Sadjarah Banten suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat
ctrlnum |
91434 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><type>Thesis:Doctoral</type><title>Sadjarah Banten suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat</title><creator>Titik Pudjiastuti, author</creator><creator>Add author: Achadiati Ikram, 1930-, promotor</creator><creator>Add author: Edi Sedyawati, 1938-, co-promotor</creator><creator>Add author: Sri Sukesi Adiwimarta, co-promotor</creator><creator>Add author: Hasan Muarif Ambary, examiner</creator><creator>Add author: Sapardi Djoko Damono, 1940-2020, examiner</creator><creator>Add author: Gondomono, examiner</creator><creator>Add author: Noerhadi Magetsari, examiner</creator><creator>Add author: Molen, Willem van der, examiner</creator><publisher/><date>2000</date><subject>Banten - History</subject><description><b>ABSTRAK</b><br>
Warisan budaya lama yang sampai saat ini masih banyak mendapat perhatian para pengamat adalah karya tulisan (Soebadio, 1975: 11) dan salah satu bentuk dari karya tulisan itu adalah sastra sejarah. Hoesein Djajadiningrat (dalam Soedjatrnoko, 1995: 58) menyebutnya sebagai `historiografi tradisional lokal', suatu bentuk karya sastra yang dihasilkan oleh pusat-pusat kekuasaan.
Penyebutan `sastra sejarah' menimbulkan persoalan yang fenomenologis, karena istilah ini mengisyaratkan kesesuaian konsep antara sastra yang merupakan rekaan dan sejarah sebagai proses, perkembangan dari kejadian-kejadian masa lampau. Menurut Ekadjati (1982: 6) obyek studi semacam ini dalam karya tulis masa lampau adalah hal yang biasa, karena di masa lalu kegiatan sastra dapat dikatakan bersatu dengan kegiatan sejarah. Bahkan Taggart (1962: 12) mengatakan bahwa sejarah pada mulanya adalah cabang ilmu sastra. Oleh karena itu, tidak heran apabila Raffles (1817), Hoesein Djajadiningrat (1913), Worsley (1972), De Graaf & Pigeaud (1974), Ras (1986), Ricklefs (1987), dan Abdullah (1987) berpendapat bahwa karya sastra sejarah - dengan bantuan disiplin ilmu filologi dan sejarah kritis - dapat dipandang sebagai sumber atau pencatat sejarah. Namun, pengamat lainnya seperti Onghokham (1981: 2) dan Widja (1991: 7) mengatakannya sebagai karya yang kurang bermutu, karena isinya hanya mengenai uraian tentang asal usul daerah tertentu atau mementingkan pemenuhan rasa cinta kedaerahan yang berlebihan. Sementara itu, Teeuw (1976) dan Soeratno (1991) memandangnya sebagai perwujudan dari kreativitas penciptanya, karena fakta yang hidup dalam reality disesuaikan dengan selera pengarang berdasarkan struktur teksnya. Perbedaan pandangan ini, menurut Cicero yang dikutip Hamilton disebabkan karena prinsip kedua ilmu tersebut berbeda; dalam studi sejarah yang panting adalah kenyataan atau fak-ta, sedangkan dalam ilmu sastra yang panting adalah menyenangkan (Hamilton, 1996: 9).
Selintas sastra sejarah memang mengesankan karya rekaan, karena bangunannya berupa cerita yang rangkaian peristiwanya diramu dengan aspek fiktif dan estetis. Akan tetapi, jikaceritanya dicermati akan tampak bahwa peristiwa-peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan gambaran dari fakta-fakta yang pernah berlangsung.</description><identifier>http://lontar.ui.ac.id/detail?id=91434</identifier><recordID>91434</recordID></dc>
|
format |
Thesis:Doctoral Thesis |
author |
Titik Pudjiastuti, author Add author: Achadiati Ikram, 1930-, promotor Add author: Edi Sedyawati, 1938-, co-promotor Add author: Sri Sukesi Adiwimarta, co-promotor Add author: Hasan Muarif Ambary, examiner Add author: Sapardi Djoko Damono, 1940-2020, examiner Add author: Gondomono, examiner Add author: Noerhadi Magetsari, examiner Add author: Molen, Willem van der, examiner |
title |
Sadjarah Banten suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat |
publishDate |
2000 |
topic |
Banten - History |
url |
http://lontar.ui.ac.id/detail?id=91434 |
contents |
<b>ABSTRAK</b><br>
Warisan budaya lama yang sampai saat ini masih banyak mendapat perhatian para pengamat adalah karya tulisan (Soebadio, 1975: 11) dan salah satu bentuk dari karya tulisan itu adalah sastra sejarah. Hoesein Djajadiningrat (dalam Soedjatrnoko, 1995: 58) menyebutnya sebagai `historiografi tradisional lokal', suatu bentuk karya sastra yang dihasilkan oleh pusat-pusat kekuasaan.
Penyebutan `sastra sejarah' menimbulkan persoalan yang fenomenologis, karena istilah ini mengisyaratkan kesesuaian konsep antara sastra yang merupakan rekaan dan sejarah sebagai proses, perkembangan dari kejadian-kejadian masa lampau. Menurut Ekadjati (1982: 6) obyek studi semacam ini dalam karya tulis masa lampau adalah hal yang biasa, karena di masa lalu kegiatan sastra dapat dikatakan bersatu dengan kegiatan sejarah. Bahkan Taggart (1962: 12) mengatakan bahwa sejarah pada mulanya adalah cabang ilmu sastra. Oleh karena itu, tidak heran apabila Raffles (1817), Hoesein Djajadiningrat (1913), Worsley (1972), De Graaf & Pigeaud (1974), Ras (1986), Ricklefs (1987), dan Abdullah (1987) berpendapat bahwa karya sastra sejarah - dengan bantuan disiplin ilmu filologi dan sejarah kritis - dapat dipandang sebagai sumber atau pencatat sejarah. Namun, pengamat lainnya seperti Onghokham (1981: 2) dan Widja (1991: 7) mengatakannya sebagai karya yang kurang bermutu, karena isinya hanya mengenai uraian tentang asal usul daerah tertentu atau mementingkan pemenuhan rasa cinta kedaerahan yang berlebihan. Sementara itu, Teeuw (1976) dan Soeratno (1991) memandangnya sebagai perwujudan dari kreativitas penciptanya, karena fakta yang hidup dalam reality disesuaikan dengan selera pengarang berdasarkan struktur teksnya. Perbedaan pandangan ini, menurut Cicero yang dikutip Hamilton disebabkan karena prinsip kedua ilmu tersebut berbeda; dalam studi sejarah yang panting adalah kenyataan atau fak-ta, sedangkan dalam ilmu sastra yang panting adalah menyenangkan (Hamilton, 1996: 9).
Selintas sastra sejarah memang mengesankan karya rekaan, karena bangunannya berupa cerita yang rangkaian peristiwanya diramu dengan aspek fiktif dan estetis. Akan tetapi, jikaceritanya dicermati akan tampak bahwa peristiwa-peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan gambaran dari fakta-fakta yang pernah berlangsung. |
id |
IOS18069.91434 |
institution |
Universitas Indonesia |
institution_id |
51 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Indonesia |
library_id |
492 |
collection |
Repository Disertasi (Open) Universitas Indonesia |
repository_id |
18069 |
city |
KOTA DEPOK |
province |
JAWA BARAT |
repoId |
IOS18069 |
first_indexed |
2022-12-14T04:37:02Z |
last_indexed |
2022-12-14T04:37:02Z |
recordtype |
dc |
merged_child_boolean |
1 |
_version_ |
1752208663859167232 |
score |
17.610468 |