CHLOROQUINE SENSITIVITY OF PLASMODIUM FALCIPARUM IN BERAKIT, BINTAN ISLAND, SUMATRA, AFTER MASS CHEMOPROPHYLAXIS THROUGH COMMUNITY PARTICIPATION, AND ITS SOCIOLOGICAL STUDIES

Main Authors: Pribadi, Wita, Santoso, Siti Sapardiyah, Rasidi, Rochida, Romzan, Ali, Zalbawi, Sunanti
Other Authors: BADAN LITBANGKES KEMENKES
Format: application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan , 2012
Subjects:
Online Access: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/view/246
Daftar Isi:
  • Profilaksis minggguan dengan klorokuin yang dilakukan secara massal melalui peran serta masyarakat telah dilakukan pada penduduk RK I di desa Berakit, Bintan, Propinsi Riau, Sumatra selama dua tahun (¡983-1985). Delapan tahun kemudian (¡993), pemeriksaan sensitivitas Plasmodium falciparum terhadap klorokuin in vivo dan in vitro dilakukan di RK I untuk mengetahui apakah pemberian klorokuin setiap minggu pada penduduk secara massal selama 2 tahun mempunyai dampak terhadap timbulnya resistensi P. falciparum terhadap obat tersebut di RK I atau dapat menyebar­luaskan resistensi klorokuin. Penelitian sosial dilakukan untuk mendapatkan informasi melalui pemeriksaan pengetahuan, sikap dan perilaku (KAP) tentang malaria pada penduduk RK II di desa Berakit. RK II letaknya bersebelahan dengan RK I yang penduduknya telah diwawancara dan diberi penyuluhan kesehatan dengan "learning module" tentang malaria, dan. apakah hal ini mempengaruhi situasi/keadaan malaria di RK II. Hasil penelitian malariometrik di RK I dan RK II menunjukkan angka limpa dan angka parasit menurun secara bermakna, bila dibandingkan dengan hasil pada tahun 1991 tetapi di RK I tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan hasil tahun 1995. Dari pemeriksaan 644 sediaan darah dari RK I dan RK II untuk tes sensitivitas, prevalensi parasitnya adalah 8.2 % (53/644) dan 58.5 % kasus positif adalah P. falciparum dan infeksi campur, selebihnya adalah P. vivax (41.5 %). Sayang sekali, hanya satu infeksi P. falciparum yang memenuhi syarat untuk tes dengan hasil S/R I in vivo 7 hari yang disederhanakan. Tes mikro in vitro menunjukkan resistensi (R) terhadap klorokuin dan masih sensitif (S) terhadap obat malaria lain (kina, S-P, meftokuin).Hasil pemeriksaan sosiologis menunjukkan adanya pengaruh"learning module" mengenai penyakit malaria sebanyak 20 % responden di RK II yang mempunyai sikap dan perilaku yang positif, bila dibandingkan dengan penelitian di RK II tahun 1991 sebesar 27.9 % dan tahun 1995 sebesar 47.9%. Hal ini dapat tercermin pada hasil malariometrik di RK II . Walaupun demikian, masih diperlukan penyuluhan kesehatan tentang malaria untuk penduduk RK II. Perlu diketahui bahwa setelah penelitian selesai sampai dilakukan evaluasi tahun 1991 dan tahun 1993, di daerah ini tidak pernah dilakukan intervensi dalam bentuk apa pun kecuali satu kali penyemprotan pada tahun 1992