Berlenggak-lenggok meraih mimpi: suatu kajian antropologi tentang kelompok model dan produksi budaya dalam panggung hiburan

Main Authors: Desiana E. Pramesti, author, Add author: Achmad Fedyani Saifuddin, supervisor
Format: Masters Thesis
Terbitan: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2006
Subjects:
Online Access: http://lontar.ui.ac.id/detail?id=109803
Daftar Isi:
  • Tesis ini mengangkat suatu fenomena berkenaan dengan praktik-praktik sosial yang dimunculkan oleh para model, supemodel dan model multi talenta dari 'agensi model' Look Inc. 'Agensi model' beserta model binaannya merupakan bagian dari produk kebudayaan dimana keberadaan mereka tidak terlepas dari interaksinya dengan persoalan-persoalan internal dan ekternal. Memfokuskan pada sejumlah praktik-praktik sosial dari para pelaku model ini, dapat dikuak apa yang menjadi persoalan komplek dibalik pernak-pernik kelakuan atau perilaku mereka, keseluruhan kelakuan atau perilaku mereka ditampakkan pada munculnya reaksi ataupun respon para pelakunya terikat dengan situasi obyektif di sekeliling mereka yang terkoneksi dengan pengaruh globalisasi. Perbincangan tesis ini mengurai isu-isu berkenaan dengan terma globalisasi, gejala ini tengah menjadi kesadaran umum dan pada realitasnya ditampakkan pada sejumlah praktik sosial masyarakat kontemporer yang tengah mengalami proses transformasi. Dalam situasi demikian tersebutlah model, supermodel dan model multi talenta dalam seting kegiatannya dunia show bussines industry seperti apa praktik-praktik sosial pelaku model yang terikat dengan situasi globalisasi ini? Interpretivisme simbolik dipergunakan sebagai pisau analisis untuk membedah persoalan ini. Melalui pendekatan kualitalif dengan orientasi paradigmanya interpretivisme simbolik ajuan Gifford Geertz, dimungkinkan untuk menjelaskan persoalan ini hingga menjadi masuk akal. Kehadiran pelaku berikut dengan kelakuannya mengisyaratkan 'sesuatu' dan 'suatu'-nya itu dapat dijelaskan dan dipahami melalui proses observasi yang mendalam, sensitif dan terlibat penuh dalam rangka mengurai jalinan simbol- simbol yang merefleksikan suatu isyarat-isyarat. Beragam isyarat-isyarat tersebut dapat dipahami melalui kegiatan pengamatan yang rinci dengan mengobservasi segenap tindakan pelaku, penggunaan bahasa dalam perbindangan mereka, penampilan berbusana berikut dengan aksesoriesnya, pengkonsumsian barang-barang konsumsi, jalinan pertemanan mereka, arena tempat bermainnya, dan paparan cerita mereka tentang 'apa saja', lalu pada tahapan selanjutnya keseluruhan penampakan-penampakan itu dikonfirmasikan kepada pelakunya melalui teknik wawancara mendalam untuk dapat menemukan native's point of view para pelakunya. Pada akhirnya ini dapat mengurai jalinan deskripsi menda Iam tentang proyek-proyek kehidupan pelaku, dan pada muaranya tertampaklah pengalaman 'eskotik' mereka berkenaan dengan pengimajinasiannya terhadap dunianya, dunia yang dibenakkannya sebagai kehidupan yang modern, glamours dan tampak 'wah'. Sekiranya dengan menggabungkan diri pada sebuah 'agensi model' memungkinkan bagl pelakunya untuk merealisasikan 'mimpi-mimpinya', melalui proses rekrutmen, seleksi clan pelatihan, 'agensi model' berkenan untuk menyodorkan kesempatan-kesempatan lebih luas bagi pelakunya untuk meraih 'mimpi-mimpi' tersebut. Mengutip dari apa yang dikatakan oleh Giddens, "individu adalah sumber kunci perubahan politik, melalui individu proyek politik penentuan atas nasib pribadinya dilakukan", bahwa kehidupan politik kontras dengan politik emansipatoris memungkinkan individu membangun identitas pribadi dalam lingkungannya yang secara relieksif terorganisir dan hal ini dapat diartikan bahwa identitas pribadi terhubung dengan persoalan individu melakukan proyek adaptasi dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan dalam konteks Iokal maupun global. Ketika seseorang 'memutuskan' dirinya untuk menjadi sosok model, supermodel dan model multi talenta sesungguhnya tindakannya 'harus dipahami' sebagai rasionalisasi pelaku terhadap situasi-situasi yang terbentang dihadapannya, terdapat produsen kebudayaan sebagai penyedia fasilitas-fasilitas yang memung kinkan bagi pelakunya untuk menyatakan keberadaan dirinya, menyatakan pilihan hidupnya,dan mengkabulkan impiannya menjadi sosok Cindrella abad -21.