WACANA PENCITRAAN AHOK DAN FPI DALAM PEMBERITAAN MEDIA ONLINE KOMPASIANA.COM PADA KASUS-KASUS DUGAAN ‘PENISTAAN AGAMA
Main Author: | ARDHINA SARASWATI, 121614153031 |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.unair.ac.id/69063/1/abstrak.pdf http://repository.unair.ac.id/69063/2/full%20text.pdf http://repository.unair.ac.id/69063/ |
Daftar Isi:
- Penelitian ini merupakan kajian mengenai strategi tekstual dan kognisi sosial tim redaksi dan beberapa penulis di media berita online Kompasiana.com dalam mengkonstruksi wacana pencitraan Ahok dan FPI pada kasus-kasus dugaan penistaan agama, serta konteks sosial media berita dalam membangun wacana Cina, Islam, dan Politik di Indonesia yang dapat mempengaruhi penghadiran citra tersebut. Hal ini dilakukan karena dampak dari pemberitaan media berita terkait kasus tersebut memunculkan sebuah aksi yang besar yaitu Aksi Bela Islam 411 dan Aksi Super Damai 212. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan paradigma kritis sehingga analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk dipilih sebagai pendekatan karena dianggap sesuai dengan analisis wacana media. Analisis van Dijk memiliki tiga konsep, di antaranya: 1) analisis tekstual digunakan untuk melihat wacana citra yang sudah dibangun oleh pembuat berita dalam mengkonstruksi sebuah teks; 2) analisis kognisi sosial, yang dalam studi ini digunakan untuk melihat kesadaran mental pembuat teks melalui strategi pembuatan berita; dan 3) analisis konteks sosial, yang dalam analisis ini berkaitan dengan penelitian intertekstual terhadap berita yang telah diproduksi atau direproduksi oleh media berita terkait isu-isu wacana Cina, Islam, dan Politik di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media berita online Kompasiana.com selain menjadi mediasi opini warga yang telah berpartisipasi terhadap isu dugaan penistaan agama, media ini melakukan pemilihan dan strategi penayangan berita yang menonjolkan adanya keberpihakan pada Ahok, kondisi media seperti ini tentunya tidak sesuai dengan asas-asas jurnalisme. Makna dari keseluruhan analisis menunjukkan bahwa di Indonesia krisis pluralisme ataupun multikulturalisme masih sangat kental. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui dampak kasus dugaan penistaan agama yang terjadi. Selain itu pula, peran media di Indonesia berfungsi seperti pedang bermata dua yang mampu menggerakkan pola pikir dan tingkah laku masyarakat, dengan dua tujuan yang kontradiktif, yakni terciptanya persatuan bangsa atas dasar ideologi Pancasila atau justru memecah belah keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia.