Analisis Wacana Percintaan Beda Agama Dalam Film Cinta Tapi Beda

Main Author: Zakiyah Al-Wahdah
Other Authors: Siti Nurbaya
Format: Bachelors
Bahasa: in
Online Access: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/26837
Daftar Isi:
  • ix, 107 hal,; 29.5 cm
  • ABSTRAK Analisis Wacana Percintaan Beda Agama dalam Film Cinta Tapi Beda Oleh: Zakiyah Al-Wahdah Film Cinta Tapi Beda merupakan film bergendre drama yang bertema besar tentang percintaan beda agama. Inspirasi dalam film ini didapat dari salah satu cerita pendek karya Dwitasari yang berjudul Beda Cinta, Setipis Keyakinan. Selain itu film ini merupakan kisah nyata yang dialami oleh sang sutradara film Cinta Tapi Beda, yaitu Hestu Saputra. Di satu sisi film ini banyak mengajarkan tentang toleransi antar umat beragama. Disisi lain film ini menuai pro dan kontra terutama dikalangan masyarakat beragama Islam dan suku Minang. Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaannya adalah, bagaimana wacana percintaan beda agama dalam film Cinta Tapi Beda? Bagaimana wacana seputar percintaan beda agama dikonstruksi dalam film Cinta Tapi Beda karya Hanung Bramantyo dan Hestu Saputra dilihat dari level teks (struktur makro, superastruktur, struktur mikro), level kognisi sosial, dan level konteks sosial? Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode analisis wacana Teun A Van Dijk. Teun A Van Dijk membagi analisis wacana menjadi tiga bagian yaitu level teks, kognisi sosial, dan konteks sosial. Level teks terbagi menjadi tiga, pertama struktur makro yaitu tematik/topik, kedua superstruktur yaitu skematik/skema, dan ketiga struktur mikro yaitu semantik (latar, detail, maksud peranggapan), sintaksis (bentuk kalimat, koherensi, kata ganti), stilistik, dan retoris (grafis, metafora, ekspresi). Level kognisi sosial melihat permasalahan dari kognisi/mental penulis naskah/skenario. Level konteks sosial melihat bagaimana wacana tersebut berkembang di masyarakat. Tema besar dalam film ini adalah percintaan beda agama, toleransi antar umat beragama, keimanan antar umat kepada Tuhannya, serta kebudayaan dan kebhinekaan suku Minang dan Jawa. Bahasa yang digunakan oleh pemain yaitu bahasa Indonesia serta bahasa Jawa dan Minang. Dari segi kognisi sosial Hestu Saputra selaku sutradara sekaligus penulis skenario film ini memandang bahwa selain dirinya banyak masyarakat Indonesia yang mengalami hal serupa dengannya. Dari segi konteks sosial semua agama menginginkan yang terbaik untuk pemeluknya, yaitu menikah dengan yang seagama dengan mereka. Walaupun dalam Katolik menikah dengan orang yang berbeda agama diperbolehkan (kawin campur), tetapi pada dasarnya dianjurkan untuk menikah dengan seseorang yang memiliki satu keyakinan. Film ini merupakan kisah nyata dari Hestu Saputra selaku sutradara film Cinta Tapi Beda. Selain itu banyaknya masyarakat yang mengalami hal serupa dengannya. Toleransi antar umat beragama sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Seseorang hendaknya tidak
  • Siti Nurbaya, M.Si