Tampilan Petugas: DYNAMICS OF ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DEVELOPMENT IN SUSUT DISTRICT, BANGLI REGENCY

DYNAMICS OF ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DEVELOPMENT IN SUSUT DISTRICT, BANGLI REGENCY

Main Authors:	I Wayan Yudhasatya Dharma, Ni Wayan Yusi Armini, SM, Ulio
Format:	Article info application/pdf Journal
Bahasa:	eng
Terbitan:	UHN IGB Sugriwa Denpasar , 2023
Subjects:	Dynamics Angkul-Angkul Saka Jajar Dinamika
Online Access:	https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382 https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382/1531

ctrlnum	article-2382
fullrecord	<?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title lang="en-US">DYNAMICS OF ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DEVELOPMENT IN SUSUT DISTRICT, BANGLI REGENCY</title><title lang="id-ID">DINAMIKA PEMBANGUNAN ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DI KECAMATAN SUSUT KABUPATEN BANGLI</title><creator>I Wayan Yudhasatya Dharma</creator><creator>Ni Wayan Yusi Armini</creator><creator>SM, Ulio</creator><subject lang="en-US">Dynamics</subject><subject lang="en-US">Angkul-Angkul</subject><subject lang="en-US">Saka Jajar</subject><subject lang="id-ID">Dinamika</subject><subject lang="id-ID">Angkul-Angkul</subject><subject lang="id-ID">Saka Jajar</subject><description lang="en-US">The Balinese Hindu community is known as a traditional society, where traditional society is a society that in its daily life still applies ancient systems or old customs in various settings of its life. Their lives have not been overly influenced by changes that come from outside their social environment. The life of traditional society still tends to uphold certain traditions that exist in society as a transformation of values that are considered appropriate. Traditional community culture is the result of adaptation to the surrounding natural and social environment without receiving outside influences (Ifzanul, 2010: 15). Balinese society as adherents of a traditional cultural system is formed from many complex elements, including religious systems, politics, customs, language, tools, clothing, buildings and works of art. Angkul-Angku Saka Jajar is one of the cultures of the people of Susut District, Bangli Regency where this building is part of the spatial layout of the community settlement which is also a sign of the social identity of the community. Where in general Angkul-Angkul Saka Jajar is a sacred building and it is agreed that it can only be built by a village leader called Mekel or Perbekel. Oriented to this background, the following problems can be formulated: (1) How is the conception of the development of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?, (2) How is the implementation of the construction of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of identity? the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?, (3) What values are contained in Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?. In general, this study aims to reveal the meaning behind the existence of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency. In this study using structural functional theory, meaning theory, and value theory. The source of the data in this study was the direct (primary) source obtained in the field as a result of observation and scrutiny of the existence of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency. While indirect (secondary) sources can be obtained through books, articles, written documents, and so on from libraries or other places. Primary and secondary sources can be combined or cross-checked to obtain truly accurate and accountable data. The informants in this study were determined purposively. The data collection used here includes direct observation of the research object (observation), interviews, and literature studies. After the data is obtained, it is analyzed by reducing, then presenting the data, and drawing conclusions.</description><description lang="id-ID">Masyarakat Hindu Bali dikenal sebagai masyarakat tradisional, dimana masyarakat tradisional adalah masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya masih menerapkan sistem-sistem kuno atau adat-istiadat lama dalam berbagai tatanan kehidupannya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang datang dari luar lingkungan sosialnya. Kehidupan masyarakat tradisional masih cenderung menjunjung tinggi tradisi-tradisi tertentu yang ada dalam masyarakat sebagai transformasi nilai-nilai yang dianggap sesuai. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh dari luar (Ifzanul, 2010: 15). Masyarakat Bali sebagai penganut sistem budaya tradisional terbentuk dari banyak unsur yang kompleks, antara lain sistem religi, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Angkul-Angku Saka Jajar merupakan salah satu budaya masyarakat Kecamatan Susut Kabupaten Bangli dimana bangunan ini merupakan bagian dari tata ruang permukiman masyarakat yang juga menjadi penanda identitas sosial masyarakat. Dimana pada umumnya Angkul-Angkul Saka Jajar merupakan bangunan suci dan disepakati hanya dapat dibangun oleh seorang kepala desa yang disebut Mekel atau Perbekel. Berorientasi pada latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana konsepsi pengembangan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?, (2) Bagaimana apakah implementasi pembangunan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas? masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?, (3) Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dibalik keberadaan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Dalam penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional, teori makna, dan teori nilai. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber langsung (primer) yang diperoleh di lapangan sebagai hasil observasi dan pencermatan terhadap keberadaan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Daerah. Sedangkan sumber tidak langsung (sekunder) dapat diperoleh melalui buku, artikel, dokumen tertulis, dan sebagainya dari perpustakaan atau tempat lain. Sumber primer dan sekunder dapat digabungkan atau diperiksa silang untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive. Pengumpulan data yang digunakan disini meliputi pengamatan langsung terhadap objek penelitian (observasi), wawancara, dan studi pustaka. Setelah data diperoleh, dianalisis dengan cara mereduksi, kemudian menyajikan data, dan menarik kesimpulan.</description><publisher lang="en-US">UHN IGB Sugriwa Denpasar</publisher><date>2023-03-31</date><type>Journal:Article</type><type>Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion</type><type>Journal:Article</type><type>File:application/pdf</type><identifier>https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382</identifier><identifier>10.25078/wd.v18i1.2382</identifier><source lang="en-US">Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Budaya; Vol. 18 No. 1 (2023): Widya Duta Maret 2023; 65-79</source><source lang="id-ID">Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Budaya; Vol 18 No 1 (2023): Widya Duta Maret 2023; 65-79</source><source>2620-3146</source><source>1978-1075</source><language>eng</language><relation>https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382/1531</relation><rights lang="en-US">Copyright (c) 2023 Widya Duta: Jurnal Ilmiah Ilmu Agama dan Ilmu Sosial Budaya</rights><recordID>article-2382</recordID></dc>
language	eng
format	Journal:Article Journal Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion Other File:application/pdf File Journal:Journal
author	I Wayan Yudhasatya Dharma Ni Wayan Yusi Armini SM, Ulio
title	DYNAMICS OF ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DEVELOPMENT IN SUSUT DISTRICT, BANGLI REGENCY
publisher	UHN IGB Sugriwa Denpasar
publishDate	2023
topic	Dynamics Angkul-Angkul Saka Jajar Dinamika
url	https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382 https://ojs.uhnsugriwa.ac.id/index.php/WD/article/view/2382/1531
contents	The Balinese Hindu community is known as a traditional society, where traditional society is a society that in its daily life still applies ancient systems or old customs in various settings of its life. Their lives have not been overly influenced by changes that come from outside their social environment. The life of traditional society still tends to uphold certain traditions that exist in society as a transformation of values that are considered appropriate. Traditional community culture is the result of adaptation to the surrounding natural and social environment without receiving outside influences (Ifzanul, 2010: 15). Balinese society as adherents of a traditional cultural system is formed from many complex elements, including religious systems, politics, customs, language, tools, clothing, buildings and works of art. Angkul-Angku Saka Jajar is one of the cultures of the people of Susut District, Bangli Regency where this building is part of the spatial layout of the community settlement which is also a sign of the social identity of the community. Where in general Angkul-Angkul Saka Jajar is a sacred building and it is agreed that it can only be built by a village leader called Mekel or Perbekel. Oriented to this background, the following problems can be formulated: (1) How is the conception of the development of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?, (2) How is the implementation of the construction of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of identity? the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?, (3) What values are contained in Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency?. In general, this study aims to reveal the meaning behind the existence of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency. In this study using structural functional theory, meaning theory, and value theory. The source of the data in this study was the direct (primary) source obtained in the field as a result of observation and scrutiny of the existence of Angkul-Angkul Saka Jajar as a symbol of social identity for the Hindu community in Susut District, Bangli Regency. While indirect (secondary) sources can be obtained through books, articles, written documents, and so on from libraries or other places. Primary and secondary sources can be combined or cross-checked to obtain truly accurate and accountable data. The informants in this study were determined purposively. The data collection used here includes direct observation of the research object (observation), interviews, and literature studies. After the data is obtained, it is analyzed by reducing, then presenting the data, and drawing conclusions. Masyarakat Hindu Bali dikenal sebagai masyarakat tradisional, dimana masyarakat tradisional adalah masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya masih menerapkan sistem-sistem kuno atau adat-istiadat lama dalam berbagai tatanan kehidupannya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang datang dari luar lingkungan sosialnya. Kehidupan masyarakat tradisional masih cenderung menjunjung tinggi tradisi-tradisi tertentu yang ada dalam masyarakat sebagai transformasi nilai-nilai yang dianggap sesuai. Kebudayaan masyarakat tradisional merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan alam dan sosial sekitarnya tanpa menerima pengaruh dari luar (Ifzanul, 2010: 15). Masyarakat Bali sebagai penganut sistem budaya tradisional terbentuk dari banyak unsur yang kompleks, antara lain sistem religi, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan dan karya seni. Angkul-Angku Saka Jajar merupakan salah satu budaya masyarakat Kecamatan Susut Kabupaten Bangli dimana bangunan ini merupakan bagian dari tata ruang permukiman masyarakat yang juga menjadi penanda identitas sosial masyarakat. Dimana pada umumnya Angkul-Angkul Saka Jajar merupakan bangunan suci dan disepakati hanya dapat dibangun oleh seorang kepala desa yang disebut Mekel atau Perbekel. Berorientasi pada latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: (1) Bagaimana konsepsi pengembangan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?, (2) Bagaimana apakah implementasi pembangunan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas? masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?, (3) Nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli?. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna dibalik keberadaan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Dalam penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional, teori makna, dan teori nilai. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber langsung (primer) yang diperoleh di lapangan sebagai hasil observasi dan pencermatan terhadap keberadaan Angkul-Angkul Saka Jajar sebagai simbol identitas sosial masyarakat Hindu di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli. Daerah. Sedangkan sumber tidak langsung (sekunder) dapat diperoleh melalui buku, artikel, dokumen tertulis, dan sebagainya dari perpustakaan atau tempat lain. Sumber primer dan sekunder dapat digabungkan atau diperiksa silang untuk mendapatkan data yang benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive. Pengumpulan data yang digunakan disini meliputi pengamatan langsung terhadap objek penelitian (observasi), wawancara, dan studi pustaka. Setelah data diperoleh, dianalisis dengan cara mereduksi, kemudian menyajikan data, dan menarik kesimpulan.
id	IOS19622.article-2382
institution	Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
institution_id	10309
institution_type	library:university library
library	Perpustakaan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar
library_id	7699
collection	Widya Duta : Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial Budaya
repository_id	19622
subject_area	Ilmu Komunikasi
city	KOTA DENPASAR
province	BALI
repoId	IOS19622
first_indexed	2024-06-11T08:14:49Z
last_indexed	2024-06-11T08:14:49Z
recordtype	dc
_version_	1801552400566190080
score	9.9049015

DYNAMICS OF ANGKUL-ANGKUL SAKA JAJAR DEVELOPMENT IN SUSUT DISTRICT, BANGLI REGENCY

Lihat Juga