PRODUKSI DAN KUALITAS HIJAUAN JAGUNG MANIS DENGAN PUPUK ORGANIK KAYA SUMBER HAYATI SEBAGAI SUMBER NITROGEN

Main Authors: Mulatsih, Rahayuning Tri, Sukamto, Benedictus , Kusmiyati, Florentina
Format: Monograph NonPeerReviewed application/pdf
Terbitan: FAKULTAS PETERNAKAN , 2001
Subjects:
Online Access: http://eprints.undip.ac.id/21528/1/598-ki-fp-2002-a.pdf
http://eprints.undip.ac.id/21528/2/598-ki-fp-2002.pdf
http://eprints.undip.ac.id/21528/
Daftar Isi:
  • Convensional fertilizer and pesticide increase many problem on environment, and kimia fertilizer increase the price so the farmer dificulty to produce their planting, so we needed another sources for fertiliser like as animal waste, bokashi (compost with EM bacteria); and green fertiliser. The research aimed to evaluate the effect of organic fertilizer as nitrofen sources, on growth and production of Sweet corn. The experiment was done at the fields of Animal science Faculty, Diponegoro University, Semarang for 3 month. Complete Block design with 7 treatment and 3 replicated was used to arranged the experiment. The treatment are Urea (P1); bokashi that made from marked waste (P2); bokashi that made from animal waste (P3); animal waste (P4); Cratalatia green fertilizer (P5); leucaena green fertilizer (P6) and glirusidae green fertilizer (P7) the dosage of nitrogen that is equal to 150 kg N/had. The parameter that we were height plant, and the number of leaves every weeks; production of corn and harbage; dry weight harbage; crude fiber and protein crude of harbagee. The result showed that different sources of nitrogen affected growth, production of corn, harbage and quality. Organic maater affected to height plant and the number of leaves on 5 week. The heigher plant is leucaena green fertiliser (P6) then followed by P7, P5, P2, P3, P4 and P 1 . The best numer of leaves is leucaena fertilizer (P6) then followed by P6, P7, P4, P3, P1, P2. The best of harbage is PI then followed by P2, P3, P4, P5, and P6. The heighest crude protein contain is crotalaria fertilizer then followed by P6, P1, P7, P3, P4 and P2. The heightest crude fiber is Urea fertilizer (P1) then followed by P2, P3, P4, P7, P6 and P5. The best dry weight is Urea (P1) then followed by P3, P2, P6, P4, P5 and P7. Rahayuning Tri Mulatsih; Benedictus Sukamto dan Florentina Kusmiyati (2001 ; 21 halaman). Jurusan : Nutrisi Makanan Temak; Fakultas Petemakan Universitas Diponegoro; No. Kontrak 016/L1T/BPPK-SDM/111/2001 tanggal 15 Maret 2001. Meningkatnya permasalahan lingkungan akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan, juga harga pupuk buatan yang semakin mahal menyulitkan petani, maka diperlukan upaya pemanfaatan sumber daya alam lain sebagai altematif pengganti misalnya pupuk organik kaya sumber hayati yang dapat didekomposisi di lapang sehingga dapat diserap langsung oleh tanaman sebagai pengganti nitrogen dari pupuk urea. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sumbangan nitrogen dari berbagai jenis pupuk organik guna mendukung pertumbuhan dan produksi jagung Penelitian telah dilaksanakan di kebun percobaan Laboratorium II mu Tanaman Makanan Temak, Fakultas Petemakan Universitas Diponegoro selama 3 bulan. Materi yang digunakan adalah berbagai pupuk organik, Urea; TSP; KCI dan. Benih Jagung manis. Penelitian dilakukan di lapang, diatur menggunakan rancangan acak kelompok dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dimaksud meliputi : Pupuk Urea (P1); Bokashi sampah pasar (P2); Bokashi pupuk kandang (P3); Pupuk kandang (P4); Pupuk hijau Crotalaria (P5); Pupuk hijau lamtoro (P6); dan Pupuk hijau glirisidae yang semuanya setara 150 kg N/ha. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, dan jumlah daun, per minggiv, produksi jagung dan hijauan segar; kadar bahan kering, protein kasar dan serat kasar hijauan.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan berbagai pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan jumlah daun pada minggu ke 5 dan semua parameter yang diamati. Hasa analisis kadar nitrogen pupuk urea, bokashi sampah pasar, bokashi pupuk kandang, pupuk kandang, pupuk hijau crotalaria, pupuk hijau lanaoro, dan pupuk hijau glirisidae masing-masing adalah 46; 0,64; 0,52; 0,57; 2; 2,04; 2,01%. Hasil analisis kimia tanah tembalang adalah 0,22% N; 0,06% P2O5 dan 0,2% K2O ; pH 5,5; KTK 1,8 meq/100 g tanah dengan tekstur pasir, hat dan debu masing-masing 22,75; 35,6 dan 41,64%. Hasa analisis ragam memperlihatkan bahwa laju pertambahan tinggi tanaman dipengaruhi perlakuan pupuk organik pada minggu ke 5, dengan hasil tertinggi dicapai perlakuan pemupukan dengan pupuk hijauan lamtoro. Laju pertambahan jumlah daun dipengaruhi perlakuan pupuk organik pada minggu ke 32, 5, § dan 7. Pertambahan jumlah daun tcrbanyak didapatkan pada perlakuan dengan pupuk hijau lamtoro pada minggu ke 2; pupuk bokashi sampah pasar pada minggu ke 5; pupuk urea pada minggu ke 6 dan pupil( glirisidae pada minggu ke 7. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk organik mempengaruhi hash jagung segar dan hijauannya (P 0,01). Pemberian pupuk hijau dari semua jenis legum hasil jagung segar lebih banyak tetapi jumlah hijauan lebih rendah dibanding urea. Penggunaan pupuk bokashi sampah pasar mengakibatkan basil jagung dan hijauan tidak berbeda dibanding urea, sedangkan bokashi pupuk kandang mengakibatkan basil jagung tidak berbeda dengan urea tetapi basil hijauan lebih rendah dibanding urea. Penggunaan pupuk kandatig mengakibatkan basil jagung tidak berbeda dibanding urea tetapi hasil hijauan paling rendah dibanding pupuk lainnya. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan pupuk berpengaruh sangat nyata terhadap lcualitas hijauan jagung. Penggunaan pupuk hijau dari semua jenis legum mengakibatkan kadar protein kasar hijauan lebih tinggi tetapi kadar bahan kering dan serat kasar rendah dibanding urea. Pemberian pupuk bokashi pupuk kandang dan pupuk kandang mengakibatkan kadar protein kasardan serat kasar tidak berbeda tempi kadar Kahan kering berbeda nyata. Penggunaan bokashi sampah pasar mengakihatkan kadar bahan kering dan serat kasar tidak berbeda dengan urea tetapi kadar proteinnya berbeda nyata