ctrlnum 20251658
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><type>Thesis:Masters</type><title>Konsep allah menurut Thomas Aquinas</title><creator>Alfredo Rimper, author</creator><creator>Add author: Vincentius Jolasa, supervisor</creator><creator>Add author: Harsawibawa Albertus, examiner</creator><creator>Add author: Lubis, Akhyar Yusuf, examiner</creator><creator>Add author: Naupal, examiner</creator><creator>Add author: M. Fuad Abdillah, examiner</creator><publisher>Universitas Indonesia</publisher><date>2011</date><subject>Allah</subject><description>Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering kali dangkal. Dalam masyarakat kita yang demokratis, kita berpikir bahwa konsep Tuhan haruslah mudah dan agama harus dibuat mudah dimengerti oleh siapa saja. Tentu semua orang tahu bahwa Tuhan adalah: Wujud Tertinggi, Kepribadian Ilahi, yang menciptakan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. Orang lain tampak kebingungan jika kita mengemukakan bahwa menyebut Tuhan sebagai Wujud Tertinggi itu tidak akurat karena Tuhan sama sekali bukanlah sebuah wujud, dan bahwa kita benar-benar tidak tahu apa yang kita maksud ketika kitamengatakan bahwa Dia ?baik?, ?bijaksana?, atau ?cerdas?. Orang-orang beriman tahu bahwa secara teoretis bahwa Allah sama sekali di luar jangkauan, transenden, tetapi kadang-kadang mereka sepertinya berasumsi bahwa mereka tahu persis tentang siapa ?Dia? dan apa yang Dia pikirkan, cintai, harapkan. Kita cenderung menjinakkan dan memelihara ?keberbedaan Tuhan?. Kita tak henti-hentinya meminta Tuhan untuk memberkati bangsa kita, menyelamatkan pemimpin kita, menyembuhkan penyakit kita, atau memberikan kepada kita hari yang cerah untuk beraktivitas. Kita mengingatkan Tuhan bahwa Dia telah menciptakan dunia dan bahwa kita adalah pendosa yang sengsara, seolah-olah hal ini barangkali tergelincir dari pikiran-Nya. Ada juga kecenderungan untuk menganggap bahwa, walaupun sekarang kita hidup di dalam dunia yang telah berubah total dan memiliki pandangan dunia yang sepenuhnya berbeda, manusia sejak dahulu senantiasa berpikir tentang Tuhan dalam cara yang persis sama seperti yang kita lakukan hari ini. Tetapi terlepas dari kecemerlangan dan teknologi kita, pemikiran keagamaan kita terkadang sungguh-sungguh belum berkembang, bahkan primitif. Dalam beberapa cara, Tuhan zaman modern mirip dengan Tuhan Tinggi dari zaman dahulu kala, sebuah teologi yang dimana-mana sudah dicampakkan atau sudah ditafsir ulang secara radikal karena dirasa tidak lagi layak. Banyak orang di dunia pramodern tahu bahwa berbicara tentang Tuhan memang sangat sulit. Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan Thomas Aquinas tentang kedudukan akal dan wahyu sangat penting untuk dipahami, karena akan menghantar kita kepada pemahaman filsafat ketuhanan dari Thomas Aquinas. Thomas Aquinas menggunakan argumentasi-argumentasi rasional dan filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh perhatian yang besar terhadap kebenaran wahyu sebagai argument tekstual yang bersifat adikodrati. Tulisan dan filsafat Thomas Aquinas masih terus dan perlu diteliti dan bahkan masih tetap relevan sampai saat ini, walaupun Thomas Aquinas hidup pada abad pertengahan tetapi ajarannya hingga kini masih tetap dipakan dan dilestarikan serta terus di kaji.</description><identifier>https://lib.ui.ac.id/detail?id=20251658</identifier><recordID>20251658</recordID></dc>
format Thesis:Masters
Thesis
Thesis:Thesis
author Alfredo Rimper, author
Add author: Vincentius Jolasa, supervisor
Add author: Harsawibawa Albertus, examiner
Add author: Lubis, Akhyar Yusuf, examiner
Add author: Naupal, examiner
Add author: M. Fuad Abdillah, examiner
title Konsep allah menurut Thomas Aquinas
publisher Universitas Indonesia
publishDate 2011
topic Allah
url https://lib.ui.ac.id/detail?id=20251658
contents Kita terlalu banyak berbicara tentang Tuhan akhir-akhir ini dan apa yang kita katakan sering kali dangkal. Dalam masyarakat kita yang demokratis, kita berpikir bahwa konsep Tuhan haruslah mudah dan agama harus dibuat mudah dimengerti oleh siapa saja. Tentu semua orang tahu bahwa Tuhan adalah: Wujud Tertinggi, Kepribadian Ilahi, yang menciptakan dunia dan segala sesuatu di dalamnya. Orang lain tampak kebingungan jika kita mengemukakan bahwa menyebut Tuhan sebagai Wujud Tertinggi itu tidak akurat karena Tuhan sama sekali bukanlah sebuah wujud, dan bahwa kita benar-benar tidak tahu apa yang kita maksud ketika kitamengatakan bahwa Dia ?baik?, ?bijaksana?, atau ?cerdas?. Orang-orang beriman tahu bahwa secara teoretis bahwa Allah sama sekali di luar jangkauan, transenden, tetapi kadang-kadang mereka sepertinya berasumsi bahwa mereka tahu persis tentang siapa ?Dia? dan apa yang Dia pikirkan, cintai, harapkan. Kita cenderung menjinakkan dan memelihara ?keberbedaan Tuhan?. Kita tak henti-hentinya meminta Tuhan untuk memberkati bangsa kita, menyelamatkan pemimpin kita, menyembuhkan penyakit kita, atau memberikan kepada kita hari yang cerah untuk beraktivitas. Kita mengingatkan Tuhan bahwa Dia telah menciptakan dunia dan bahwa kita adalah pendosa yang sengsara, seolah-olah hal ini barangkali tergelincir dari pikiran-Nya. Ada juga kecenderungan untuk menganggap bahwa, walaupun sekarang kita hidup di dalam dunia yang telah berubah total dan memiliki pandangan dunia yang sepenuhnya berbeda, manusia sejak dahulu senantiasa berpikir tentang Tuhan dalam cara yang persis sama seperti yang kita lakukan hari ini. Tetapi terlepas dari kecemerlangan dan teknologi kita, pemikiran keagamaan kita terkadang sungguh-sungguh belum berkembang, bahkan primitif. Dalam beberapa cara, Tuhan zaman modern mirip dengan Tuhan Tinggi dari zaman dahulu kala, sebuah teologi yang dimana-mana sudah dicampakkan atau sudah ditafsir ulang secara radikal karena dirasa tidak lagi layak. Banyak orang di dunia pramodern tahu bahwa berbicara tentang Tuhan memang sangat sulit. Thomas Aquinas berusaha menempatkan kedudukan akal dan wahyu secara proporsional sesuai dengan fungsinya masing-masing. Pandangan Thomas Aquinas tentang kedudukan akal dan wahyu sangat penting untuk dipahami, karena akan menghantar kita kepada pemahaman filsafat ketuhanan dari Thomas Aquinas. Thomas Aquinas menggunakan argumentasi-argumentasi rasional dan filosofis bagi eksistensi Allah dengan tetap menaruh perhatian yang besar terhadap kebenaran wahyu sebagai argument tekstual yang bersifat adikodrati. Tulisan dan filsafat Thomas Aquinas masih terus dan perlu diteliti dan bahkan masih tetap relevan sampai saat ini, walaupun Thomas Aquinas hidup pada abad pertengahan tetapi ajarannya hingga kini masih tetap dipakan dan dilestarikan serta terus di kaji.
id IOS18066.20251658
institution Universitas Indonesia
institution_id 51
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Indonesia
library_id 492
collection contoh Repository Tesis (Open) Universitas Indonesia
repository_id 18066
city KOTA DEPOK
province JAWA BARAT
repoId IOS18066
first_indexed 2022-12-14T02:33:23Z
last_indexed 2022-12-14T02:33:23Z
recordtype dc
merged_child_boolean 1
_version_ 1752196600731533312
score 17.60897