Pemodelan Spasial Daerah Rawan Konflik Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) dengan Manusia di Desa Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser
Main Author: | Maulana, Muhammad Iqbal |
---|---|
Other Authors: | Sulistiyono, Nurdin |
Format: | Bachelors application/pdf |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas Sumatera Utara
, 2018
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5693 |
Daftar Isi:
- 141201133
- Conflicts between humans and wildlife tends to increase lately. The high human activity around the forest led to increased deforestation resulting in elephant habitat becomes narrow and forcing the elephants to seek new space so as to land the population and lead to conflicts between the elephants and the community. The purpose of this study is to model areas prone to human-elephant conflict in the villages surrounding the Gunung Leuser National Park area and analyzes the factors that influence vulnerability elephant conflict. Making the model map elephant conflict-prone areas using several variables NDVI, altitude, slope, distance from the road, distance from the river, the distance from the forest, the distance from the plantation, the distance from the garden mix, distance from settlements and population density. The value of each point of conflict then analyzed by principal component analysis (PCA) to get the weight of each variable. From the results of the study it was found that of the several variables analyzed, there were four variables that were highly correlated with the first component, namely the distance from the river, elevation, population density and slope. These four variables are the variables that most influence the incidence of elephant conflict. Model elephant conflict-prone areas are classified into three classes. The result showed that elephant conflict-prone areas in the villages around TNGL SPTN VI has an area of 43981.11 ha or 26.998% of the total area of research, a considerable area prone area of 41632.74 hectares or 25.556% of the area of research and areas that are not prone to have extensive 77291.73 ha or 47.446% of the area of research with the model validation value 100%.
- Konflik antara manusia dengan satwa liar cenderung meningkat belakangan ini. Tingginya aktivitas manusia di sekitar hutan menyebabkan meningkatnya laju kerusakan hutan yang mengakibatkan habitat gajah menjadi sempit dan memaksa gajah untuk mencari ruang gerak baru sehingga sampai ke lahan penduduk dan mengakibatkan konflik antara gajah dengan masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat model daerah rawan konflik gajah dengan manusia di desa sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerawanan konflik gajah. Pembuatan peta model daerah rawan konflik gajah menggunakan beberapa variabel yaitu NDVI, ketinggian, kelerengan, jarak dari jalan, jarak dari sungai, jarak dari hutan, jarak dari perkebunan, jarak dari kebun campuran, jarak dari pemukiman dan kepadatan penduduk. Nilai masing-masing titik konflik kemudian dianalisis dengan analisis komponen utama (PCA) untuk mendapatkan bobot setiap variabel. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dari beberapa variabel yang dianalisis, ada empat variabel yang berkorelasi tinggi dengan komponen pertama yaitu jarak dari sungai, ketinggian, kepadatan penduduk dan kelerengan. Ke-empat variabel tersebut merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian konflik gajah. Model daerah rawan konflik gajah diklasifikasikan menjadi tiga kelas. Daerah yang rawan konflik gajah di desa sekitar kawasan TNGL SPTN VI memiliki luas 43.981,11 ha atau 26,998 % dari total luas wilayah penelitian, daerah yang cukup rawan seluas 41.632,74 ha atau 25,556 % dari wilayah penelitian dan daerah yang tidak rawan memiliki luas 77.291,73 ha atau 47,446 % dari luas wilayah penelitian dengan nilai validasi model 100%.