Analisis wacana penolakan Front Pembela Islam terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.Com
Main Author: | Fajar Yugaswara |
---|---|
Format: | Bachelors |
Terbitan: |
Fakultas Iimu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
|
Subjects: |
Daftar Isi:
- Pasca terpilihnya Jokowi sebagai Presiden pada Pilpres kemarin rupanya menyisakan kekosongan pada kursi Gubernur DKI Jakarta. Jika nanti Jokowi telah resmi dilantik sebagai Presiden, maka secara otomatis Wakil Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), akan menggantikan posisi Jokowi sebagai Gubernur. Aturan ini telah tertuang dalam Pasal 26 ayat 3 Undang-undang no.12 Tahun 2008. Isu kemungkinan naiknya Ahok sebagai Gubernur cukup memanas karena menuai pro dan kontra. Salah satu penolakan tersebut datang dari Ormas Front Pembela Islam (FPI). Mereka menilai Ahok terlalu keras dan tidak merepresentasikan mayoritas warga Jakarta. Berdasarkan penjabaran diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana level teks dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level kognisi sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Bagaimana level konteks sosial dalam penyajian berita penolakan FPI terhadap pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta di Merdeka.com? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pisau analisis wacana model Teun van Dijk. Van Dijk membagi wacananya ke dalam tiga dimensi yaitu dimensi teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Van Dijk tidak hanya meneliti perihal wacana teks yang dikonstruksikan saja, tapi juga mental dari pengarang serta menganalisa wacana yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada segi teks Merdeka.com menggambarkan bagaimana penolakan keras FPI terhadap Ahok yang dilakukan secara anarkis dan melanggar hukum. Kemudian level kognisi sosial, penulis dan redaktur menempatkan posisi dirinya mendukung pengangkatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta meskipun berlatar belakang non muslim. Pada level konteks sosial, berita yang ditulis merupakan isu yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Dari penjelasan singkat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa teks tersebut tidak lahir dari realitas yang diambil apa adanya, melainkan telah dikonstruksi oleh media. Sama halnya dengan pemberitaan FPI dan Ahok yang dihadirkan oleh Merdeka.com. Wacana itu dibangun untuk merepresentasikan nilai-nilai pancasila, agar masyarakat tidak termakan isu SARA yang disuarakan oleh FPI dalam demo penolakan terhadap Ahok.