalah bagaimana membangun hubungan dialogis yang didasarkan oleh trust antar sesama indivudu atau kelompok. Dialog yang dimaksudkan disini, bukan sekedar komunikasi seperti yang ditawarkan Habermas. Kalau Habermas menggunakan komunikasi dalam rangka emansipasipatoris sedangkan dialog dimaksudkan sebagai upaya memperkuat solidaritas antar masyarakat. Demokrasi dialog bagi Giddens harus didasarkan atas kepercayaan (trust). Trust merupakan sesuatu yang diusahakan secara aktiv. Namun tidak hanya demokrasi mengandaikan trust, tapi juga sebalikya. Artinya, demokrasi dialog didasarkan pada trust. Sebaliknya, trust diperkuat lewat dialog yang berulang.</description><identifier>http://lontar.ui.ac.id/detail?id=94345</identifier><recordID>94345</recordID></dc>
format Thesis:Masters
Thesis
Thesis:Bachelors
author Beresaby, Rheinatus Alfonsus, author
Add author: Alois Agus Nugroho, supervisor
title Demokrasi dialogis dalam pemikiran Anthony Giddens
publisher Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
publishDate 2004
url http://lontar.ui.ac.id/detail?id=94345
contents Berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini sebagai konsekuensi dart modernitas telah mengubah wajah kehidupan manusia dewasa ini. kehidupan yang semakin global, masyarakat yang mempertanyakan kembali tradisi (detradisionalisasi), dan alam yang diciptakan oleh manusia (denaturalisasi) merupakan gajala yang muncul akibat dart; bagaimana manusia memaknai dan menata ruang dan waktu; tercabutnya manusia dart kelokalannya; dan semakin tinggi refleksifitas sosial. Gejala di atas, menurut Anthony Giddens, telah memunculkan persoalanpersoalan dunia saat ini. Optimisme Francis Fukuyama akan kehidupan masyarakat dunia yang lebih baik, menyusul runtuhnya sosialisme komunisme (Uni Sovyet) terasa hambar kelika kita menyaksikan berbagai persoalan dewasa ini. Peristiwaperistiwa kekerasan akibat terorisme telah menggantikan rasa tidak arnan akibat perang nuklir (tema yang mewarnai perang dingin). Semakin meningkatnya popularitas World Social Forum (WSF) dalam pertarungannya dengan World Trade Organization (WTO) dalam bidang ekonomi, membuat kita harus mepertanyakan kembali bahwa apakah runtulmya Uni Sovyet berarti dengan sendirinya kemenangan kapitalisme liberal ? Benturan peradaban (class of civilization) yang dikemukakan Samuel Hatington, merupakan salah satu saja. Giddens mencatat ada empat potensi konflik yang bisa muncul ke permukaan. Keempat potensi tersebut adalah : polarisasi ekonomi; penolakan hak-hak demokratis; ancaman perang berskala besar; ancaman ekologis akibat industrialisasi. Mengliadapi persoalan tersebut, Giddens masih menaruh harapan pada demokrasi. Namun, Giddens tidak ingin terjebak dalam pengertian sempit, dimana demokrasi hanya persoalan bagaimana mendapatkan pimpinan politik melalui sebuah pemilihan umum yang demokratis. Ingat bahwa kemenangan Hitler dan Nazi pada tahun 1933 menjadi bukti bahwa pemilu juga bisa menghasilkan totalitarianisme. Bagi Giddens, yang paling penting adalah bagaimana masyarakat dapat menata hubungan dialogis antar individu maupun kelompok dalam masyarakat. Oleh karena itu, upaya demokratisasi demokrasi harus melalui demokrasi dialog. Bagi Giddens sumbangan penting dart demokrasi adalah bagaimana membangun hubungan dialogis yang didasarkan oleh trust antar sesama indivudu atau kelompok. Dialog yang dimaksudkan disini, bukan sekedar komunikasi seperti yang ditawarkan Habermas. Kalau Habermas menggunakan komunikasi dalam rangka emansipasipatoris sedangkan dialog dimaksudkan sebagai upaya memperkuat solidaritas antar masyarakat. Demokrasi dialog bagi Giddens harus didasarkan atas kepercayaan (trust). Trust merupakan sesuatu yang diusahakan secara aktiv. Namun tidak hanya demokrasi mengandaikan trust, tapi juga sebalikya. Artinya, demokrasi dialog didasarkan pada trust. Sebaliknya, trust diperkuat lewat dialog yang berulang.
id IOS18064.94345
institution Universitas Indonesia
institution_id 51
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Indonesia
library_id 492
collection Repository Skripsi (open) Universitas Indonesia
repository_id 18064
city KOTA DEPOK
province JAWA BARAT
repoId IOS18064
first_indexed 2022-12-13T09:11:46Z
last_indexed 2022-12-13T09:11:46Z
recordtype dc
merged_child_boolean 1
_version_ 1752202504635940864
score 17.206417