Analisis Framing Pemberitaan Konflik Tolikara pada Harian Kompas dan Republika

Main Author: Nurlaela
Format: Bachelors
Terbitan: Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Online Access: http://tulis.uinjkt.ac.id/file?file=digital/2018-10/87521-NURLAELA-PDF.pdf
Daftar Isi:
  • Konflik antar agama dan etnis di Indonesia semakin tinggi intensitasnya. Berdasarkan hasil penelitian, pada 29 provinsi di Indonesia, terjadi 832 insiden konflik dalam kurun waktu 1990-2008 yang mengakibatkan 55.080 korban jiwa dan 1.993 kerugian materil. (Ihsan Ali, dkk.,: 2009). Data tersebut menunjukan peristiwa konflik dapat dikategorikan sebagai kejadian luar biasa dan memiliki nilai berita tinggi. Sehingga pemberitaan tentang konflik hampir dapat ditemukan di berbagai media massa. Konflik Tolikara merupakan salah satu konflik etnoreligius yang terbilang baru. Konflik antar umat Kristiani dengan umat Islam ini terjadi pada 17 Juli 2015, bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Konflik Tolikara juga menjadi pemberitaan di berbagai media massa. Terlihat harian Kompas dan Republika beberapa kali memberitakan peristawa tersebut. Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, penulis ingin mengkaji framing pemberitaan pada Harian Kompas dan Republika dalam membingkai pemberitaan terkait konflik Tolikara. Teori yang digunakan adalah teori konstruksi realitas yang diperkenalkan Peter L. Berger dan Thomas Luckman yang menyatakan bahwa konstruksi media massa atas realitas sosial melihat bagaimana realitas dipandang oleh individu secara subjektif. Metodologi Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian yang digunakan ialah studi dokumen dan wawancara. Studi dokumen diambil dari teks berita Kompas dan Republika kemudian di analisis dengan teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. model framing tersebut menggunakan empat struktur dalam membedah teks yaitu, sintaksis, skrip, tematik dan retoris. Hasil penelitian ini menemukan fakta bahwa Kompas dan Republika memiliki perbedaan perspektif dalam memberitakan konflik Tolikara. Kompas memberitakan pada aspek perdamaian sebagai solusi terbaik. Penyebab dari konflik ialah karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik anata kelompok GIDI, umat muslim dan pemerintah. Sementara Republika lebih menekankan pada penegakan hukum mutlak dilakukan bagi pelaku penyerangan, dan umat Islam diposisikan sebagai pihak korban, anggota GIDI diposisikan sebagai pihak yang bersalah