Perbandingan variasi genetik kerbau lokal Riau dan kerbau lokal Sumatra Barat berbasis mikrostelit sebagai bahan ajar mata kuliah genetika / Nurkhairo Hidayati
Main Author: | Hidayati, Nurkhairo |
---|---|
Other Authors: | 1. MOHAMAD AMIN ; 2. UMIE LESTARI |
Format: | PeerReviewed |
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Universitas Negeri Malang. Program Studi Pendidikan Biologi
, 2011
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://mulok.library.um.ac.id/oaipmh/../home.php?s_data=Skripsi&s_field=0&mod=b&cat=3&id=50545 |
Daftar Isi:
- Tesis, Program Studi Pendidikan Biologi, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. agr. Mohamad Amin, S.Pd., M.Si. dan Pembimbing (II) Dr. Umie Lestari, M.Si. Kata kunci: variasi genetik, kerbau lokal Riau dan Sumatra Barat, mikrosatelitKerbau (Bubalus bubalis) merupakan salah satu jenis ternak di Indonesia yang memberikan kontribusi besar dalam penyediaan daging, penghasil susu, dan sumber tenaga kerja yang potensial untuk mengolah lahan usaha tani. Namun, saat ini perkembangan populasi dan produktivitas kerbau di Indonesia masih kurang baik. Sebagai contoh untuk Provinsi Riau pada tahun 2006 populasi ternak kerbau 47.799 ekor, sedangkan pada tahun 2008 hanya 45.422 ekor, dimana terjadi penurunan populasi sebanyak 2.377 ekor. Sedangkan untuk provinsi Sumatra Barat, populasi kerbau pada tahun 2008 adalah 196.854 ekor. Provinsi Riau berbatasan langsung dengan Sumatra Barat sehingga kerbau dari Sumatra barat juga didistribusikan ke Riau. Jika hal ini terjadi maka kemungkinan dapat terjadi breeding pada populasi Riau yang menyebabkan terjadinya variasi genetik. Untuk mengetahui perbedaan variasi genetik tersebut perlu dilakukan identifikasi. Identifikasi dapat dilakukan melalui pengamatan morfologi dan molekuler. Salah satu penanda molekuler yang bisa digunakan adalah mikrosatelit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi fenotip dan genotip kerbau lokal Riau dan Sumatra Barat serta menyusun bahan ajar mata kuliah genetika berdasarkan temuan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 10 ekor kerbau lokal Riau dan 10 ekor kerbau lokal Sumatra Barat sebagai sampel dan 3 jenis primer mikrosatelit yaitu HEL 9, INRA 023, dan ILSTS 005. Untuk mengetahui variasi genotip dimulai dari tahap isolasi DNA kerbau, elektoforesis hasil isolasi DNA, PCR, elektroforesis produk PCR, dan deteksi produk PCR dengan menggunakan teknik silver staining. Analisis data dilakukan menggunakan software Genpop Vers 4.0.10 untuk mengetahui frekuensi alel, heterozigositas, PIC (Polymorphism Information Content), dan keseimbangan Hardy-WeinbergHasil penelitian menunjukkan bahwa kerbau lokal Riau dan Sumatra Barat memiliki fenotip yang hampir sama. Sebagian besar kerbau lokal Riau dan Sumatra Barat memiliki bentuk tubuh gempal, warna tubuh hitam, bentuk tanduk semi melingkar mengarah ke dorsal. Hasil analisis data menunjukkan bahwa frekuensi alel populasi kerbau lokal Riau adalah 0.40 sampai 0.60 sedangkan frekuensi alel populasi kerbau lokal Sumatra Barat adalah 0.30 hingga 0.70. Rata-rata nilai heterozigositas populasi kerbau lokal Riau (0.83) dan kerbau lokal Sumatra Barat (0.77). Lokus yang memiliki tingkat keinformatifan paling tinggi adalah lokus HEL 9 dan ILSTS 005 dengan nilai PIC adalah 0.37, sedangkan lokus INRA 023 memiliki nilai PIC 0.36. Populasi kerbau lokal Riau tidak berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg berdasarkan lokus HEL 9, INRA 023, dan ILSTS 005. Artinya frekuensi alel pada populasi Riau tidak tetap dari generasi ke generasi. Populasi kerbau lokal Sumatra Barat berdasarkan lokus HEL 9 dan ILSTS 005 tidak berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg. Nilai keseimbangan HW berdasarkan lokus HEL 9 adalah 4.44 dan lokus ILSTS 005 adalah 6.53. Sedangkan berdasarkan lokus HEL 9, populasi kerbau lokal Sumatra Barat berada dalam keseimbangan Hardy-Weinberg dengan nilai 0.95Implikasi hasil penelitian dalam pembelajaran berupa bahan ajar mata kuliah genetika yang dilengkapi dengan petunjuk praktikumnya. Berdasarkan hasil validasi diketahui bahwa bahan ajar dan petunjuk praktikum yang disusun sudah dapat digunakan dalam pembelajaran dengan persentase tingkat pencapaian 90,91% untuk bahan ajar dan 97,14% untuk petunjuk praktikum.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi fenotip dan genotip pada populasi kerbau lokal Riau dan Sumatra Barat. Bahan ajar mata kuliah genetika yang telah disusun berdasarkan hasil penelitian dapat dipergunakan dalam proses pembelajaran.