KAJIAN KINERJA PERALATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS DI TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG (TPKS) (Studi Kasus di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang)
Main Author: | Siswadi, Siswadi |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed application/pdf |
Terbitan: |
, 2005
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://eprints.undip.ac.id/15100/1/2005MTS3951.pdf http://eprints.undip.ac.id/15100/ |
Daftar Isi:
- The problems of loading/unloading system at the container terminal frequently became a research object that related with the performance of services system for the loading/unloading activities. The statements have encouraged many studies concerning how to improve the performance system and the time to increase the number of equipments according to the escalation of container arrivals periodically. This study analyzes the performance of loading/unloading equipments of Semarang Container Terminal at the Tanjung Emas Container Port Semarang. The study is focused on the analysis of container loading /unloading system from the quay until the container yard, especially the performance of the equipments, Le: Container Crane, Head Truck and Rubber Tyred Gantry. The simulation method is Used in this study. Two models are irsed in the simulation analysis. The first is a forecasting model, used to generate the characteristics of container arrival rates that follow Poisson distribution and Exponential Distribution for the services pattern. The second one is a simulation model to simulate the real system of loading/unloading activities. . The results show that the demand of export / loading activities in 2010 is 195.034,5706 boxes per years and the demand of import / unloading _activities is 35.163,9523 boxes per years. According to the cost factor, the analysis shows that the amount of waiting cost is Rp. 48.277,136 /box days, the CC services cost is Rp. 8.589.041,096 /CC days, the HT services cost is Rp. 422.945,205 /HT days, the RTG services cost is 2.466.575,342 / RTG days. On the other hand, the simulation shows that the utility of port equipment that consist of container crane, head truck, rubber tyred gantry haS increased 34 % for CC, 35% for HT and 56% For RTG in 2010. According to the research findings, it can be concluded that the utility of loading/unloading equipment in 2010 would be unbalanced and is very low. To increase the equipment utility level, it is recommended to increase the equipment and the combination of the equipment should be 4 for CC, 8 for HT and 9 for RTG with the utility level of each equipments as follows: 41.56% [CC], 40,75% [HT], 39,96%[RTG] Masalah sistem pelayanan bongkar muat di pelabuhan peti kemas seringkali menjadi obyek penelitian berkaitan dengan kinerja sistem pelayanan terhadap permintaan kedatangan peti kemas yang hams dilayani per satuan waktu. Pertanyaan ini memunculkan berbagai kajian mengenai bagaimana meningkatkan kinerja sistem pelayanan di pelabuhan peti kemas dan kapan fasilitas dan peralatan pelabuhan hams di tambah berkaitan dengan meningkamya kedatangan peti kemas dad waktu kewaktu. Studi ini akan melakukan analisa mengenai kinerja peralatan bongkar muat di terminal peti kemas Semarang (TPKS) di Pelabuhan Peti Kemas Tanjung Emas Semarang, titik berat studi ini ditekankan pada analisa sistem pelayanan bongkar muat dari .dermaga sampai lapangan penumpukan peti kemas, khususnya peralatan Container Crane (CC),- RubberTyited Gantry (RTG) dan Head Truck (HT) dengan menggunakan metode antrian yang penyelesaiannya menggunakan dua model yaitu model peramalan dan model simulasi sebagai alat perhitungan. Pendekatan dengan model peramalan adalah untuk mendapatkan kondisi laju bongkar muat untuk tahun rencana yang didasarkan pada observasi pada tahun sebelumnya, sedangkan model simulasi adalah pendekatan dimana proses perhitungan yang mendasarkan pada peniruan kondisi nyata dengan kondisi teoritis sedemikian hingga kondisi teoritis memiliki karakteristik yang mendekati kondisi nyata. Metode simulasi dapat diterapkan dalam setiap tema dan salah satu penerapannya adalah sistem pelayanan dalam proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Penyelesaian simulasi dalam studi ini diterapkan untuk kinerja dalam sistem pelayanan bongkar muat peti kemas. pola kedatangan Poisson, pola pelayanan mengikuti distribusi Eksponensial, sehingga metode pelayananannya adalah yang pertama datang yang pertama dilayani, dan jumlah kedatangan dan keberangkatan dianggap tak hingga. Dan hasil analisis diketahui bahwa permintaan untuk ekspor/muat pada sampai tahun 2010 sebesar 195.034,5706 box per tahun dan untuk impor/bongkar sebesar 135.163,9523 box per tahun. Dari faktor biaya dihasilkan biaya tunggu barang Rp48.277,136 per box per hari, biaya pelayanan CC Rp8.589.041,096 per CC per hari, biaya pelayanan HT Rp422.945,205 per HT per hari, biaya pelayanan RTG Rp2.466.575,342 per RTG per hari Sedangkan hasil simulasi kinerja pelayanan peralatan CC, HT dan RTG sampai tahun 2010 menunjukan bahwa terjadi peningkatan utilitas dimana pada CC dari 35,145% menjadi 46,168%, pada HT dari 18,254% menjadi 26,438% dan pada RTG dari 43,532% menjadi 58,828%. Dan temuan-temuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa berdasarkan analisis simulasi kineda peralatan bongkar muat peti kemas sampai pada tahun 2010 diketahui tingkat utilitas wralgtan yang tidak seimbang dan masih sangat rendah. Untuk meningkatkan utilitas masing-masing peralatan tersebut maka dari running simulasi didapatkan jumlah kombftnasi peralatan antara lain 4 CC, 8 HT dan 9 RTG dengan utilitas masing-masing 41,46%, 40,75% dan 39,96%.