ISLAM DAN TERORISME DI ASIA TENGGARA

Main Author: Sukti, Surya; Dosen STAIN Palangka Raya
Format: Article info application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: LP2M IAIN Palangka Raya
Online Access: http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam/article/view/174
http://e-journal.iain-palangkaraya.ac.id/index.php/jsam/article/view/174/144
Daftar Isi:
  • Sejak peristiwa serangan teror terhadap gedung kembar WTC di New York pada 11 September 2001, Presiden AS George W Bush menyatakan perang melawan terorisme di seluruh dunia. Presiden Bush menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai “medan kedua” dalam perang melawan terorisme internasional, setelah Afganistan. Isu perang melawan terorisme sering dikaitkan dengan Islam karena sebagian besar pelaku adalah dari kalangan muslim-radikal. Alasan pemerintah AS menjadikan Asia Tenggara sebagai “second front” melawan terorisme tidak mudah diterima kalangan pemerintah negara-negara Asia Tenggara juga pengamat yang telah lama mengenal komunitas muslim di Asia Tenggara sebagai muslim-moderat. Meski demikian tidak bisa ditampik adanya kelompok-kelompok minoritas muslim-radikal di Asia Tenggara yang karena alasan teologis dan politis melakukan tindakan teror. Radikalisme Islam di Asia Tenggara tidak tumbuh dengan sendirinya karena paham teologis yang cenderung radikal tetapi juga dipicu oleh kekecewaan mereka terhadap politik Barat (AS dan sekutu-sekutunya) terhadap negara-negara muslim. Mereka kecewa karena politik global AS yang menerapkan standar ganda (double standard) dalam masalah Palestina, Afganistan, Irak, dsb. yang mereka anggap tidak adil. Menurut para analis, radikalisme-Islam lebih diakibatkan oleh tekanan negara- negara Barat yang represif terhadap negara-negara muslim. Respon pemerintah negara-negara di Asia Tenggara, khsusnya negara-negara ASEAN, terhadap isu terorisme memberi peluang kerjasama yang lebih besar bagi kepentingan keamanan-militer Amerika Serikat di kawasan ini. Namun, sebagian pengamat menilai bahwa sebenarnya AS hanya mengalihkan isu dari motif kepentingan politik-ekonomi AS yang lebih besar di kawasan ini, mengingat Asia Tenggara adalah kawasan strategis jalur perdagangan dunia. Di samping itu, pasca perang dingin, pemerintah AS khawatir akan makin menguatnya pengaruh China di kawasan Asia Tenggara. Peran negara-negara di Asia Tenggara sendiri, terutama negara-neagra ASEAN sangat penting untuk meningkatkan kerjasama keamanan dan ekonomi serta pencitraan Islam yang moderat di mata internasional. Di samping itu Indonesia dan Malaysia, sebagai negara-negara mayoritas berpenduduk muslim sangat berkepentingan untuk mempromosikan pencitraan Islam yang positif guna mendukung terwujudnya kestabilan politik dan keamanan di Asia Tenggara.