Analisis kinerja operator traktor second kennedy round viii (SKR) di daerah transmigrasi (studi kasus kabupaten kota waringin barat propinsi kalimantan tengah

Main Author: Saifuddin, Saifuddin
Format: Thesis NonPeerReviewed application/pdf
Bahasa: eng
Terbitan: , 1997
Subjects:
Online Access: http://repository.sb.ipb.ac.id/602/1/1-01-Saifuddin-cover.pdf
http://repository.sb.ipb.ac.id/602/2/1-02-Saifuddin-RingkasanEksekutif.pdf
http://repository.sb.ipb.ac.id/602/3/1-03-Saifuddin-daftarIsi.pdf
http://repository.sb.ipb.ac.id/602/4/1-04-Saifuddin-pendahuluan.pdf
http://repository.sb.ipb.ac.id/602/
Daftar Isi:
  • Dalam upaya meningkatkan taraf hidup transmigran telah dilakukan berbagai upaya peningkatan hasil produksi pertanian tanaman pangan. Salah satu upaya tersebut adalah pemberian bantuan peralatan pertanian yang dikenal dengan Program SKR (Second Kennedy Round). Program ini merupakan bantuan peralatan pertanian dari pemerintah Jepang yang ditujukan untuk beberapa lokasi transmigrasi guna membantu transmigran dalam meningkatkan produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Jenis bantuan antara lain meliputi 4 WD tractor, hand tractor/power tiller, mist blower, sprayer, rice milling, multipurpose power unit, pompa irigasi, dan power threser, yang didistribusikan kepada 20 propinsi penerima bantuan. Dalam Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan SKR, salah satu unsure penting adalah keberadaan operator. Dalam petunjuk teknis Direktur Jenderal Bina Masyarakat Transmigrasi Tahun 1992 disebutkan bahwa peralatan dan mesin pertanian hanya boleh dioperasikan dan dirawat oleh operator yang memiliki ketrampilan teknis dan mekanis serta yang diserahi tanggung jawab. Berdasarkan hasil evaluasi Biro Perencanaan Deptrans dan PPH Tahun 1995, kendala yang menyebabkan belum optimalnya pengelolaan peralatan SKR adalah kemampuan dan disiplin operator. Hal Inl sekaligus menggambarkan bahwa operator sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan program SKR. Oleh karena itu, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan kemampuan kerja operator. Berdasarkan hasil evaluasi Biro Perencanaan di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) sejauhmana kesenjangan (gap) yang ada antara kemampuan operator yang diinginkan (patokan) dan kemampuan operator yang sebenarnya di lapangan; 2) faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kinerja operator peralatan SKR dan 3) sejauhmana upaya-upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kinerja operator peralatan SKR. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kinerja operator. 2) menganalisis kesenjangan antara kemampuan operator yang diinginkan (patokan) dengan kemampuan operator nyata; dan 3) menganalisis berbagai upaya untuk meningkatkan kinerja operator sehingga menghasilkan kinerja sesuai yang diharapkan. Berdasarkan teori-teori yang melandasi penelitian ini, ada beberapa faktor yang diduga berhubungan dengan kinerja operator yang bila dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah usia, pendidikan, motivasi dan pengalaman kerja. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal meliputi lingkungan kerja, prosedur kerja Ipengoperasian, upah dan penilaian atasan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai dan kajian manajemen. Selanjutnya, untuk menguji berbagai variabel yang diduga berpengaruh terhadap produktivitas kerja operator dilakukan uji statistik. Berdasarkan asumsi bahwa masing-masing variabel yang diteliti mempunyai ukuran skala ordinal yang memungkinkan setiap responden operator yang diteliti diberi jenjang (ranking), maka metode uji statistik yang dinilai efektif digunakan adalah metode koefisiensi korelasi tata jenjang Spearman (rS ) karena diantara respoden operator yang diteliti kemungkinan mempunyai nilai atau ranking yang sama untuk suatu variabel yang sama (nilai kembar) dimana hal ini cukup besar pengaruhnya terhadap nilai rs• maka digunakan pula satu faktor koreksi dalam perhitungan rs-nya. Responden dalam penelitian ini adalah para operator traktor yang mengoperasikan dan memelihara traktor di unit-unit pemukiman transmigrasi. Dalam penelitian ini tolok ukur kemampuan kerja yang digunakan adalah produktivitas kerja operator, yaitu kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan pengolahan tanah per satuan luas tertentu dalam satuan waktu tertentu. Tolok ukur produktivitas kerja ini dinilai lebih representatif untuk dijadikan tolok ukur utama dalam menilai kemampuan kerja operator, karena dapat menggambarkan pula berbagai aspek lainnya misalnya tingkat keterampilan operator, kondisi traktornya sendiri, upah dan pendapatan. Berkaitan dengan tolok ukur produktivitas kerja operator tersebut, ada beberapa sumber yang dapat dijadikan pedoman atau standar. Meskipun ada beberapa versi yang dapat digunakan dalam penentuan tolok ukur ini, namun dalam penelitian ini tolok ukur produktivitas kerja yang digunakan adalah mengacu pada hasil evaluasi Oirektorat Bina Usaha Ekonomi (BINUSEK) Departemen Transmigrasi dan PPH RI. Pertimbangannya adalah standar ini dinilai lebih realistis karena didasarkan atas hasil evaluasi Program SKR yang dilakukan selama ini oleh Direktorat tersebut. Berdasarkan standar kemampuan kerja operator traktor roda empat produktivitas kerja operator dikelompokkan menjadi 3 strata yaitu: 1) di bawah standar « standar) yang berarti operator memerlukan waktu lebih dari 7 jam untuk mengolah tanah seluas satu hektar. 2) Standar yang berarti operator memerlukan waktu 6-7 jam untuk mengolah tanah seluas satu hektar. 3) di atas standar (> standarl yang berarti operator memerlukan waktu kurang dari 6 jam untuk mengolah tanah seluas satu hektar. Rangkuman hasil uji statistik (uji 's) terhadap variabel-variabel yang diamati diuraikan sebagai berikut: 1) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan usia operator diperoleh 's hitung = 0.176, sedangkan,s tabel (p = 0.05) = 0.506 sehingga 's hitung kurang dari 's tabel (tidak signifikan). 2) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan motivasi operator diperoleh 's hitung = 0.241, sedangkan,s tabel (p = 0.05) = 0.506 sehingga 's hitung kurang dari 's tabel (tidak signifikan). 3) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan pendidikan operator diperoleh 's hitung = 0.340, sedangkan,s tabel (p =0.05) = 0.506 sehingga 's hitung kurang dari 's tabel (tidak signifikan). 4) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan pengalaman operator diperoleh 's hitung = 0.826, sedangkan,s tabel (p = 0.01) = 0.712 sehingga 's hitung lebih dari 's tabel (sangat signifikan). 5) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan lingkungan operator diperoleh 's hitung = 0.062, sedangkan,s tabel (p =0.05) = 0.506 sehingga 's hitung kurang dari 's tabel (tidak signifikan) 6) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan prosedur kerja diperoleh 's hitung = 0.263, sedangkan,s tabel (p =0.05) = 0.506 sehingga 's hitung kurang dari 's tabel (tidak signifikan) 7) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan tingkat kepuasan operator terhadap upah diperoleh 's hitung = 0.522, sedangkan,s tabel (p =0.05) = 0.506 sehingga 's hitung lebih dari 's tabel (signifikan) 8) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan penilaian atasan terhadap operator diperoleh 's hitung = 0.562, sedangkan,s tabel (p = 0.05) = 0.506 sehingga 's hitung lebih dari 's tabel ( signifikan). 9) Pada uji hubungan produktivitas kerja dan kondisi lahan yang digarap operator diperoleh 's hitung = 0.876, sedangkan,s tabel (p =0.01) = 0.876sehingga 's hitung lebih dari 's tabel (sangat signifikan). Berdasarkan hasil uji statistik, hubungan antara produktivitas kerja operator dengan kesembilan variabel yang telah dikemukakan di atas, maka dalam hubungannya dengan produktivitas kerja operator, variabel-variabel tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok variable yang menunjukkan hubungan sangat signifikan, signifikan dan non signifikan. Termasuk ke dalam kelompok variabel yang sangat signifikan adalah pengalaman (termasuk faktor internal) dan kondisi lahan (termasuk factor eksternal). Dengan demikian, dari empat variabel internal yang diduga berhubungan dengan produktivitas kerja operator traktor program SKR hanya variabel pengalaman operator yang memiliki hubungan yang erat dengan tingkat produktivitas kerjanya. Hal ini berarti pengalaman atau masa kerja operator merupakan faktor penting yang berhubungan dengan produktivitas kerja mereka. Sedangkan untuk faktor eksternal, kondisi lahan merupakan variable yang sangat signifikan dalam hubungannya dengan produktivitas kerja operator. Menurut pengalaman operator, kondisi lahan yang mereka olah atau kerjakan relatif bervariasi tingkat kesulitannya yaitu berkisar dari ringan sampai sangat berat. Hal ini mengakibatkan kecepatan kerja mereka juga relatif bervariasi tergantung kondisi lahan yang mereka kerjakan. Sekitar 50% responden operator menyatakan bahwa kondisi lahan yang mereka garap umumnya tergolong ke dalam kategori sulit atau berat untuk diolah/ditraktor. Kendalanya antara lain karena pada lahan-Iahan tersebut masih banyak ditemukan tunggul besar maupun kecil yang menyulitkan pekerjaan pentraktoran. Di daerah transmigrasi khususnya daerah bukaan baru kondisi lahan seperti ini sangat umum dijumpai. Selanjutnya variabel yang termasuk kelompok signifikan adalah variable upah dan penilaian atasan. Jika variabel dibedakan menurut kelompok factor internal dan eksternal, maka kedua variabel tersebut termasuk dalam kelompok faktor eksternal. Hal ini menunjukkan bahwa faktor insentif baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi masih cukup besar pengaruhnya terhadap peningkatan produktivitas kerja operator. Insentif ekonomi misalnya dalam bentuk pemberian upah yang wajar atau memuaskan, sedangkan insentif non ekonomi dapat berbentuk penghargaan atas prestasi kerja mereka yang dinilai memuaskan. Kelompok variabel yang terakhir adalah yang kurang menunjukkan hubungan signifikan dengan produktivitas kerja operator yang terdiri dari variabel usia, motivasi, pendidikan, lingkungan kerja dan prosedur kerja. Jika variabel-variabel yang tidak menunjukkan hubungan signifikan ini dibedakan pula menurut kelompok faktornya, maka dari kelima variable tersebut, tiga diantaranya termasuk ke dalam kelompok faktor internal, yaitu variabel usia, pendidikan dan motivasi. Tidak adanya hUbungan signifikan antara ketiga variabel tersebut dengan produktivitas kerja operator menunjukkan bahwa pekerjaan operator sebenarnya dapat dilakukan siapa saja tanpa menentukan persyaratan usia, pendidikan atau motivasi secara kaku, karena yang lebih diperlukan adalah bagaimana mempersiapkan para operator traktor dengan keterampilan dan sikap positif sehingga mereka mampu mengoperasikan dan merawat traktornya dengan sebaik-baiknya. Sedangkan, variabel yang termasuk ke dalam kelompok faktor eksternal, yaitu lingkungan kerja dan prosedur kerja meskipun kurang menunjukkan hubungan yang signifikan dengan produktivitas kerja operator, namun peranannya di lapangan tetap tidak bisa diabaikan. Berdasarkan hasil dan pembahasan ini dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Berdasarkan tingkat hubungannya urutan variabel dari yang sangat berhubungan sampai kurang terhadap produktivitas kerja operator dapat diurutkan sebagai berikut: 1) kondisi lahan; 2) pengalaman; 3) penilaian atasan; 4) tingkat kepuasan terhadap upah; 5) pendidikan; 6) prosedur kerja; 7) motivasi; 8) usia; dan 9) lingkungan kerja. Berdasarkan urutan tingkat hubungan tersebut dapat dijelaskan bahwa hambatan utama bagi tercapainya produktivitas kerja operator yang maksimal adalah karena kendala fisik lahan dan pengalaman kerja operator itu sendiri. Selain itu, penilaian atasan dan tingkat upah juga merupakan faktor penting lainnya yang berhubungan dengan produktivitas kerja operator. Faktor-faktor lainnya seperti tingkat pendidikan, prosedur kerja, motivasi diri, usia dan lingkungan tetap memiliki hubungan meskipun tidak sepenting faktor-faktor yang disebutkan sebelumnya. Berdasarkan temuan-temuan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain: 1) Untuk menangani kondisi lahan transmigrasi yang relatif berat kepada para operator traktor program SKR perlu diintroduksikan inovasi-inovasi atau teknik-teknik pengolahan tanah yang tepat sehingga mereka dapat bekerja lebih efisien dan efektif. 2) Karena produktivitas kerja operator cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman kerja mereka, maka perlu ada upaya khusus untuk meningkatkan kemampuan kerja para operator yang tergolong masih muda pengalaman misalnya melalui proses pemagangan dengan operator yang lebih senior. dan 3) adanya hubungan yang signifikan antara variabel penilaian atasan dan tingkat kepuasan upah terhadap produktivitas kerja operator menunjukkan pentingnya faktor insentif dan pengawasan dari luar terhadap diri operator. Oleh karena itu, pemberian sistem insetif yang menarik yang sekaligus disertai dengan penilaian atasan yang obyektif terhadap diri operator akan berpengaruh positif terhadap kinerja operator tersebut.