HUBUNGAN KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN KONSENTRASI BELAJAR

Main Authors: Saidin, Sukati, Krisdinamurtirin, Y., Murdiana, Ance, Moecherdiyatiningsih, Moecherdiyatiningsih, Karyadi, Lies Darwin, Murni, Sri
Other Authors: BADAN LITBANGKES KEMENKES
Format: Article application/pdf eJournal
Bahasa: ind
Terbitan: Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik , 2012
Online Access: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/2204
Daftar Isi:
  • Telah dilakukan penelitian Hubungan Kebiasaan Makan Pagi dan Konsentrasi Belajar Pada Anak Sekolah Dasar di 10 Sekolah Dasar di wilayah Kabupaten Bogor. Sampel penelitian diambil anak sekolah dasar kelas 4, 5 dan 6 dengan umur antara 9-14 tahun. Sampel dipilih anak yang sehat (bebas dari penyakit menahun) mempunyai status gizi normal. Sampel dikelompokkan menjadi 4 yaitu: (1) kelompok makan pagi tidak anemia (MP-TA). (2) Kelompok makan pagi anemia (MP-A). (3) Kelompok tidak makan pagi tidak anemia (TMP-TA). (4) Kelompok tidak makan pagi anemia (TMP-A). Sebelum dilakukan matching (berpasangan) berdasarkan jenis kelamin, umur dan asal sekolah, kelompok MP-TA terdiri dari 120 anak, MP-A sebanyak 84 anak, kelompok TMP-TA sebanyak 93 anak dan kelompok TMP-A sebanyak 95 anak. Setelah dipasangkan (matching) berdasarkan jenis kelamin, umur dan kelas yang sama untuk masing-masing kelompok diperoleh 57 pasang. Terhadap semua anak (sebelum dan sesudah dipasangkan) dilakukan test konsentrasi yang dilakukan pada jam yang sama yaitu pukul 9.00 pagi. Cara yang digunakan untuk uji konsentrasi adalah cara Bourdon, cara digit symbol tanpa dan dengan gangguan. Rata-rata hasil test konsentrasi dengan cara Bourdon untuk ke-4 kelompok sebagai berikut: 97.6, 92.4, 91.6 dan 90.1 (untuk lembar pertama) dan 112.3, 106.2, 110.3 dan 108.7 (untuk lembar kedua) masing-masing untuk kelompok MP-TA, MP-A, TMP-TA, dan TMP-A (tidak berpasangan). Dengan menggunakan uji-t test ternyata hasil test konsentrasi belajat dengan cara ini tidak berbeda nyata (P<0.05). Rata-rata hasil test konsentrasi belajar keempat kelompok setelah berpasangan untuk lembar pertama masing-masing sebesar 96.4, 95.1, 90.4 dan 90.1 dan sebesar 110.1, 109.9, 111.5 dan 107.3 (untuk lembar kedua). Hasil uji statistik dengan anova juga tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (P<0.05). Rata-rata hasil test konsentrasi keempat kelompok (tidak berpasangan), dengan cara digit symbol tanpa dan dengan gangguan menunjukkan angka sebagai berikut: 37.5, 34.3, 35.0 dan 29.1 (tanpa gangguan) dan 40.7, 38.5, 38.9 dan 32.2 (dengan gangguan). Hasil uji statustik dengan t-test menunjukkan bahwa ada perbedaan yang sangat nyata antara kelompok yang diuji (P 0.01), kecuali antara kelompok MP-TA dengan TMP-TA, perbedaannya hanya nyata P < 0.05 (tanpa gangguan). Sedangkan hasil uji statistik test konsentrasi dengan gangguan, yang tampak berbeda nyata hanya antara kelompok TMP-TA dengan TMP-A dan antara MP-A dengan TMP-A, untuk kelompok MP-TA dengan MP-A dan MP-TA dengan TMP-TA, tidak ada perbedaan yang nyata. Rata-rata hasil uji konsentrasi keempat kelompok (berpasangan), dengan cara digit system adalah berturut-turut 36.5, 34.3, 35.0 dan 29.1 (tanpa gangguan) dan 39.8, 38.5, 38.9 dan 32.2 (dengan gangguan). Hasil uji statistik keempat kelompok (berpasangan) dengan menggunakan uji Anova menunjukkan bahwa kebiasaan makan pagi dan keadaan anemia berpengaruh nyata pada konsentrasi belajar dengan nilai F=8.142 dan 7.861. Daru uji Anova tampak bahwa ada interaksi nyata antara kebiasaan makan pagi dengan anemia terhadap konsentrasi belajar anak. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang tidak biasa makan pagi dan menderita anemia sangat merugikan, karena kelompok ini ternyata mempunyai daya konsentrasi paling rendah. Dapat disimpulkan bahwa kebiasaan tidak makan pagi dan keadaan anemia berpengaruh nyata terhadap konsentrasi belajar anak sekolah.