PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE

Main Author: RISMAYANTI, RISMAYANTI
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://eprints.unm.ac.id/2868/1/Rismayanti.%202017.docx
http://eprints.unm.ac.id/2868/
ctrlnum 2868
fullrecord <?xml version="1.0"?> <dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://eprints.unm.ac.id/2868/</relation><title>PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE</title><creator>RISMAYANTI, RISMAYANTI</creator><subject>PSIKOLOGI</subject><description>RINGKASAN SKRIPSI&#xD; &#xD; &#xD; &#xD; &#xD; PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE&#xD; &#xD; &#xD; &#xD; &#xD; RISMAYANTI&#xD; 1271041039&#xD; &#xD; &#xD; &#xD; &#xD; &#xD; &#xD; FAKULTAS PSIKOLOGI&#xD; UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR&#xD; MAKASSAR&#xD; 2017 &#xD; &#xD; &#xD; PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE&#xD; &#xD; Rismayanti&#xD; (rismay4574@gmail.com)&#xD; Muh. Daud&#xD; (daoed64@yahoo.com)&#xD; Faradillah Firdaus&#xD; (ilafirdaus@yahoo.com)&#xD; &#xD; Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar&#xD; Jl. AP Pettarani Makassar, 90222&#xD; &#xD; ABSTRAK&#xD; &#xD; Vocational maturity merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam memasuki dunia kerja sebagai tahap dalam pencapaian karir di masa depan. Pencapaian Vocational maturity remaja tidak lepas dari dukungan sosial, utamanya dari lingkungan orangtua yang akan memudahkan menentukan pilihan pekerjaan yang menurut remaja tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK yang menganggur dan belum menikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Penelitian ini menggunakan skala dukungan sosial orangtua dan skala vocational maturity dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi logistik dengan menggunakan SPSS 23.0 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai R square yang diperoleh adalah 0,380 dengan p = 0,000 (&#x3C1;&lt; 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan sosial orangtua memberikan pengaruh terhadap vocational maturity sebesar 38%, sedangkan selebihnya itu dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi strategi dalam meningkatkan vocational maturity remaja, sehingga lebih mudah dalam memasuki dunia kerja, serta memberikan gambaran tentang pentingnya dukungan sosial orangtua bagi remaja dalam mencapai vocational maturity.&#xD; &#xD; Kata kunci : dukungan sosial orangtua, vocational maturity, remaja lulusan SMK&#xD; &#xD; &#xD; Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mendapatkan pekerjaan tidak mudah, individu harus memiliki usaha dan keterampilan sebagai modal untuk bersaing dalam dunia kerja yang semakin ketat, utamanya di Indonesia dengan jumlah pengangguran yang cukup banyak yaitu 7,02 juta orang pada tahun 2016. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki pengangguran cukup banyak adalah Sulawesi Barat.&#xD; Wilayah yang memiliki tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat paling tinggi adalah Kabupaten Majene dengan jumlah persentase sebesar 5,51%. Data tersebut diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (NAKERTRANS) pada tahun 2015. Jumlah pengangguran di Kabupeten Majene didominasi oleh kalangan usia muda dengan tingkat pendidikan SMTA ke bawah. &#xD; Sulawesi Barat adalah daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, namun sekarang masih memiliki angka kemiskinan dan pengangguran yang masih menonjol. Maddareski Salatin (2017) mengemukakan bahwa Sulawesi Barat dengan status daerah yang masih berkembang memiliki banyak peluang untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, namun masih banyak orang dari luar daerah yang menduduki pekerjaan di Sulawesi Barat karena potensi dan keterampilan yang dimiliki penduduk Sulawesi Barat masih kurang. &#xD; Hartiningtyas, Purnomo dan Elmunsyah (2016) mengemukakan bahwa SMK mengarahkan pelajar untuk mendapatkan pengetahuan dalam mengasah keterampilan yang sesuai dengan bidangnya, sehingga nantinya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja.&#xD; Lulusan SMK yang berada dalam usia remaja akan mulai mengembangkan karir dan kemandirian untuk menghadapi masa depan sebagai salah satu fase perkembangan yang harus dipenuhi. Al-Mighwar (2006) mengemukakan bahwa remaja pada usia 17 tahun hingga memasuki masa dewasa awal sudah mulai memikirkan mengenai pekerjaan, melakukan pemilihan dan keputusan yang matang mengenai pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, hal ini merupakan salah satu fase perkembangan yang akan dilalui ketika remaja yang disebut sebagai vocational maturity.&#xD; Namun, ternyata masih banyak lulusan SMK yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pengangguran lulusan SMK di Indonesia tiap tahunnya. Data yang tercantum dalam BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran lulusan SMK mengalami kenaikan dari tahun 2014 hingga 2016, yaitu pada tahun 2014 sebanyak 847.365 orang, tahun 2015 bertambah menjadi 1.174.366 orang, hingga tahun 2016 menjadi 1.348.327 orang. &#xD; Nugroho (2009) mengemukakan bahwa individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi dunia kerja, karena kurangnya persiapan diri dan kompetensi terhadap pekerjaan, serta belum mampu dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dipilih. Seperti yang telah dipaparkan oleh lima orang lulusan SMK yang telah diwawancarai di Kabupaten Majene. Dua orang mengatakan bahwa individu masih kurang dalam mencari informasi pekerjaan yang berkaitan dengan kemampuannya, tiga orang mengatakan bahwa belum menguasai ilmu kejuruan yang didapatkan ketika sekolah. &#xD; Salah satu hal yang dapat memudahkan individu untuk melewati kesulitan ketika memasuki dunia kerja adalah dengan memiliki vocational maturity yang baik, dengan vocational maturity yang baik individu dapat lebih siap dalam menghadapi dunia kerja dan mengambil keputusan yang tepat dalam memilih pekerjaan. Salah satu faktor yang memengaruhi vocational maturity remaja adalah dukungan sosial, khususnya dari orangtua. &#xD; Proses pembentukan vocational maturity individu menyangkut sikap yang mampu menghadapi masalah dan menentukan pilihan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Sikap tersebut tidak lepas dari peran dukungan sosial sebagai motivator, pemberi perhatian, penghargaan dan kasih sayang yang dapat membentuk sikap positif dalam diri individu. Vijaykumar dan Lavanya (2015) mengemukakan bahwa dukungan orangtua sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai karir remaja, dukungan orangtua sebagai dorongan positif bagi anak dalam mengambil keputusan, sebagai sumber kekuatan, dan membuat anak lebih optimis. Indrasari (2004) mengemukakan bahwa remaja menjadikan dukungan orangtua sebagai motivasi yang mendorong dan memberikan arahan dalam pemilihan karir. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Oktober 2016 dengan memberikan beberapa pernyataan dan pertanyaan kepada dua puluh remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa kebanyakan remaja akan lebih mudah dalam menentukan pekerjaan apabila mendapat dukungan dari keluarga berupa motivasi, doa dan bantuan dalam mencari informasi mengenai pekerjaan. Hasil penelitian Utami (2016) menunjukkan bahwa dukungan yang diperoleh dari kerabat memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMK.&#xD; &#xD; METODE PENELITIAN&#xD; Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orangtua, yaitu dukungan yang didapatkan dari orangtua yang dapat membantu remaja ketika mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Dukungan tersebut berupa bantuan dalam bentuk emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah vocational maturity, yaitu kemampuan dan keyakinan yang dimiliki remaja menyangkut tentang pengetahuan, sikap, dan masalah yang akan nantinya dihadapi ketika memasuki dunia kerja. &#xD; Populasi dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Karakteristik subjek adalah remaja lulusan SMK dengan batas usia 21 tahun, tidak bekerja dan belum menikah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental. Teknik pengumpulan data menggunakan model skala likert. Skala yang digunakan adalah: &#xD; 1. Dukungan sosial&#xD; Skala dukungan sosial orangtua dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensi dukungan sosial yang dikemukakan oleh Metheny (2009) yaitu dimensi emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Validasi skala mengggunakan koefisien validitas isi Aiken&#x2019;s V yang divalidasi melalui profesional judgment. Hasil validitas pada skala dukungan sosial bergerak dari nilai 0,68-0,75. Daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,275-0,77, dari 30 aitem yang ada terdapat 11 aitem yang gugur, sehingga aitem yang tersisa sebanyak 19 aitem yang dapat digunakan dalam penelitian. Reliabilitas skala dukungan sosial orangtua setelah melalui uji coba menunjukkan nilai alpha sebesar 0,778. &#xD; 2. Vocational maturity&#xD; Skala vocational maturity dalam penelitian disusun berdasarkan aspek vocational maturity yang dikemukakan oleh Perron, dkk (1998) yaitu information sources, self knowledge, occupational knowledge, dan decision factor. Validasi skala mengggunakan koefisien validitas isi Aiken&#x2019;s V yang divalidasi melalui profesional judgment. Hasil validitas pada skala dukungan sosial bergerak dari nilai 0,68-0,75. Daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,275-0,77, dari 26 aitem yang ada terdapat 7 aitem yang gugur, sehingga aitem yang tersisa sebanyak 19 aitem yang dapat digunakan dalam penelitian. Reliabilitas skala vocational maturity setelah melalui uji coba menunjukkan nilai alpha sebesar 0,779. &#xD; &#xD; HASIL DAN PEMBAHASAN&#xD; Subjek dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene yang belum bekerja dan belum menikah. Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 44(58,67%) laki-laki dan 31(41,3) perempuan remaja lulusan SMK. &#xD; Adapun kategorisasi dukungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut: &#xD; Variabel Frek Kategori&#xD; 34 Tinggi&#xD; Dukungan sosial orangtua 41 Sedang&#xD; - Rendah&#xD; Jumlah 75 &#xD; Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 75 orang subjek, terdapat 34 orang subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang tinggi, 41 orang subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang sedang, dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial orangtua yang dimiliki subjek penelitian lebih banyak pada kategori sedang, dibanding dengan kategori tinggi dan tidak ada subjek yang memiliki dukungan sosial orangtua rendah.&#xD; Berdasarkan hasil analisis deskriptif memberikan gambaran bahwa remaja lulusan SMK rata-rata mendapatkan dukungan sosial dari orangtua yang berupa dukungan emosi, penghargaan, instrumental, dan informasi dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Remaja akan lebih mudah mengambil keputusan dalam mencari pekerjaan apabila orangtua memberikan dukungan positif terhadap kuputusan yang telah diambil. Lavanya dan Vijaykumar (2015) mengemukakan bahwa dukungan orangtua sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai karir remaja, dukungan orangtua sebagai dorongan positif bagi anak dalam mengambil keputusan, sebagai sumber kekuatan, dan membuat anak lebih optimis. Dukungan dari orangtua salah satu sumber kekuatan bagi remaja agar lebih bersemangat dan lebih percaya diri ketika melakukan sesuatu, khususnya pada saat memasuki dunia kerja. &#xD; Dukungan sosial yang didapatkan dari orangtua akan memberikan rasa nyaman, dicintai, dan dapat menguatkan remaja ketika merasa down. Dukungan emosional yang telah didapatkan subjek adalah perhatian dan empati dari orangtua, yaitu ketika subjek terlalu sibuk dengan aktivitas yang dilakukan, maka orangtua akan menyuruh untuk istirahat sejenak. Orangtua juga akan menanyakan kendala yang dilalui subjek ketika mencari pekerjaan dan sebagai penghibur ketika subjek merasa sedih. &#xD; Kategorisasi yang digunakan untuk variabel vocational maturity adalah kategorisasi dikotomi, yaitu pengkategorisasian berdasarkan pada nilai median. Nilai median variabel vocational maturity adalah 57. Adapun kategorisasi vocational maturity dapat dilihat pada tabel berikut: &#xD; &#xD; Kategori Frek Kategori&#xD; 57 &lt;X 39 Tinggi&#xD; X &lt; 57 36 Rendah&#xD; Jumlah 75 &#xD; Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 75 orang subjek, terdapat 39 orang subjek yang memiliki tingkat vocational maturity yang tinggi, 36 orang subjek yang memiliki tingkat vocational maturity yang yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat vocational maturity yang dimiliki subjek penelitian sebagian besar berada pada tingkat tinggi dengan selisih 3 yang memiliki vocational maturity yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat vocational maturity yang dimiliki subjek lebi banyak pada kategori tinggi dengan selisih 3 pada subjek yang memiliki vocational maturity rendah. &#xD; Remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene yang telah memiliki vocational maturity yang tinggi telah mempersiapkan diri untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Vocational maturity yang telah dimiliki remaja lulusan SMK di kabupaten majene dapat dilihat dari usaha mereka dalam mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan, bukan hanya melalui jaringan teman, namun mereka juga berusaha mencari informasi melalui jaringan internet dan surat kabar. Subjek memiliki penilaian kemampuan diri yang cukup tinggi. Remaja lulusan SMK telah memiliki pengalaman kerja di lapangan yang telah didapatkan ketika sekolah. Pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai modal ketika lulusan SMK ingin mencari pekerjaan. Hal tersebut dapat memudahkan untuk mencari pekerjaan, sehingga remaja lulusan SMK tetap merasa optimis dalam bersaing di dunia kerja. Namun pada aspek occupational, yaitu kesesuaian vokasi yang dimiliki dengan pekerjaan yang akan dipilih. Skor aitem pada aspek ini di bawah rata-rata. Hal itu menandakan bahwa subjek masih ragu dengan penyesuaian kapasitas pengetahuan yang telah didapatkan ketika sekolah dengan pekerjaan yang akan dipilih. &#xD; Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hipotesis dalam penelitian ini diuji melalui program IBM SPSS Statistics 23 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini:&#xD; &#xD; Variabel p Nagelkerk R Square&#xD; Dukungan sosial&#xD; Vocational maturity 0,000 0,241&#xD; Variabel U &#x3A1;&#xD; Vocational maturity 674.000 0,931&#xD; Berdasarkan tabel di sbelumnya menunjukkan bahwa nilai &#x3C1; dalam penelitian ini adalah 0,000. Berdasarkan kaidah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu apabila nilai signifikansi &#x3C1; di bawah 0,000 (&#x3C1; &lt; 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga hipotesis (Ha) dalam penelitian ini diterima. Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. &#xD; Hubungan antar variabel dapat ditunjukkan dari nilai koefesien regresi. Nilai koefesien regresi yang diperoleh positif, sehingga arah hubungan antar variabel searah. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang didapatkan remaja lulusan SMK, maka semakin tinggi pula vocational maturity remaja lulusan SMK. Nilai R square dapat menunjukkan tingkat pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK. Nilai R square yang diperoleh adalah 0,241, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua memberikan pengaruh terhadap vocational maturity sebesar 24,1%, sedangkan selebihnya itu dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Variabel lain yang dimaksud adalah minat dan bakat, status ekonomi keluarga, dan lingkungan keluarga.&#xD; &#xD; Temuan Tambahan &#xD; Tidak ada perbedaan vocational maturity remaja lulusan SMK laki-laki dengan perempuan. Pembuktian temuan peneliti ini diperoleh dengan menggunakan analisis Mann-Whitney U-Test. Hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 23 dapat dilihat pada tabel berikut:&#xD; Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara vocational maturity remaja laki-laki dengan perempuan lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnamurti (2017) tidak ada perbedaan kesiapan kerja antara laki-laki dan perempuan. &#xD; &#xD; KESIMPULAN DAN SARAN&#xD; Terdapat pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang telah didapatkan, maka semakin tinggi pula vocational maturity yang dimiliki remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Sumbangan efektif dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity sebesar 24,1%. Hal tersebut berarti bahwa terdapat 75,9% variabel lain yang memengaruhi variabel vocational maturity di luar variabel dukungan sosial. Variabel lain yang dimaksud adalah minat dan bakat, status ekonomi keluarga, dan lingkungan keluarga.&#xD; Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan pembahasan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di lapangan, maka peneliti mengajukan beberapa saran bagi beberapa pihak yang dapat bermanfaat sebagai berikut:&#xD; 1. Remaja&#xD; Remaja yang memiliki vocational maturity yang tinggi agar dapat mempertahankan dengan selalu optimis dengan kemampuan yang dimiliki, untuk remaja yang memiliki vocational maturity yang rendah agar meningkatkan dengan mengasah kemampuan yang dimiliki dan tetap memiliki keyakinan yang tinggi untuk mampu bersaing dalam dunia kerja. &#xD; 2. Orangtua&#xD; Bagi orang tua remaja, disarankan agar selalu memantau perkembangan anak, khususnya dalam perkembangan mengenai dunia pekerjaan. Orangtua disarankan untuk selalu memberikan dukungan yang positif agar dapat meningkatkan motivasi dan percaya diri remaja ketika mencari pekerjaan. &#xD; 3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya merevisi atau membuat skala dengan jumlah aitem setiap aspek sama, sehingga pengukuran masing-masing aspek seimbang. Peneliti selanjutnya hendaknya mengontrol beberapa variabel lain yang berpengaruh terhadap vocational maturity seperti minat dan bakat, lingkungan keluarga, dan status ekonomi keluarga.&#xD; &#xD; DAFTAR PUSTAKA&#xD; &#xD; Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia.&#xD; Badan pusat statistik. (2005). Statistik angkatan kerja Sulawesi Barat. Mamuju: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulwesi Barat.&#xD; &#xD; Hartiningtyas, L., Purnomo, L., &amp; Elmunsyah, H. (2016). Hubungan antara self regulated learning dan locus of control internal dengan kematangan vokasional siswa SMK. Jurnal Pendidikan, 1(6): 1127-1136.&#xD; &#xD; Indrasari, W. (2004). Ketika anak remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.&#xD; &#xD; Krisnawurti, T. F. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(1): 65-76.&#xD; &#xD; Maddareski, S. (2017). Job fair, pintu lapangan kerja. Radar Sulbar, hlm 3.&#xD; &#xD; Metheny, J. R. (2009). Family of origin influences on the career development of young adults: The relative contributions of sosial status and family support. (Disertasi). Texas: University of Oregon.&#xD; &#xD; Nugroho, D.P. (2009). Kematangan vokasional pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sewon. (Skripsi tidak diterbitkan). Jogjakara: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta.&#xD; &#xD; Perron, J., Vondracek, F. W., Skorikow, V. B., Tremblay, C., &amp; Corbiere, M. (1998). A longitudinal study of vocational maturity and ethnic identity development. Journal of Vocational Behavior, 52: 409-424.&#xD; &#xD; Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. (2016). Statistik ketenagakerjaan edisi 2. Jakarta: KEMNAKER.&#xD; &#xD; Rogahang, S. D. (2011). Kematangan vokasional siswa SMK Negeri 2 manado Elktromatika, 1(1): 33-43.&#xD; &#xD; Utami, A. S. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. (Skripsi tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. &#xD; &#xD; Vijaykumar S. D., &amp; Lavanya, T. (2015). Orientations of high school students and parents towards career decision-making. Journal of the Indian Association of Career and Livelihood Planning (IACLP), 4(1): 38-51. &#xD; THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT OF PARENTS ON VOCATIONAL MATURITY OF ADOLESCENTS GRADUATES SMK&#xD; IN KABUPATEN MAJENE.&#xD; Rismayanti&#xD; (rismay4574@gmail.com)&#xD; Muh. Daud&#xD; (daoed64@yahoo.com)&#xD; Faradillah Firdaus&#xD; (ilafirdaus@yahoo.com)&#xD; &#xD; Faculty of Psychology State University of Makassar&#xD; Jl. A.P.Pettarani, Makassar, 90222&#xD; &#xD; &#xD; ABSTRACK&#xD; &#xD; Vocational maturity is the readiness and ability of individuals to enter the world of work as a stage in the achievement of a career in the future. The achievement of vocational maturity of adolescent can not be separated from social support mainly from the family environment that will make it easier to determine the choice of work according to adolescents according to their abilities. Subject are adolescents graduates SMK unemployed and unmarried. This study aims to determine the effect of parental social support to vocational maturity of adolescent graduates SMK in Kabupaten Majene. The method in this study used is accidental sampling with the number of respondents as many as 75 people. This study uses the scale of social support and vocational maturity using Likert scale. Data analyze technique used is logistic regression analysis technique by using SPSS 23.0 for Windows. The result of data analyze shows that the value of R square obtained is 0.380 with p = 0,000 (&#x3C1; &lt;0,05), so it can be said that social support gives effect to vocational maturity of 38%, while the rest is influenced by other variables that are not involved in this research. The results of this study are expected to be a strategy in improving the vocational maturity of adolescent so much easier in entering the world of work, and provide an overview of the importance of social support for adolescents in achieving vocational maturity.&#xD; &#xD; Keywords: social support of parents, vocational maturity, adolescent graduates of SMK&#xD; &#xD; &#xD; Work is a very important thing for humans to meet the needs of life. Getting the job is not easy, the individual must have the business and skills as capital to compete in the increasingly tight working world, especially in Indonesia with a considerable amount of unemployment of 7.02 million people in 2016. One of the areas in Indonesia that has enough unemployment much is West Sulawesi. The region with the highest open unemployment rate in West Sulawesi is Kabupaten Majene with a percentage of 5.51%. The data is obtained from the Office of Manpower and Transmigration (NAKERTRANS) in 2015. The number of unemployed in Majene is dominated by young people with lower education level SMTA. &#xD; West Sulawesi is an area that has considerable economic potential, but now still has a number of outstanding poverty and unemployment. Maddareski Salatin (2017) argues that West Sulawesi with the status of the developing regions has many opportunities to make changes for the better, but there are still many people from outside the region who occupy the work in West Sulawesi because the potential and skills of the people of West Sulawesi still less. &#xD; Hartiningtyas, Purnomo and Elmunsyah (2016) that SMK directs students to gain knowledge in sharpening skills appropriate to their field, so that later can produce human resources ready to enter the workforce. Graduates of SMK who are in their teens will begin to develop their career and independence to face the future as one of the developmental phases that must be fulfilled. Al-Mighwar (2006) adolescents at the age of 17 to early adulthood have begun to think about work, make mature choices and decisions about work that matches their interests and abilities, this is one of the developmental phases that will be traversed when teens are referred to as vocational maturity. &#xD; However, there are still many vocational graduates who have not got a job. This can be seen from the increasing number of unemployed SMK graduates in Indonesia each year. The data included in the BPS indicates that the number of unemployed vocational school graduates has increased from 2014 to 2016, that in 2014 as many 847.365 people, in 2015 increased to 1.174.366 people, up to 2016 into 1,348,327 people. Nugroho (2009) argued that individuals will have difficulty in facing the workforce, due to lack of self preparation and job competence, and not yet able to make decisions related to the job to be selected. As described by five vocational graduates who have been interviewed in Kabupaten Majene. Two people said that individuals are still lacking in finding job information related to their ability, three people say that has not mastered the vocational knowledge gained during school. &#xD; One thing that can enable the people to pass through difficulties when entering the world of work is to have a good vocational maturity, with vocational maturity that both individuals can be better prepared to face the world of work and take the right decision in choosing a job. One of the factors that influence vocational maturity is the adolescent social support, particularly from parents. &#xD; The process of formation of individual vocational maturity in attitude capable of dealing with problems and make choices that suit her abilities. The attitude can not be separated from the role of social support as a motivator, attention, appreciation and affection that can form a positive attitude in the individual. Vijaykumar and Lavanya (2015) that parental support is crucial in decision-making about teenage careers, parental support as a positive boost for children in making decisions, as a source of strength, and making children more optimistic. Indrasari (2004) suggests that adolescents make parental support a motivation that encourages and provides direction in career selection. Based on the results of a survey conducted by researchers on October 28, 2016 by giving some statements and questions to twenty teens of SMK graduates in Kabupaten Majene, showed that most adolescent will be easier in determining the work if they get support from the family in the form of motivation, prayer and help in finding Information about the job. The results of Utami (2016) showed that the support obtained from relatives gives influence to the readiness of vocational students. &#xD; RESEARCH METHODS &#xD; The independent variable in this study is parental social support, which is support obtained from parents who can help adolescent when preparing to enter the workforce. Support is in the form of assistance in the form of emotional, reward, instrumental, and information. The dependent variable in this study is vocational maturity, the ability and the belief held adolescents concerning knowledge, attitudes, and problems will eventually be faced when entering the workforce. &#xD; Population in this research is adolescent graduate of SMK in Kabupatn Majene. Characteristics of the subject are adolescents SMK graduates with a 21 year age limit, not working and not married. The sampling technique in this research is incidental. Data collection techniques using Likert scale model. The scale used is: &#xD; 1. Social support of parents&#xD; The scale of social support of parents in this study is based on social support dimension proposed by Metheny (2009) that is emotional, reward, instrumental, and information dimension. The scale validation uses the validity coefficients of Aiken's V content through professional judgment. The result of validity on the scale of social support moves from a value of 0.68 to 0.75. The discriminating power of the aitem moves from 0.275-0.77, out of 30 items there are 11 fallen items, so that the remaining items are 19 items that can be used in the research. Social support scale reliability parents after a test showed the value of alpha of 0.778. &#xD; 2. Vocational maturity &#xD; The scale of vocational maturity in the study is based on the aspect of vocational maturity expressed by Perron, et al (1998), namely information sources, self knowledge, occupational knowledge, and decision factor. The scale validation uses the validity coefficients of Aiken's V content through professional judgment. The result of validity on the scale of social support moves from a value of 0.68 to 0.75. The discriminating power of the aitem moves from 0.275-0.77, from the 26 items there are 7 fallen items, so there are 19 items that can be used in the research. Reliability scale vocational maturity after a trial showed a value of alpha of 0.779. &#xD; &#xD; RESULTS AND DISCUSSION &#xD; Subjects in this study are adolescents SMK graduates in Kabupaten Majene who have not worked and not married. Subjects in this study consisted of 44 (58.67%) male and 31 (41.3) female adolescents graduated from vocational school. The categorization of social support can be seen in the following table: &#xD; Variables Freq Category &#xD; 34 High &#xD; Parental social support 41 Medium &#xD; - Low &#xD; Total 75 &#xD; The data in the table above shows that of the 75 subjects, there were 34 subjects with high levels of parental support, 41 subjects with moderate parental support levels, and no subjects with low levels of parental support. The categorization results show that the level of parental social support the study subjects have in the middle category, compared with the high category and no subject having low social support. &#xD; Based on the results of descriptive analysis suggests that teens average vocational graduates receive social support from parents in the form of emotional support, respect, instrumental, and information in preparation to enter the workforce. Adolescent will find it easier to make decisions in finding a job when parents give positive support to the decisions that have been taken. Lavanya and Vijaykumar (2015) argue that parental support is crucial in decision-making about teenage careers, parental support as a positive boost for children in making decisions, as a source of strength, and making children more optimistic. Parental support is one source of strength for adolescent to be more energized and more confident when doing something, especially when entering the workforce. &#xD; Social support is obtained from a parent will provide a sense of comfort, love, and can strengthen the juvenile when feeling down. The emotional support the subject has is the attention and empathy of the parent, that is, when the subject is too busy with the activity, the parent will tell them to take a break. Parents will also ask the obstacles that the subjects go through when looking for a job and as an entertainer when the subject feels sad. Categorization used for vocational maturity variable is dichotomous categorization, the categorization is based on the median value. The median value of vocational maturity variable is 57. The categorization of vocational maturity can be seen in the following table: &#xD; Category Freq Category &#xD; 57 &#x2264;X 39 High &#xD; X &lt;57 36 Low &#xD; Total 75 &#xD; The data in the above table shows that of the 75 subjects, there were 39 subjects who had a high level of vocational maturity, 36 subjects with a vocational maturity level is low. The categorization Results showed that the level of vocational maturity owned by the research subjects are mostly located at a high level by a margin of 3 that has a low vocational maturity. The categorization Results showed that the level of maturity subject's vocational grama many in the high category with a difference of 3 subjects who had low vocational maturity. &#xD; Teens in Majene vocational graduates who already have a high vocational maturity has been preparing to seek work in accordance with the knowledge and skills that have been owned. Vocational maturity which has been owned teenage vocational school graduates in Majene can be seen from their efforts in search of information on job vacancies, not only through a network of friends, but they also seek information through the Internet and newspapers. Subjects have a high self-assessment. Teens SMK graduates already have field work experience that has been obtained when the school. The experience can be used as capital when SMK graduates want to find a job. It can make it easier to find a job, so that adolescents SMK graduates remain optimistic in competing in the world of work. But in occupational aspects, namely vocational owned conformity with the work to be selected. The aitem score on this aspect is below average. It indicates that the subject is still unsure of the capacity adjustments knowledge gained when school with the work to be selected. &#xD; The hypothesis of this study is no influence of social support on vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene. The hypothesis in this study was tested through the program IBM SPSS Statistics 23 using logistic regression analysis. Hypothesis test results can be seen in the following table: &#xD; Variabel p Nagelkerk R Square&#xD; Sosialsupport&#xD; Vocational maturity 0,000 0,241&#xD; Variabel U &#x3A1;&#xD; Vocational maturity 674.000 0,931&#xD; &#xD; Based on the above table shows that the value of &#x3C1; in this study is 0.000. Based on the rule used in this research is if the significance value &#x3C1; below 0,000 (&#x3C1; &lt;0,05), then Ha accepted and Ho rejected, so hypothesis (Ha) in this research accepted. Hypothesis (Ha) in this study was no effect of parental social support to vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene.&#xD; Relationship between variables can be shown from regression coefficient value. Regression coefficient value obtained positive, so the direction of relationship between variables in the direction. The higher the social support teenage parents who obtained vocational school graduates, the higher the maturity adolescent vocational vocational graduates. R-square value can indicate the level of parental social support to vocational maturity teenage vocational school graduates. R square value obtained was 0.241, so it can be concluded that social support parents give effect to the vocational maturity of 24.1%, while the rest of it is influenced by other variables not included in this study. Other variables are interest and talent, family economic status, and family environment. &#xD; &#xD; Additional Findings &#xD; There is no difference vocational maturity vocational graduates teenage male with female. Proof of this research findings obtained using analysis Mann-Whitney U-Test. The analysis result obtained with the help of IBM SPSS Statistics 23 program can be seen in the following table: &#xD; The data in the above table shows that shows that there is no difference between vocational maturity adolescent males with female vocational graduates in Majene. This is in accordance with research conducted by Krisnamurti (2017) there is no difference in the readiness of work between men and women. &#xD; CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS &#xD; There is the influence of social support of parents towards vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene. This means that the higher the social support of parents that have been obtained, the higher the maturity owned vocational teenage vocational school graduates in Majene. The effective contribution of social support of parents towards vocational maturity of 24.1%. This means that there are 75.9% of other variables that influence vocational maturity variables outside variables of social support. Other variables are interest and talent, family economic status, and family environment. &#xD; Recommendations &#xD; Based on the findings, conclusions and discussion that has been obtained by researchers for conducting research in the field, the researchers propose some suggestions for some of the parties can be useful as follows: &#xD; 1. Adolescent &#xD; Adolescent who have a high vocational maturity in order to maintain the always optimistic about the capabilities, for teens who have a low vocational maturity in order to improve the capabilities honed and still have high confidence to be able to compete in the world of work. &#xD; 2. Parents &#xD; For adolescent parents, it is advisable to always monitor the development of children, especially in the development of the world of work. Parents are advised to always give positive support in order to increase motivation and confident adolescent when looking for work. &#xD; 3. For other researchers who want to do similar research, should revise or scale with the number of items of each aspect the same, so that the measurement of each aspect is balanced. Researchers further should control several other variables that influence vocational maturity as interest and talent, family environment, and the economic status of the family. &#xD; &#xD; REFERENCES&#xD; Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia.&#xD; Badan pusat statistik. (2005). Statistik angkatan kerja Sulawesi Barat. Mamuju: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulwesi Barat.&#xD; Hartiningtyas, L., Purnomo, L., &amp; Elmunsyah, H. (2016). Hubungan antara self regulated learning dan locus of control internal dengan kematangan vokasional siswa SMK. Jurnal Pendidikan, 1(6): 1127-1136.&#xD; Indrasari, W. (2004). Ketika anak remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.&#xD; Krisnawurti, T. F. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(1): 65-76.&#xD; Maddareski, S. (2017). Job fair, pintu lapangan kerja. Radar Sulbar, hlm 3.&#xD; Metheny, J. R. (2009). Family of origin influences on the career development of young adults: The relative contributions of sosial status and family support. (Disertasi). Texas: University of Oregon.&#xD; Nugroho, D.P. (2009). Kematangan vokasional pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sewon. (Skripsi tidak diterbitkan). Jogjakara: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta.&#xD; Perron, J., Vondracek, F. W., Skorikow, V. B., Tremblay, C., &amp; Corbiere, M. (1998). A longitudinal study of vocational maturity and ethnic identity development. Journal of Vocational Behavior, 52: 409-424.&#xD; Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. (2016). Statistik ketenagakerjaan edisi 2. Jakarta: KEMNAKER.&#xD; Rogahang, S. D. (2011). Kematangan vokasional siswa SMK Negeri 2 manado Elktromatika, 1(1): 33-43.&#xD; Utami, A. S. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. (Skripsi tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. &#xD; Vijaykumar S. D., &amp; Lavanya, T. (2015). Orientations of high school students and parents towards career decision-making. Journal of the Indian Association of Career and Livelihood Planning (IACLP), 4(1): 38-51.</description><date>2017</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://eprints.unm.ac.id/2868/1/Rismayanti.%202017.docx</identifier><identifier> RISMAYANTI, RISMAYANTI (2017) PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE. S1 thesis, Universitas Negeri Makassar. </identifier><recordID>2868</recordID></dc>
language eng
format Thesis:Thesis
Thesis
PeerReview:NonPeerReviewed
PeerReview
Book:Book
Book
author RISMAYANTI, RISMAYANTI
title PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE
publishDate 2017
topic PSIKOLOGI
url http://eprints.unm.ac.id/2868/1/Rismayanti.%202017.docx
http://eprints.unm.ac.id/2868/
contents RINGKASAN SKRIPSI PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE RISMAYANTI 1271041039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR MAKASSAR 2017 PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP VOCATIONAL MATURITY REMAJA LULUSAN SMK DI KABUPATEN MAJENE Rismayanti (rismay4574@gmail.com) Muh. Daud (daoed64@yahoo.com) Faradillah Firdaus (ilafirdaus@yahoo.com) Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar Jl. AP Pettarani Makassar, 90222 ABSTRAK Vocational maturity merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam memasuki dunia kerja sebagai tahap dalam pencapaian karir di masa depan. Pencapaian Vocational maturity remaja tidak lepas dari dukungan sosial, utamanya dari lingkungan orangtua yang akan memudahkan menentukan pilihan pekerjaan yang menurut remaja tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK yang menganggur dan belum menikah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Penelitian ini menggunakan skala dukungan sosial orangtua dan skala vocational maturity dengan menggunakan skala likert. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis regresi logistik dengan menggunakan SPSS 23.0 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan bahwa nilai R square yang diperoleh adalah 0,380 dengan p = 0,000 (ρ< 0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan sosial orangtua memberikan pengaruh terhadap vocational maturity sebesar 38%, sedangkan selebihnya itu dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi strategi dalam meningkatkan vocational maturity remaja, sehingga lebih mudah dalam memasuki dunia kerja, serta memberikan gambaran tentang pentingnya dukungan sosial orangtua bagi remaja dalam mencapai vocational maturity. Kata kunci : dukungan sosial orangtua, vocational maturity, remaja lulusan SMK Pekerjaan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mendapatkan pekerjaan tidak mudah, individu harus memiliki usaha dan keterampilan sebagai modal untuk bersaing dalam dunia kerja yang semakin ketat, utamanya di Indonesia dengan jumlah pengangguran yang cukup banyak yaitu 7,02 juta orang pada tahun 2016. Salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki pengangguran cukup banyak adalah Sulawesi Barat. Wilayah yang memiliki tingkat pengangguran terbuka di Sulawesi Barat paling tinggi adalah Kabupaten Majene dengan jumlah persentase sebesar 5,51%. Data tersebut diperoleh dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (NAKERTRANS) pada tahun 2015. Jumlah pengangguran di Kabupeten Majene didominasi oleh kalangan usia muda dengan tingkat pendidikan SMTA ke bawah. Sulawesi Barat adalah daerah yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar, namun sekarang masih memiliki angka kemiskinan dan pengangguran yang masih menonjol. Maddareski Salatin (2017) mengemukakan bahwa Sulawesi Barat dengan status daerah yang masih berkembang memiliki banyak peluang untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, namun masih banyak orang dari luar daerah yang menduduki pekerjaan di Sulawesi Barat karena potensi dan keterampilan yang dimiliki penduduk Sulawesi Barat masih kurang. Hartiningtyas, Purnomo dan Elmunsyah (2016) mengemukakan bahwa SMK mengarahkan pelajar untuk mendapatkan pengetahuan dalam mengasah keterampilan yang sesuai dengan bidangnya, sehingga nantinya dapat menghasilkan sumber daya manusia yang siap memasuki dunia kerja. Lulusan SMK yang berada dalam usia remaja akan mulai mengembangkan karir dan kemandirian untuk menghadapi masa depan sebagai salah satu fase perkembangan yang harus dipenuhi. Al-Mighwar (2006) mengemukakan bahwa remaja pada usia 17 tahun hingga memasuki masa dewasa awal sudah mulai memikirkan mengenai pekerjaan, melakukan pemilihan dan keputusan yang matang mengenai pekerjaan yang sesuai dengan minat dan kemampuannya, hal ini merupakan salah satu fase perkembangan yang akan dilalui ketika remaja yang disebut sebagai vocational maturity. Namun, ternyata masih banyak lulusan SMK yang belum mendapatkan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah pengangguran lulusan SMK di Indonesia tiap tahunnya. Data yang tercantum dalam BPS menunjukkan bahwa jumlah pengangguran lulusan SMK mengalami kenaikan dari tahun 2014 hingga 2016, yaitu pada tahun 2014 sebanyak 847.365 orang, tahun 2015 bertambah menjadi 1.174.366 orang, hingga tahun 2016 menjadi 1.348.327 orang. Nugroho (2009) mengemukakan bahwa individu akan mengalami kesulitan dalam menghadapi dunia kerja, karena kurangnya persiapan diri dan kompetensi terhadap pekerjaan, serta belum mampu dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan yang akan dipilih. Seperti yang telah dipaparkan oleh lima orang lulusan SMK yang telah diwawancarai di Kabupaten Majene. Dua orang mengatakan bahwa individu masih kurang dalam mencari informasi pekerjaan yang berkaitan dengan kemampuannya, tiga orang mengatakan bahwa belum menguasai ilmu kejuruan yang didapatkan ketika sekolah. Salah satu hal yang dapat memudahkan individu untuk melewati kesulitan ketika memasuki dunia kerja adalah dengan memiliki vocational maturity yang baik, dengan vocational maturity yang baik individu dapat lebih siap dalam menghadapi dunia kerja dan mengambil keputusan yang tepat dalam memilih pekerjaan. Salah satu faktor yang memengaruhi vocational maturity remaja adalah dukungan sosial, khususnya dari orangtua. Proses pembentukan vocational maturity individu menyangkut sikap yang mampu menghadapi masalah dan menentukan pilihan yang sesuai dengan kemampuan dirinya. Sikap tersebut tidak lepas dari peran dukungan sosial sebagai motivator, pemberi perhatian, penghargaan dan kasih sayang yang dapat membentuk sikap positif dalam diri individu. Vijaykumar dan Lavanya (2015) mengemukakan bahwa dukungan orangtua sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai karir remaja, dukungan orangtua sebagai dorongan positif bagi anak dalam mengambil keputusan, sebagai sumber kekuatan, dan membuat anak lebih optimis. Indrasari (2004) mengemukakan bahwa remaja menjadikan dukungan orangtua sebagai motivasi yang mendorong dan memberikan arahan dalam pemilihan karir. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Oktober 2016 dengan memberikan beberapa pernyataan dan pertanyaan kepada dua puluh remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene, menunjukkan bahwa kebanyakan remaja akan lebih mudah dalam menentukan pekerjaan apabila mendapat dukungan dari keluarga berupa motivasi, doa dan bantuan dalam mencari informasi mengenai pekerjaan. Hasil penelitian Utami (2016) menunjukkan bahwa dukungan yang diperoleh dari kerabat memberikan pengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMK. METODE PENELITIAN Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial orangtua, yaitu dukungan yang didapatkan dari orangtua yang dapat membantu remaja ketika mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Dukungan tersebut berupa bantuan dalam bentuk emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah vocational maturity, yaitu kemampuan dan keyakinan yang dimiliki remaja menyangkut tentang pengetahuan, sikap, dan masalah yang akan nantinya dihadapi ketika memasuki dunia kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Karakteristik subjek adalah remaja lulusan SMK dengan batas usia 21 tahun, tidak bekerja dan belum menikah. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah incidental. Teknik pengumpulan data menggunakan model skala likert. Skala yang digunakan adalah: 1. Dukungan sosial Skala dukungan sosial orangtua dalam penelitian ini disusun berdasarkan dimensi dukungan sosial yang dikemukakan oleh Metheny (2009) yaitu dimensi emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi. Validasi skala mengggunakan koefisien validitas isi Aiken’s V yang divalidasi melalui profesional judgment. Hasil validitas pada skala dukungan sosial bergerak dari nilai 0,68-0,75. Daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,275-0,77, dari 30 aitem yang ada terdapat 11 aitem yang gugur, sehingga aitem yang tersisa sebanyak 19 aitem yang dapat digunakan dalam penelitian. Reliabilitas skala dukungan sosial orangtua setelah melalui uji coba menunjukkan nilai alpha sebesar 0,778. 2. Vocational maturity Skala vocational maturity dalam penelitian disusun berdasarkan aspek vocational maturity yang dikemukakan oleh Perron, dkk (1998) yaitu information sources, self knowledge, occupational knowledge, dan decision factor. Validasi skala mengggunakan koefisien validitas isi Aiken’s V yang divalidasi melalui profesional judgment. Hasil validitas pada skala dukungan sosial bergerak dari nilai 0,68-0,75. Daya diskriminasi aitem bergerak dari 0,275-0,77, dari 26 aitem yang ada terdapat 7 aitem yang gugur, sehingga aitem yang tersisa sebanyak 19 aitem yang dapat digunakan dalam penelitian. Reliabilitas skala vocational maturity setelah melalui uji coba menunjukkan nilai alpha sebesar 0,779. HASIL DAN PEMBAHASAN Subjek dalam penelitian ini adalah remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene yang belum bekerja dan belum menikah. Subjek dalam penelitian ini terdiri atas 44(58,67%) laki-laki dan 31(41,3) perempuan remaja lulusan SMK. Adapun kategorisasi dukungan sosial dapat dilihat pada tabel berikut: Variabel Frek Kategori 34 Tinggi Dukungan sosial orangtua 41 Sedang - Rendah Jumlah 75 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 75 orang subjek, terdapat 34 orang subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang tinggi, 41 orang subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang sedang, dan tidak ada subjek yang memiliki tingkat dukungan sosial orangtua yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat dukungan sosial orangtua yang dimiliki subjek penelitian lebih banyak pada kategori sedang, dibanding dengan kategori tinggi dan tidak ada subjek yang memiliki dukungan sosial orangtua rendah. Berdasarkan hasil analisis deskriptif memberikan gambaran bahwa remaja lulusan SMK rata-rata mendapatkan dukungan sosial dari orangtua yang berupa dukungan emosi, penghargaan, instrumental, dan informasi dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Remaja akan lebih mudah mengambil keputusan dalam mencari pekerjaan apabila orangtua memberikan dukungan positif terhadap kuputusan yang telah diambil. Lavanya dan Vijaykumar (2015) mengemukakan bahwa dukungan orangtua sangat penting dalam pengambilan keputusan mengenai karir remaja, dukungan orangtua sebagai dorongan positif bagi anak dalam mengambil keputusan, sebagai sumber kekuatan, dan membuat anak lebih optimis. Dukungan dari orangtua salah satu sumber kekuatan bagi remaja agar lebih bersemangat dan lebih percaya diri ketika melakukan sesuatu, khususnya pada saat memasuki dunia kerja. Dukungan sosial yang didapatkan dari orangtua akan memberikan rasa nyaman, dicintai, dan dapat menguatkan remaja ketika merasa down. Dukungan emosional yang telah didapatkan subjek adalah perhatian dan empati dari orangtua, yaitu ketika subjek terlalu sibuk dengan aktivitas yang dilakukan, maka orangtua akan menyuruh untuk istirahat sejenak. Orangtua juga akan menanyakan kendala yang dilalui subjek ketika mencari pekerjaan dan sebagai penghibur ketika subjek merasa sedih. Kategorisasi yang digunakan untuk variabel vocational maturity adalah kategorisasi dikotomi, yaitu pengkategorisasian berdasarkan pada nilai median. Nilai median variabel vocational maturity adalah 57. Adapun kategorisasi vocational maturity dapat dilihat pada tabel berikut: Kategori Frek Kategori 57 <X 39 Tinggi X < 57 36 Rendah Jumlah 75 Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 75 orang subjek, terdapat 39 orang subjek yang memiliki tingkat vocational maturity yang tinggi, 36 orang subjek yang memiliki tingkat vocational maturity yang yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat vocational maturity yang dimiliki subjek penelitian sebagian besar berada pada tingkat tinggi dengan selisih 3 yang memiliki vocational maturity yang rendah. Hasil kategorisasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat vocational maturity yang dimiliki subjek lebi banyak pada kategori tinggi dengan selisih 3 pada subjek yang memiliki vocational maturity rendah. Remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene yang telah memiliki vocational maturity yang tinggi telah mempersiapkan diri untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki. Vocational maturity yang telah dimiliki remaja lulusan SMK di kabupaten majene dapat dilihat dari usaha mereka dalam mencari informasi mengenai lowongan pekerjaan, bukan hanya melalui jaringan teman, namun mereka juga berusaha mencari informasi melalui jaringan internet dan surat kabar. Subjek memiliki penilaian kemampuan diri yang cukup tinggi. Remaja lulusan SMK telah memiliki pengalaman kerja di lapangan yang telah didapatkan ketika sekolah. Pengalaman tersebut dapat dijadikan sebagai modal ketika lulusan SMK ingin mencari pekerjaan. Hal tersebut dapat memudahkan untuk mencari pekerjaan, sehingga remaja lulusan SMK tetap merasa optimis dalam bersaing di dunia kerja. Namun pada aspek occupational, yaitu kesesuaian vokasi yang dimiliki dengan pekerjaan yang akan dipilih. Skor aitem pada aspek ini di bawah rata-rata. Hal itu menandakan bahwa subjek masih ragu dengan penyesuaian kapasitas pengetahuan yang telah didapatkan ketika sekolah dengan pekerjaan yang akan dipilih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hipotesis dalam penelitian ini diuji melalui program IBM SPSS Statistics 23 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel berikut ini: Variabel p Nagelkerk R Square Dukungan sosial Vocational maturity 0,000 0,241 Variabel U Ρ Vocational maturity 674.000 0,931 Berdasarkan tabel di sbelumnya menunjukkan bahwa nilai ρ dalam penelitian ini adalah 0,000. Berdasarkan kaidah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu apabila nilai signifikansi ρ di bawah 0,000 (ρ < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, sehingga hipotesis (Ha) dalam penelitian ini diterima. Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah ada pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hubungan antar variabel dapat ditunjukkan dari nilai koefesien regresi. Nilai koefesien regresi yang diperoleh positif, sehingga arah hubungan antar variabel searah. Semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang didapatkan remaja lulusan SMK, maka semakin tinggi pula vocational maturity remaja lulusan SMK. Nilai R square dapat menunjukkan tingkat pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK. Nilai R square yang diperoleh adalah 0,241, sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial orangtua memberikan pengaruh terhadap vocational maturity sebesar 24,1%, sedangkan selebihnya itu dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dilibatkan dalam penelitian ini. Variabel lain yang dimaksud adalah minat dan bakat, status ekonomi keluarga, dan lingkungan keluarga. Temuan Tambahan Tidak ada perbedaan vocational maturity remaja lulusan SMK laki-laki dengan perempuan. Pembuktian temuan peneliti ini diperoleh dengan menggunakan analisis Mann-Whitney U-Test. Hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan bantuan program IBM SPSS Statistics 23 dapat dilihat pada tabel berikut: Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara vocational maturity remaja laki-laki dengan perempuan lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisnamurti (2017) tidak ada perbedaan kesiapan kerja antara laki-laki dan perempuan. KESIMPULAN DAN SARAN Terdapat pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua yang telah didapatkan, maka semakin tinggi pula vocational maturity yang dimiliki remaja lulusan SMK di Kabupaten Majene. Sumbangan efektif dukungan sosial orangtua terhadap vocational maturity sebesar 24,1%. Hal tersebut berarti bahwa terdapat 75,9% variabel lain yang memengaruhi variabel vocational maturity di luar variabel dukungan sosial. Variabel lain yang dimaksud adalah minat dan bakat, status ekonomi keluarga, dan lingkungan keluarga. Saran Berdasarkan hasil penelitian, kesimpulan dan pembahasan yang telah diperoleh peneliti selama melakukan penelitian di lapangan, maka peneliti mengajukan beberapa saran bagi beberapa pihak yang dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Remaja Remaja yang memiliki vocational maturity yang tinggi agar dapat mempertahankan dengan selalu optimis dengan kemampuan yang dimiliki, untuk remaja yang memiliki vocational maturity yang rendah agar meningkatkan dengan mengasah kemampuan yang dimiliki dan tetap memiliki keyakinan yang tinggi untuk mampu bersaing dalam dunia kerja. 2. Orangtua Bagi orang tua remaja, disarankan agar selalu memantau perkembangan anak, khususnya dalam perkembangan mengenai dunia pekerjaan. Orangtua disarankan untuk selalu memberikan dukungan yang positif agar dapat meningkatkan motivasi dan percaya diri remaja ketika mencari pekerjaan. 3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa, hendaknya merevisi atau membuat skala dengan jumlah aitem setiap aspek sama, sehingga pengukuran masing-masing aspek seimbang. Peneliti selanjutnya hendaknya mengontrol beberapa variabel lain yang berpengaruh terhadap vocational maturity seperti minat dan bakat, lingkungan keluarga, dan status ekonomi keluarga. DAFTAR PUSTAKA Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia. Badan pusat statistik. (2005). Statistik angkatan kerja Sulawesi Barat. Mamuju: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulwesi Barat. Hartiningtyas, L., Purnomo, L., & Elmunsyah, H. (2016). Hubungan antara self regulated learning dan locus of control internal dengan kematangan vokasional siswa SMK. Jurnal Pendidikan, 1(6): 1127-1136. Indrasari, W. (2004). Ketika anak remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Krisnawurti, T. F. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(1): 65-76. Maddareski, S. (2017). Job fair, pintu lapangan kerja. Radar Sulbar, hlm 3. Metheny, J. R. (2009). Family of origin influences on the career development of young adults: The relative contributions of sosial status and family support. (Disertasi). Texas: University of Oregon. Nugroho, D.P. (2009). Kematangan vokasional pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sewon. (Skripsi tidak diterbitkan). Jogjakara: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta. Perron, J., Vondracek, F. W., Skorikow, V. B., Tremblay, C., & Corbiere, M. (1998). A longitudinal study of vocational maturity and ethnic identity development. Journal of Vocational Behavior, 52: 409-424. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. (2016). Statistik ketenagakerjaan edisi 2. Jakarta: KEMNAKER. Rogahang, S. D. (2011). Kematangan vokasional siswa SMK Negeri 2 manado Elktromatika, 1(1): 33-43. Utami, A. S. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. (Skripsi tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vijaykumar S. D., & Lavanya, T. (2015). Orientations of high school students and parents towards career decision-making. Journal of the Indian Association of Career and Livelihood Planning (IACLP), 4(1): 38-51. THE INFLUENCE OF SOCIAL SUPPORT OF PARENTS ON VOCATIONAL MATURITY OF ADOLESCENTS GRADUATES SMK IN KABUPATEN MAJENE. Rismayanti (rismay4574@gmail.com) Muh. Daud (daoed64@yahoo.com) Faradillah Firdaus (ilafirdaus@yahoo.com) Faculty of Psychology State University of Makassar Jl. A.P.Pettarani, Makassar, 90222 ABSTRACK Vocational maturity is the readiness and ability of individuals to enter the world of work as a stage in the achievement of a career in the future. The achievement of vocational maturity of adolescent can not be separated from social support mainly from the family environment that will make it easier to determine the choice of work according to adolescents according to their abilities. Subject are adolescents graduates SMK unemployed and unmarried. This study aims to determine the effect of parental social support to vocational maturity of adolescent graduates SMK in Kabupaten Majene. The method in this study used is accidental sampling with the number of respondents as many as 75 people. This study uses the scale of social support and vocational maturity using Likert scale. Data analyze technique used is logistic regression analysis technique by using SPSS 23.0 for Windows. The result of data analyze shows that the value of R square obtained is 0.380 with p = 0,000 (ρ <0,05), so it can be said that social support gives effect to vocational maturity of 38%, while the rest is influenced by other variables that are not involved in this research. The results of this study are expected to be a strategy in improving the vocational maturity of adolescent so much easier in entering the world of work, and provide an overview of the importance of social support for adolescents in achieving vocational maturity. Keywords: social support of parents, vocational maturity, adolescent graduates of SMK Work is a very important thing for humans to meet the needs of life. Getting the job is not easy, the individual must have the business and skills as capital to compete in the increasingly tight working world, especially in Indonesia with a considerable amount of unemployment of 7.02 million people in 2016. One of the areas in Indonesia that has enough unemployment much is West Sulawesi. The region with the highest open unemployment rate in West Sulawesi is Kabupaten Majene with a percentage of 5.51%. The data is obtained from the Office of Manpower and Transmigration (NAKERTRANS) in 2015. The number of unemployed in Majene is dominated by young people with lower education level SMTA. West Sulawesi is an area that has considerable economic potential, but now still has a number of outstanding poverty and unemployment. Maddareski Salatin (2017) argues that West Sulawesi with the status of the developing regions has many opportunities to make changes for the better, but there are still many people from outside the region who occupy the work in West Sulawesi because the potential and skills of the people of West Sulawesi still less. Hartiningtyas, Purnomo and Elmunsyah (2016) that SMK directs students to gain knowledge in sharpening skills appropriate to their field, so that later can produce human resources ready to enter the workforce. Graduates of SMK who are in their teens will begin to develop their career and independence to face the future as one of the developmental phases that must be fulfilled. Al-Mighwar (2006) adolescents at the age of 17 to early adulthood have begun to think about work, make mature choices and decisions about work that matches their interests and abilities, this is one of the developmental phases that will be traversed when teens are referred to as vocational maturity. However, there are still many vocational graduates who have not got a job. This can be seen from the increasing number of unemployed SMK graduates in Indonesia each year. The data included in the BPS indicates that the number of unemployed vocational school graduates has increased from 2014 to 2016, that in 2014 as many 847.365 people, in 2015 increased to 1.174.366 people, up to 2016 into 1,348,327 people. Nugroho (2009) argued that individuals will have difficulty in facing the workforce, due to lack of self preparation and job competence, and not yet able to make decisions related to the job to be selected. As described by five vocational graduates who have been interviewed in Kabupaten Majene. Two people said that individuals are still lacking in finding job information related to their ability, three people say that has not mastered the vocational knowledge gained during school. One thing that can enable the people to pass through difficulties when entering the world of work is to have a good vocational maturity, with vocational maturity that both individuals can be better prepared to face the world of work and take the right decision in choosing a job. One of the factors that influence vocational maturity is the adolescent social support, particularly from parents. The process of formation of individual vocational maturity in attitude capable of dealing with problems and make choices that suit her abilities. The attitude can not be separated from the role of social support as a motivator, attention, appreciation and affection that can form a positive attitude in the individual. Vijaykumar and Lavanya (2015) that parental support is crucial in decision-making about teenage careers, parental support as a positive boost for children in making decisions, as a source of strength, and making children more optimistic. Indrasari (2004) suggests that adolescents make parental support a motivation that encourages and provides direction in career selection. Based on the results of a survey conducted by researchers on October 28, 2016 by giving some statements and questions to twenty teens of SMK graduates in Kabupaten Majene, showed that most adolescent will be easier in determining the work if they get support from the family in the form of motivation, prayer and help in finding Information about the job. The results of Utami (2016) showed that the support obtained from relatives gives influence to the readiness of vocational students. RESEARCH METHODS The independent variable in this study is parental social support, which is support obtained from parents who can help adolescent when preparing to enter the workforce. Support is in the form of assistance in the form of emotional, reward, instrumental, and information. The dependent variable in this study is vocational maturity, the ability and the belief held adolescents concerning knowledge, attitudes, and problems will eventually be faced when entering the workforce. Population in this research is adolescent graduate of SMK in Kabupatn Majene. Characteristics of the subject are adolescents SMK graduates with a 21 year age limit, not working and not married. The sampling technique in this research is incidental. Data collection techniques using Likert scale model. The scale used is: 1. Social support of parents The scale of social support of parents in this study is based on social support dimension proposed by Metheny (2009) that is emotional, reward, instrumental, and information dimension. The scale validation uses the validity coefficients of Aiken's V content through professional judgment. The result of validity on the scale of social support moves from a value of 0.68 to 0.75. The discriminating power of the aitem moves from 0.275-0.77, out of 30 items there are 11 fallen items, so that the remaining items are 19 items that can be used in the research. Social support scale reliability parents after a test showed the value of alpha of 0.778. 2. Vocational maturity The scale of vocational maturity in the study is based on the aspect of vocational maturity expressed by Perron, et al (1998), namely information sources, self knowledge, occupational knowledge, and decision factor. The scale validation uses the validity coefficients of Aiken's V content through professional judgment. The result of validity on the scale of social support moves from a value of 0.68 to 0.75. The discriminating power of the aitem moves from 0.275-0.77, from the 26 items there are 7 fallen items, so there are 19 items that can be used in the research. Reliability scale vocational maturity after a trial showed a value of alpha of 0.779. RESULTS AND DISCUSSION Subjects in this study are adolescents SMK graduates in Kabupaten Majene who have not worked and not married. Subjects in this study consisted of 44 (58.67%) male and 31 (41.3) female adolescents graduated from vocational school. The categorization of social support can be seen in the following table: Variables Freq Category 34 High Parental social support 41 Medium - Low Total 75 The data in the table above shows that of the 75 subjects, there were 34 subjects with high levels of parental support, 41 subjects with moderate parental support levels, and no subjects with low levels of parental support. The categorization results show that the level of parental social support the study subjects have in the middle category, compared with the high category and no subject having low social support. Based on the results of descriptive analysis suggests that teens average vocational graduates receive social support from parents in the form of emotional support, respect, instrumental, and information in preparation to enter the workforce. Adolescent will find it easier to make decisions in finding a job when parents give positive support to the decisions that have been taken. Lavanya and Vijaykumar (2015) argue that parental support is crucial in decision-making about teenage careers, parental support as a positive boost for children in making decisions, as a source of strength, and making children more optimistic. Parental support is one source of strength for adolescent to be more energized and more confident when doing something, especially when entering the workforce. Social support is obtained from a parent will provide a sense of comfort, love, and can strengthen the juvenile when feeling down. The emotional support the subject has is the attention and empathy of the parent, that is, when the subject is too busy with the activity, the parent will tell them to take a break. Parents will also ask the obstacles that the subjects go through when looking for a job and as an entertainer when the subject feels sad. Categorization used for vocational maturity variable is dichotomous categorization, the categorization is based on the median value. The median value of vocational maturity variable is 57. The categorization of vocational maturity can be seen in the following table: Category Freq Category 57 ≤X 39 High X <57 36 Low Total 75 The data in the above table shows that of the 75 subjects, there were 39 subjects who had a high level of vocational maturity, 36 subjects with a vocational maturity level is low. The categorization Results showed that the level of vocational maturity owned by the research subjects are mostly located at a high level by a margin of 3 that has a low vocational maturity. The categorization Results showed that the level of maturity subject's vocational grama many in the high category with a difference of 3 subjects who had low vocational maturity. Teens in Majene vocational graduates who already have a high vocational maturity has been preparing to seek work in accordance with the knowledge and skills that have been owned. Vocational maturity which has been owned teenage vocational school graduates in Majene can be seen from their efforts in search of information on job vacancies, not only through a network of friends, but they also seek information through the Internet and newspapers. Subjects have a high self-assessment. Teens SMK graduates already have field work experience that has been obtained when the school. The experience can be used as capital when SMK graduates want to find a job. It can make it easier to find a job, so that adolescents SMK graduates remain optimistic in competing in the world of work. But in occupational aspects, namely vocational owned conformity with the work to be selected. The aitem score on this aspect is below average. It indicates that the subject is still unsure of the capacity adjustments knowledge gained when school with the work to be selected. The hypothesis of this study is no influence of social support on vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene. The hypothesis in this study was tested through the program IBM SPSS Statistics 23 using logistic regression analysis. Hypothesis test results can be seen in the following table: Variabel p Nagelkerk R Square Sosialsupport Vocational maturity 0,000 0,241 Variabel U Ρ Vocational maturity 674.000 0,931 Based on the above table shows that the value of ρ in this study is 0.000. Based on the rule used in this research is if the significance value ρ below 0,000 (ρ <0,05), then Ha accepted and Ho rejected, so hypothesis (Ha) in this research accepted. Hypothesis (Ha) in this study was no effect of parental social support to vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene. Relationship between variables can be shown from regression coefficient value. Regression coefficient value obtained positive, so the direction of relationship between variables in the direction. The higher the social support teenage parents who obtained vocational school graduates, the higher the maturity adolescent vocational vocational graduates. R-square value can indicate the level of parental social support to vocational maturity teenage vocational school graduates. R square value obtained was 0.241, so it can be concluded that social support parents give effect to the vocational maturity of 24.1%, while the rest of it is influenced by other variables not included in this study. Other variables are interest and talent, family economic status, and family environment. Additional Findings There is no difference vocational maturity vocational graduates teenage male with female. Proof of this research findings obtained using analysis Mann-Whitney U-Test. The analysis result obtained with the help of IBM SPSS Statistics 23 program can be seen in the following table: The data in the above table shows that shows that there is no difference between vocational maturity adolescent males with female vocational graduates in Majene. This is in accordance with research conducted by Krisnamurti (2017) there is no difference in the readiness of work between men and women. CONCLUSIONS AND RECOMMENDATIONS There is the influence of social support of parents towards vocational maturity teenage vocational school graduates in Majene. This means that the higher the social support of parents that have been obtained, the higher the maturity owned vocational teenage vocational school graduates in Majene. The effective contribution of social support of parents towards vocational maturity of 24.1%. This means that there are 75.9% of other variables that influence vocational maturity variables outside variables of social support. Other variables are interest and talent, family economic status, and family environment. Recommendations Based on the findings, conclusions and discussion that has been obtained by researchers for conducting research in the field, the researchers propose some suggestions for some of the parties can be useful as follows: 1. Adolescent Adolescent who have a high vocational maturity in order to maintain the always optimistic about the capabilities, for teens who have a low vocational maturity in order to improve the capabilities honed and still have high confidence to be able to compete in the world of work. 2. Parents For adolescent parents, it is advisable to always monitor the development of children, especially in the development of the world of work. Parents are advised to always give positive support in order to increase motivation and confident adolescent when looking for work. 3. For other researchers who want to do similar research, should revise or scale with the number of items of each aspect the same, so that the measurement of each aspect is balanced. Researchers further should control several other variables that influence vocational maturity as interest and talent, family environment, and the economic status of the family. REFERENCES Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi remaja. Bandung: Pustaka Setia. Badan pusat statistik. (2005). Statistik angkatan kerja Sulawesi Barat. Mamuju: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulwesi Barat. Hartiningtyas, L., Purnomo, L., & Elmunsyah, H. (2016). Hubungan antara self regulated learning dan locus of control internal dengan kematangan vokasional siswa SMK. Jurnal Pendidikan, 1(6): 1127-1136. Indrasari, W. (2004). Ketika anak remaja. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Krisnawurti, T. F. (2017). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja siswa SMK. Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, 6(1): 65-76. Maddareski, S. (2017). Job fair, pintu lapangan kerja. Radar Sulbar, hlm 3. Metheny, J. R. (2009). Family of origin influences on the career development of young adults: The relative contributions of sosial status and family support. (Disertasi). Texas: University of Oregon. Nugroho, D.P. (2009). Kematangan vokasional pada siswa sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 1 Sewon. (Skripsi tidak diterbitkan). Jogjakara: Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Jogjakarta. Perron, J., Vondracek, F. W., Skorikow, V. B., Tremblay, C., & Corbiere, M. (1998). A longitudinal study of vocational maturity and ethnic identity development. Journal of Vocational Behavior, 52: 409-424. Pusat Data dan Informasi Ketenagakerjaan. (2016). Statistik ketenagakerjaan edisi 2. Jakarta: KEMNAKER. Rogahang, S. D. (2011). Kematangan vokasional siswa SMK Negeri 2 manado Elktromatika, 1(1): 33-43. Utami, A. S. (2016). Hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. (Skripsi tidak diterbitkan). Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Vijaykumar S. D., & Lavanya, T. (2015). Orientations of high school students and parents towards career decision-making. Journal of the Indian Association of Career and Livelihood Planning (IACLP), 4(1): 38-51.
id IOS3399.2868
institution Universitas Negeri Makassar
institution_id 55
institution_type library:university
library
library Perpustakaan Universitas Negeri Makassar
library_id 562
collection Eprints Universitas Negeri Makassar
repository_id 3399
subject_area Karya Umum
Rekayasa
city KOTA MAKASSAR
province SULAWESI SELATAN
repoId IOS3399
first_indexed 2017-10-01T00:35:38Z
last_indexed 2017-10-20T00:00:42Z
recordtype dc
_version_ 1683227286345613312
score 17.610468