Penelitian manajemen pendidikan Islam: Sebuah pencarian metodologik

Main Author: Rahardjo, Mudjia
Format: TeachingResource NonPeerReviewed Book
Bahasa: ind
Terbitan: , 2017
Subjects:
Online Access: http://repository.uin-malang.ac.id/1573/1/1573.pdf
http://repository.uin-malang.ac.id/1573/
Daftar Isi:
  • Membahas wilayah kajian dan objek kajian ilmu pengetahuan beserta paradigma kajiannya tidak dapat dipisahkan dari pandangan filsafat terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. Menurut filsafat ilmu, ilmu bersandar pada 3 (tiga) pilar penyangga, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi merupakan asas penetapan objek dan wilayah kajian dan karenanya menjawab pertanyaan apa yang dikaji, termasuk apa realitas yang dikaji merupakan sesuatu wujud yang nyata (kongkret), tidak nyata (abstrak) atau simbolik. Epistemologi merupakan asas penetapan bagaimana cara mempelajari atau memperolehnya, dan karenanya menjawab pertanyaan bagaimana mengkajinya. Sedangkan aksiologi merupakan asas penetapan tujuan dan manfaat pengetahuan, dan karenanya menjawab pertanyaan apa tujuan dan manfaat pengetahuan yang akan dikaji tersebut. Secara ontologik, ilmu terbatas pada kawasan yang berada dalam jangkauan pengalaman dan pengamatan manusia. Ide-ide tentang Tuhan, alam akhirat, surga, neraka, dan sejenisnya, kendati telah lama hidup dalam perbendaharaan jiwa manusia dan secara kuat mempengaruhi perilaku manusia sehari-hari bukan merupakan hasil potret pengalaman empirik manusia karena tidak muncul dalam dunia observasi dan pengalaman empirik. Karena itu, pengetahuan tersebut tidak termasuk kawasan ilmu pengetahuan ilmiah. Penggagas Rasionalisme Kritis Popper (1972), misalnya, menyebutnya pengetahuan yang “dapat diuji”, dan “yang tidak dapat diuji”. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terbuka untuk diuji. Tolok ukur yang dipakai Popper untuk membedakan pengetahuan “ilmiah” dan “non-ilmiah” bukan “benar” dan “salah”, melainkan “dapat diuji” dan “tidak dapat diuji” (Wuisman, 1996: 20).