Pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor = The influence of high fowler and orthopneic position to lung ventilation function for nursing care of the COPD Patient at the Dr.M. Goenawan Partowidigdo Hospital Bogor / Nieniek Ritianingsih

Main Authors: Nieniek Ritianingsih, author, Add author: Dewi Irawati, supervisor, Add author: Ade Suryatini, author
Format: Masters Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2008
Subjects:
Online Access: https://lib.ui.ac.id/detail?id=20437922
ctrlnum 20437922
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><type>Thesis:Masters</type><title>Pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor = The influence of high fowler and orthopneic position to lung ventilation function for nursing care of the COPD Patient at the Dr.M. Goenawan Partowidigdo Hospital Bogor / Nieniek Ritianingsih</title><creator>Nieniek Ritianingsih, author</creator><creator>Add author: Dewi Irawati, supervisor</creator><creator>Add author: Ade Suryatini, author</creator><publisher>Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia</publisher><date>2008</date><subject>lung ventilation</subject><description>&lt;b&gt;ABSTRAK&lt;/b&gt;&lt;br&gt; PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untuk mengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat. Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler dan orthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapat meningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik pada posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan (p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240 dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi high fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan &lt;hr&gt; &lt;b&gt;ABSTRACT&lt;/b&gt;&lt;br&gt; Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi high fowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisi high fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik pada posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi high fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan</description><identifier>https://lib.ui.ac.id/detail?id=20437922</identifier><recordID>20437922</recordID></dc>
format Thesis:Masters
Thesis
Thesis:Bachelors
author Nieniek Ritianingsih, author
Add author: Dewi Irawati, supervisor
Add author: Ade Suryatini, author
title Pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor = The influence of high fowler and orthopneic position to lung ventilation function for nursing care of the COPD Patient at the Dr.M. Goenawan Partowidigdo Hospital Bogor / Nieniek Ritianingsih
publisher Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
publishDate 2008
topic lung ventilation
url https://lib.ui.ac.id/detail?id=20437922
contents <b>ABSTRAK</b><br> PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yang mempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untuk mengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat. Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler dan orthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapat meningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat meningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik pada posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan (p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240 dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi high fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan <hr> <b>ABSTRACT</b><br> Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi high fowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisi high fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik pada posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, berat badan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi high fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan
id IOS18065.20437922
institution Universitas Indonesia
institution_id 51
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Indonesia
library_id 492
collection Repository Skripsi (Membership) Universitas Indonesia
repository_id 18065
city KOTA DEPOK
province JAWA BARAT
repoId IOS18065
first_indexed 2022-12-14T03:00:41Z
last_indexed 2022-12-14T03:00:41Z
recordtype dc
merged_child_boolean 1
_version_ 1752197476555685888
score 17.60897