Bioakumulasi dan Sebaran Logam Berat Pb pada Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) di Teluk Banten

Main Author: Hapsari, Larasati Putri
Other Authors: Riani, Etty, Winarto, Adi
Format: Thesis application/pdf
Bahasa: ind
Terbitan: Bogor Agricultural University (IPB) , 2018
Subjects:
Online Access: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/88720
Daftar Isi:
  • Teluk Banten merupakan kawasan utama dari kegiatan nelayan Kabupaten Serang Provinsi Banten. Kawasan sekitar perairan Teluk Banten mulai berkembang dengan adanya kegiatan industri maupun pelabuhan perikanan. Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat namun dilain pihak membawa dampak negatif terhadap lingkungan terutama pada air teluk. Dampak negatif yang diberikan dari kegiatan tersebut diantarnya buangan limbah,industry tekstil dan aktivitas pengecatan di galangan kapal. Adanya timbal (Pb) yang masuk ke dalam ekosistem mempengaruhi biota perairan seperti mematikan ikan terutama pada fase juvenil karena tingkat toksisitasnya yang tinggi. Salah satu jenis ikan hasil tangkapan yang ditemukan di Teluk Banten adalah ikan kurisi (Nemipteru sp.). Ikan kurisi digolongkan dalam ikan demersal yang memiliki aktivitas gerak relatif rendah dengan kebiasaan ruaya yang tidak terlalu jauh. Keadaan demikian memposisikan ikan kurisi cocok digunakan sebagai objek dalam penelitian bioakumulasi logam. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui kelayakan lingkungan perairan Teluk Banten bagi kehidupan biota terkait keberadaan cemaran logam Pb, (2) Menganalisis akumulasi logam berat Pb pada ikan kurisi (kulit,otot, insang) dan sebarannya secara histomorfologis pada insang, hati, ginjal, otot. Pengambilan sample dilakukan pada lima stasiun yang ditetapkan yaitu stasiun 1 (kawasan pelabuhan perikanan), stasiun 2 (kawasan industri Bojanegara), stasiun 3 (daerah transisi sebelum memasuki wilayah Pulau Panjang), stasiun 4 (bagian depan Pulau Panjang yang beratasan dengan teluk Banten), stasiun 5 (bagian belakang Pulau Panjang yang berbatasan dengan laut lepas). Penentuan konsentrasi logam Pb baik di lingkungan (air dan sedimen) maupun di jaringan ikan (otot, kulit dan insang) dilakukan dengan metode AAS (Atomic Absorption Spectrofotometric). Pengamatan sebaran logam Pb pada insang, otot, hati, dan ginjal dilakukan dengan metode histoteknik menggunakan pewarnaan logam haematoxylin, Pb akan tervisualisasi dengan warna biru dan pewarnaan rhodizonate yang akan memvisualisasikan Pb dengan warna merah kecoklatan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan pada baku mutu, serta analisis uji F menggunakan ANOVA satu arah. Berdasarkan hasil analisis AAS, diketahui bahwa konsentrasi logam berat Pb baik di air maupun sedimen telah melibihi baku mutu yang diperbolehkan. Konsentrasi logam Pb di air secara berturut-turut di masing masing stasiun yakni 0,018 mg/L, 0,02 mg/L, 0,023 mg/L, 0,024 mg/L dan 0,024 mg/L, sedangkan untuk baku mutu yang diperbolehkan dari KMNLH no.51 tahun 2004 adalah sebesar 0,008 mg/L. Demikian pula konsentrasi logam Pb pada sedimen yang sangat tinggi secara berturut-turut pada masing-masing stasiun yakni 83,41 mg/Kg, 107,61 mg/Kg, 60,76 mg/Kg, 92,93 mg/Kg, dan 98,17 mg/Kg, sedangkan baku mutu yang diperbolehkan dari CCME (Canadian Council of Ministers for the Environment) (2002) adalah 30,2 mg/Kg untuk ISQG (Interim Sediment Quality Guidelines) dan 112 mgKg untuk PEL (Probable Effect Levels). Pada ikan, hasil menunjukan konsentrasi Pb baik pada kulit, otot, maupun insang telah melewati baku mutu yang ditetapkan. Insang ikan kurisi (Nemipterus sp) merupakan organ akumulator logam terbanyak pada penelitian ini dengan rata-rata sebesar 43,544 mg/Kg±21,58451 diikuti kulit dengan konsentrasi 33,256 mg/Kg±16,25153 dan otot sebesar 19,098 mg/Kg±7,949058. Analisis histologi juga menunjukan sebaran logam Pb pada, otot, ginjal, hati dan insang tersebar secara merata. Pada gambaran histomorfologi, otot merupakan organ yang mengakumulasi logam paling sedikit dibandingkan dengan ginjal, hati dan insang. Akumulasi logam pada otot yang dianalisis menggunakan AAS, tidak berasal dari serabut otot melainkan dari jaringan ikat dan pembuluh darah. Berdasarkan hasil di atas dapat disimpulkan bahwa konsentrasi logam Pb di air pada semua stasiun pengambilan sampel menunjukan nilai yang tinggi melebihi ambang baku mutu yang ditetapkan. Tinggi konsentrasi logam Pb di air memberikan pengaruh terhadap konsentrasi logam Pb pada biota yang hidup di lokasi setempat. Konsentrasi logam Pb di insang, kulit, dan otot ikan kurisi menunjukan nilai yang tinggi melebihi baku mutu. Pola sebaran akumulasi logam Pb pada insang, hati dan ginjal dapat berupa bintik yang tersebar merata maupun bergerombol.