Pengurangan tingkat ketergantungan bermobil pribadi dengan pengembangan berkonsep multifungsi di tengah kota
Main Authors: | Arini Yunita, author, Add author: Simarmata, Djamester, supervisor, Add author: Arindra Artasya Zainal, examiner, Add author: Sonny Harry Budiutomo Harmadi, examiner |
---|---|
Format: | Masters Doctoral |
Terbitan: |
Universitas Indonesia
, 2010
|
Subjects: | |
Online Access: |
https://lib.ui.ac.id/detail?id=131524 |
Daftar Isi:
- Kemacetan lalu lintas di Jakarta disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan kendaraan pribadi dengan peningkatan jaringan jalan. Tingginya pertumbuhan kendaraan pribadi itu disebabkan oleh ketergantungan kepada moda tersebut, karena jarak yang jauh antara lokasi tempat tinggal dan tempat kerja serta lokasi pemenuhan kebutuhan hidup lain. Ditambah dengan kondisi angkutan umum yang buruk. Jarak yang jauh antar lokasi tersebut, karena pembangunan yang sporadis dan tidak beraturan/terarah. Salah satu cara solusi kemacetan yang sudah dan sedang dikembangkan di sejumlah kota besar di Eropa dan Amerika Serikat adalah mengembangkan konsep pembangunan kota secara lebih kompak dengan menyatukan semua fasilitas kebutuhan hidup dalam satu area atau membentuk kawasan multifungsi (mixed use). Dengan konsep ini, terjadi perpendekan jarak antara fasilitas terutama antara lokasi tempat tinggal dengan tempat bekerja, sehingga tingkat ketergantungan pada kendaraan pribadi akan berkurang. Di Jakarta sendiri sudah mulai berkembang konsep tersebut yang dibangun oleh pengembang swasta. Pemerintah DKI Jakarta dalam kebijakan tata ruangnya juga akan menerapkan konsep pengembangan multifungsi tersebut. Diharapkan kelak tingkat kepadatan lalu lintas di jalan-jalan di dalam kota akan semakin berkurang, karena terjadi pengurangan tingkat ketergantungan pada kendaraan pribadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini penghuni kawasan multifungsi masih sangat tergantung pada mobil pribadi atau dengan kata lain, masih belum mengubah kebiasaan perjalanannya (travel behaviour), meski sudah tinggal di dekat pusat kota. Alasan paling banyak adalah karena tuntutan pekerjaan yang membutuhkan tingkat mobilitas yang tinggi. Namun perlu diperhatikan juga tingginya alasan prestisius dan kondisi yang tidak nyaman dari angkutan umum yang ada saat ini. Karena masih dipersepsikannya mobil pribadi lebih aman dan nyaman dibandingkan dengan kendaraan umum, untuk itu disarankan pemerintah DKI Jakarta untuk memprioritaskan pembenahan dan pembangunan sistem angkutan umum massal yang terintegrasi dengan penataan pusat-pusat kegiatan baik. <hr> Traffic congestion in Jakarta mainly as a result of unbalance state between private transportation and road provision. Private transportation rapid growth significantly due to automobile dependency and commuting, because home and work and public facility distance. And worsened with public transportation reliability. Sporadic and unplanned development (urban sprawl) results this vast distance of commuting. One solution towards traffic congestion in several big cities in Europe and United States is to develop a concept of compacting public facilities within a particular area (mixed use area). Through this commuting distance is lessen thus the automobile dependency will reduce significantly. In Jakarta the similar concept has been implemented by private sectors. Government Provence of DKI Jakarta will also undergoing such concept gradually through Rencana Umum Tata Ruang Kota (City Masterplan) which in time will reduce traffic congestion within city and fringe area since automobile dependency is dropping. This research shows up to this present most mixed use area occupants travel behavior and habits havent?t changed much even though living in downtown. Mostly reasons on their activities requiring high mobility. But prestigious and uncomfortable of public transportation reason, must be consider. Therefore it is imperative to Government Provence of DKI Jakarta to prioritize develop integrated public transportation with activity nodes, developed by public or private.