HUBUNGAN STUNTING DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA BALITA

Main Authors: Jahiroh, NFN, Prihartono, Nurhayati
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: eng
Terbitan: Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso , 2017
Subjects:
Online Access: https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7
https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7/6
ctrlnum article-7
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title lang="en-US">HUBUNGAN STUNTING DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA BALITA</title><creator>Jahiroh, NFN</creator><creator>Prihartono, Nurhayati</creator><subject lang="en-US">tuberkulosis</subject><subject lang="en-US">malnutrisi</subject><subject lang="en-US">studi kasus-kontrol</subject><description lang="en-US">Abstrak : Tuberkulosis (TB) dan stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian TB pada anak usia 1-59 bulan. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol. Kasus adalah anak usia 1-59 bulan yang berobat di puskesmas yang didiagnosis TB oleh dokter menggunakan sistem skoring. Kontrol adalah anak usia 1-59 bulan yang berkunjung ke puskesmas yang sama dengan kasus, didiagnosis bukan TB. Pemilihan kontrol menggunakan teknik sampling acak sederhana. Balita dengan TB dan bukan TB terdistribusi yang hampir sama menurut jenis kelamin dan ventilasi rumah. Jika dibandingkan dengan balita gizi normal, balita gizi stunting mempunyai risiko yang lebih tinggi sakit TB. Balita pendek dan sangat pendek mempunyai risiko masing-masing 3,5 kali dan 9 kali sakit TB [adjusted odds ratio (OR = 3.54; P = 0,004 and and OR = 9.06; P = 0.001) respectively. Ditinjau dari segi imunisasi BCG, balita yang tidak diimunisasi dibandingkan yang diimunisasi BCG mempunyai risiko 4 kali sakit TB. Pada kontak serumah dengan pasien TB, balita yang mempunyai kontak dibandingkan tidak mempunyai kontak serumah dengan pasien TB berisiko hampir 12 kali sakit TB (OR = 11.96; P = 0.000). Sedangkan jika ditinjau dari usia balita, balita usia &amp;lt; 24 bulan dibandingkan balita usia &amp;gt; 24 bulan mempunyai risiko 2,8 kali sakit TB OR = 2.84; P = 0.011). Balita stunting, yang tidak diimunisasi, dan yang mempunyai kontak TB serumah TB mempunyai risiko lebih besar sakit TB.&#xC2;&#xA0;Abstract : Tuberculosis (TB) and stunting remain a health problem in Indonesia. The objective orf this study was to identify the relationship of stunting with the incidence of TB in children aged 1-59 months. This case-control study in district of West Bandung (West Java). Cases were children aged 1-59 months who visited at clinic health center diagnosed TB by a doctor using a scoring system. Controls were the same age who visited the same clinic with the case, not diagnosed TB. Balita dengan TB dan bukan TB terdistribusi yang hampir sama menurut jenis kelamin dan ventilasi rumah. Jika dibandingkan dengan balita gizi normal, balita gizi stunting mempunyai risiko yang lebih tinggi sakit TB. Balita pendek dan sangat pendek mempunyai risiko masing-masing 3,5 kali dan 9 kali sakit TB [adjusted odds ratio (OR = 3.54; P = 0,004 and and OR = 9.06; P = 0.001) respectively. Ditinjau dari segi imunisasi BCG, balita yang tidak diimunisasi dibandingkan yang diimunisasi BCG mempunyai risiko 4 kali sakit TB. Pada kontak serumah dengan pasien TB, balita yang mempunyai kontak dibandingkan tidak mempunyai kontak serumah dengan pasien TB berisiko hampir 12 kali sakit TB (OR = 11.96; P = 0.000). Sedangkan jika ditinjau dari usia balita, balita usia &amp;lt; 24 bulan dibandingkan balita usia lebih 24 bulan mempunyai risiko 2,8 kali sakit TB OR = 2.84; P = 0.011). Stunting toddler, not immunized, and had TB contact at home had higher risk to be TB.</description><publisher lang="en-US">Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso</publisher><date>2017-11-05</date><type>Journal:Article</type><type>Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion</type><type>Journal:Article</type><type>File:application/pdf</type><identifier>https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7</identifier><identifier>10.32667/ijid.v1i2.7</identifier><source lang="en-US">The Indonesian Journal of Infectious Diseases; Vol. 1 No. 2 (2013): The Indonesian Journal of Infectious Diseases; 6-13</source><source>2599-1698</source><source>2354-6077</source><source>10.32667/ijid.v1i2</source><language>eng</language><relation>https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7/6</relation><rights lang="en-US">Copyright (c) 2017 The Indonesian Journal of Infectious Diseases</rights><recordID>article-7</recordID></dc>
language eng
format Journal:Article
Journal
Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Other
File:application/pdf
File
Journal:eJournal
author Jahiroh, NFN
Prihartono, Nurhayati
title HUBUNGAN STUNTING DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PADA BALITA
publisher Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr. Sulianti Saroso
publishDate 2017
topic tuberkulosis
malnutrisi
studi kasus-kontrol
url https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7
https://www.ijid-rspisuliantisaroso.co.id/index.php/ijid/article/view/7/6
contents Abstrak : Tuberkulosis (TB) dan stunting masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan stunting dengan kejadian TB pada anak usia 1-59 bulan. Penelitian ini menggunakan desain kasus-kontrol. Kasus adalah anak usia 1-59 bulan yang berobat di puskesmas yang didiagnosis TB oleh dokter menggunakan sistem skoring. Kontrol adalah anak usia 1-59 bulan yang berkunjung ke puskesmas yang sama dengan kasus, didiagnosis bukan TB. Pemilihan kontrol menggunakan teknik sampling acak sederhana. Balita dengan TB dan bukan TB terdistribusi yang hampir sama menurut jenis kelamin dan ventilasi rumah. Jika dibandingkan dengan balita gizi normal, balita gizi stunting mempunyai risiko yang lebih tinggi sakit TB. Balita pendek dan sangat pendek mempunyai risiko masing-masing 3,5 kali dan 9 kali sakit TB [adjusted odds ratio (OR = 3.54; P = 0,004 and and OR = 9.06; P = 0.001) respectively. Ditinjau dari segi imunisasi BCG, balita yang tidak diimunisasi dibandingkan yang diimunisasi BCG mempunyai risiko 4 kali sakit TB. Pada kontak serumah dengan pasien TB, balita yang mempunyai kontak dibandingkan tidak mempunyai kontak serumah dengan pasien TB berisiko hampir 12 kali sakit TB (OR = 11.96; P = 0.000). Sedangkan jika ditinjau dari usia balita, balita usia &lt; 24 bulan dibandingkan balita usia &gt; 24 bulan mempunyai risiko 2,8 kali sakit TB OR = 2.84; P = 0.011). Balita stunting, yang tidak diimunisasi, dan yang mempunyai kontak TB serumah TB mempunyai risiko lebih besar sakit TB. Abstract : Tuberculosis (TB) and stunting remain a health problem in Indonesia. The objective orf this study was to identify the relationship of stunting with the incidence of TB in children aged 1-59 months. This case-control study in district of West Bandung (West Java). Cases were children aged 1-59 months who visited at clinic health center diagnosed TB by a doctor using a scoring system. Controls were the same age who visited the same clinic with the case, not diagnosed TB. Balita dengan TB dan bukan TB terdistribusi yang hampir sama menurut jenis kelamin dan ventilasi rumah. Jika dibandingkan dengan balita gizi normal, balita gizi stunting mempunyai risiko yang lebih tinggi sakit TB. Balita pendek dan sangat pendek mempunyai risiko masing-masing 3,5 kali dan 9 kali sakit TB [adjusted odds ratio (OR = 3.54; P = 0,004 and and OR = 9.06; P = 0.001) respectively. Ditinjau dari segi imunisasi BCG, balita yang tidak diimunisasi dibandingkan yang diimunisasi BCG mempunyai risiko 4 kali sakit TB. Pada kontak serumah dengan pasien TB, balita yang mempunyai kontak dibandingkan tidak mempunyai kontak serumah dengan pasien TB berisiko hampir 12 kali sakit TB (OR = 11.96; P = 0.000). Sedangkan jika ditinjau dari usia balita, balita usia &lt; 24 bulan dibandingkan balita usia lebih 24 bulan mempunyai risiko 2,8 kali sakit TB OR = 2.84; P = 0.011). Stunting toddler, not immunized, and had TB contact at home had higher risk to be TB.
id IOS20143.article-7
institution RSPI Sulianti Saroso Jakarta
institution_id 10818
institution_type library:special
library
library Diklat Sulianti Saroso
library_id 8009
collection The Indonesian Journal of Infectious Disease
repository_id 20143
subject_area Kesehatan masyarakat
Penyakit Infeksi
city JAKARTA UTARA
province DKI JAKARTA
repoId IOS20143
first_indexed 2024-06-13T07:59:51Z
last_indexed 2024-06-13T07:59:51Z
recordtype dc
_version_ 1801734881007370240
score 9.9049015