Daya Hambat Kitosan Terhadap Aktivitas Bakteri Pembentuk Histamin Pada Ikan Tongkol Segar (Euthynnus Affinis)
Main Author: | Agustiana |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed |
Terbitan: |
, 2014
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/160494/ |
ctrlnum |
160494 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.ub.ac.id/160494/</relation><title>Daya Hambat Kitosan Terhadap Aktivitas Bakteri Pembentuk Histamin Pada Ikan Tongkol Segar (Euthynnus Affinis)</title><creator>Agustiana</creator><subject>572.5 Miscellaneous chemicals</subject><description> Ikan tongkol ( Euthynnus
affinis ) , adalah salah satu ikan yang sangat disukai oleh
masyarakat Kalimantan Selatan dikarenakan ikan ini termasuk ikan yang murah dan
mudah didapat dipasaran . Ikan tongkol termasuk dalam famili scombroidae yang
memiliki daging merah, kerusakan oleh aktivitas bakteri maupun enzim dapat menghasilkan
racun yang sering disebut scombrotoksin.
Scombrotoksin adalah toksin yang dihasilkan
oleh aktivitas bakteri terutama pada ikan-ikan famili scombroidae seperti tuna,
cakalang, kembung, marlin,mackerel dan sejenisnya. Salah satu senyawa bersifat
racun tersebut adalah histamin yang merupakan suatu senyawa hasil perombakan
asam amino bebas histidin. Histidin diubah menjadi histamin oleh enzim
histidine decarboxylase yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri kelompok
enterobacteriaceae atau bakteri marin pembentuk histamin. Penggunaan bahan
pengawet alami yang aman dalam menjaga kesegaran ikan salah satunya adalah kitosan yang diberikan pada produk perikanan.
Kitosan banyak digunakan dalam pengawetan hasil perikanan karena diyakini lebih
aman dan ramah lingkungan dibandingkan bahan pengawet kimia. Kitosan merupakan
bahan pengawet yang berasal dari cangkang crustacea (kepiting, udang,
cumi-cumi) dan mudah didapat baik dalam bentuk bubuk atau gel. Penggunaan kitosan sebagai penghambat
aktivitas bakteri sampai saat ini belum diketahui dosis optimum khususnya untuk
menghambat aktivitas enzim histidin dekarboksilase, sehingga pada penelitian
ini menjadi penting dipelajari daya hambat kitosan terhadap aktivitas enzim
histidin dekarboksilase yang dicoating kitosan pada ikan tongkol. Inovasi yang
dapat dilakukan untuk menghambat terbentuknya histamin hasil dekarboksilase
enzim pada ikan tongkol yang dilapisi larutan kitosan pada ikan tongkol selama penyimpan, pada penambahan konsentrasi kitosan 3%, 5%, 10 % dan suhu 4 o C,
20 o C, 37 o C Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui katakteristik kitosan kepiting
bakau ( Scylla sp), udang galah ( Macrobrachium rosenbergii de Man) dan
udang putih ( Litopenaeus
vannamei ) , serta karakteristik tingkat kesegaran
ikan tongkol pada Pendaratan Ikan di Banjarmasin. Mendeteksi bakteri penghasil pembentuk histamin yang terdapat pada ikan
tongkol ( Euthynnus affinis ). Mengetahui daya hambat kitosan terhadap bakteri pembentuk
histamin. Mengetahui konsentrasi
kitosan terbaik dalam menghambat pembentukan asam amino, dan histamin pada ikan
tongkol. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu a). Hasil penelitian Kitosan
dari kepiting bakau, udang galah dan udang putih mempunyai karaktertistik yang
berbeda kecuali pada protein protein. Sampel ikan tongkol telah terjadi degradasi
protein dan lemak ditandai dengan terbentuknya asam amino yang dikuatkan pada
hasi uji kesegaran TPC, TMA dan pH bahwa ikan sudah berada pada tahap post
rigor. b). Isolasi bakteri yang
bersimbiosis pada ikan tongkol menghasilkan 15 spesies dan 9 spesies diantaranya
adalah bakteri penghasil enzim histidin dekarboksilase. c).Kitosan udang galah mempunyai
daya hambat bakteri yang sama terhadap kitosan kepiting bakau dan udang putih,
tetapi antara kitosan kepiting dan udang putih aktivitas daya hambat berbeda nyata.
Sehingga diambil kitosan udang galah sebagai perlakuan terbaik untuk digunakan pada
tahap penelitian selanjutnya. d). Perlakuan
terbaik parameter asam amino ada pada konsentrasi kitosan 10 % dengan suhu penyimpanan
4 °C, namun dengan konsentrasi kitosan 3 % masih dapat diterima karena pada asam
amino tertentu mempunyai nilai terendah dan berpengaruh sama dengan konsentrasi
10 %. Perlakuan konsentrasi 3 % dengan suhu 4 °C secara umum mempunyai nilai asam
lemak terendah. Kadar histamin semakin menurun seiring meningkatnya konsentrasi
kitosan dan menurunnya suhu penyimpanan. </description><date>2014-12-19</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><identifier> Agustiana (2014) Daya Hambat Kitosan Terhadap Aktivitas Bakteri Pembentuk Histamin Pada Ikan Tongkol Segar (Euthynnus Affinis). Doctor thesis, Universitas Brawijaya. </identifier><relation>DIS/572.566/AGU/d/2014/061502470</relation><recordID>160494</recordID></dc>
|
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview |
author |
Agustiana |
title |
Daya Hambat Kitosan Terhadap Aktivitas Bakteri Pembentuk Histamin Pada Ikan Tongkol Segar (Euthynnus Affinis) |
publishDate |
2014 |
topic |
572.5 Miscellaneous chemicals |
url |
http://repository.ub.ac.id/160494/ |
contents |
Ikan tongkol ( Euthynnus
affinis ) , adalah salah satu ikan yang sangat disukai oleh
masyarakat Kalimantan Selatan dikarenakan ikan ini termasuk ikan yang murah dan
mudah didapat dipasaran . Ikan tongkol termasuk dalam famili scombroidae yang
memiliki daging merah, kerusakan oleh aktivitas bakteri maupun enzim dapat menghasilkan
racun yang sering disebut scombrotoksin.
Scombrotoksin adalah toksin yang dihasilkan
oleh aktivitas bakteri terutama pada ikan-ikan famili scombroidae seperti tuna,
cakalang, kembung, marlin,mackerel dan sejenisnya. Salah satu senyawa bersifat
racun tersebut adalah histamin yang merupakan suatu senyawa hasil perombakan
asam amino bebas histidin. Histidin diubah menjadi histamin oleh enzim
histidine decarboxylase yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri kelompok
enterobacteriaceae atau bakteri marin pembentuk histamin. Penggunaan bahan
pengawet alami yang aman dalam menjaga kesegaran ikan salah satunya adalah kitosan yang diberikan pada produk perikanan.
Kitosan banyak digunakan dalam pengawetan hasil perikanan karena diyakini lebih
aman dan ramah lingkungan dibandingkan bahan pengawet kimia. Kitosan merupakan
bahan pengawet yang berasal dari cangkang crustacea (kepiting, udang,
cumi-cumi) dan mudah didapat baik dalam bentuk bubuk atau gel. Penggunaan kitosan sebagai penghambat
aktivitas bakteri sampai saat ini belum diketahui dosis optimum khususnya untuk
menghambat aktivitas enzim histidin dekarboksilase, sehingga pada penelitian
ini menjadi penting dipelajari daya hambat kitosan terhadap aktivitas enzim
histidin dekarboksilase yang dicoating kitosan pada ikan tongkol. Inovasi yang
dapat dilakukan untuk menghambat terbentuknya histamin hasil dekarboksilase
enzim pada ikan tongkol yang dilapisi larutan kitosan pada ikan tongkol selama penyimpan, pada penambahan konsentrasi kitosan 3%, 5%, 10 % dan suhu 4 o C,
20 o C, 37 o C Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui katakteristik kitosan kepiting
bakau ( Scylla sp), udang galah ( Macrobrachium rosenbergii de Man) dan
udang putih ( Litopenaeus
vannamei ) , serta karakteristik tingkat kesegaran
ikan tongkol pada Pendaratan Ikan di Banjarmasin. Mendeteksi bakteri penghasil pembentuk histamin yang terdapat pada ikan
tongkol ( Euthynnus affinis ). Mengetahui daya hambat kitosan terhadap bakteri pembentuk
histamin. Mengetahui konsentrasi
kitosan terbaik dalam menghambat pembentukan asam amino, dan histamin pada ikan
tongkol. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu a). Hasil penelitian Kitosan
dari kepiting bakau, udang galah dan udang putih mempunyai karaktertistik yang
berbeda kecuali pada protein protein. Sampel ikan tongkol telah terjadi degradasi
protein dan lemak ditandai dengan terbentuknya asam amino yang dikuatkan pada
hasi uji kesegaran TPC, TMA dan pH bahwa ikan sudah berada pada tahap post
rigor. b). Isolasi bakteri yang
bersimbiosis pada ikan tongkol menghasilkan 15 spesies dan 9 spesies diantaranya
adalah bakteri penghasil enzim histidin dekarboksilase. c).Kitosan udang galah mempunyai
daya hambat bakteri yang sama terhadap kitosan kepiting bakau dan udang putih,
tetapi antara kitosan kepiting dan udang putih aktivitas daya hambat berbeda nyata.
Sehingga diambil kitosan udang galah sebagai perlakuan terbaik untuk digunakan pada
tahap penelitian selanjutnya. d). Perlakuan
terbaik parameter asam amino ada pada konsentrasi kitosan 10 % dengan suhu penyimpanan
4 °C, namun dengan konsentrasi kitosan 3 % masih dapat diterima karena pada asam
amino tertentu mempunyai nilai terendah dan berpengaruh sama dengan konsentrasi
10 %. Perlakuan konsentrasi 3 % dengan suhu 4 °C secara umum mempunyai nilai asam
lemak terendah. Kadar histamin semakin menurun seiring meningkatnya konsentrasi
kitosan dan menurunnya suhu penyimpanan. |
id |
IOS4666.160494 |
institution |
Universitas Brawijaya |
affiliation |
mill.onesearch.id fkp2tn.onesearch.id |
institution_id |
30 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Brawijaya |
library_id |
480 |
collection |
Repository Universitas Brawijaya |
repository_id |
4666 |
subject_area |
Indonesian Language Collection/Kumpulan Karya Umum dalam Bahasa Indonesia* |
city |
MALANG |
province |
JAWA TIMUR |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS4666 |
first_indexed |
2021-10-28T06:45:35Z |
last_indexed |
2021-10-28T07:45:25Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1751455982818426880 |
score |
17.610468 |