ISOLASI BAHAN AKTIF RUMPUT LAUT SEBAGAI KANDIDAT OBAT ANTIKANKER DAN ANTIBAKTERI PATOGEN PADA MANUSIA

Main Authors: Badraeni, Kasmiati, Elmi Nurhaidah Zainuddin
Terbitan: , 2008
Subjects:
Online Access: http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/3871
Daftar Isi:
  • ABSTRAK AGROKOMPLEKS 2010
  • Penemuan obat-obatan antikanker dan antibiotik berbahan baku lokal yang alami sangat diperlukan untuk mengurangi penggunaan obat yang disintesa secara kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan yang berpotensi sebagai antikanker dan antibakteri dan mendapatkan komponen bioaktifnya. Pengujian dilakukan secara in vitro, untuk uji antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar, uji sitotoksisitas dengan brine-shrimp lerthality test dan antikanker dengan MTT-test terhadap sel kanker rahim HeLa. Rumput laut diekstraksi secara berturut-turut dengan tiga pelarut organik berbeda polaritas, pertama dengan n-heksana diikuti oleh diklorometana (DCM) dan selanjutnya dengan etil asetat (EtOAc). Isolasi senyawa aktif dari ekstrak rumput laut menggunakan metode bioassay guided isolation, yaitu metode yang menggabungkan teknik pemisahan senyawa aktif dengan teknik pengujian senyawa hasil isolasi. Teknik pemisahan senyawa aktif dilakukan dengan metode kromatografi menggunakan kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom. Lima belas ekstrak dari 7 spesies rumput laut diuji untuk aktifitas sitotoksik, 33 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antikanker dan 29 ekstrak dari 11 spesies untuk aktifitas antibakteri. Dari 15 ekstrak yang diuji sitotoksik, hanya ekstrak diklorometana dari Sarconema filiforme yang tidak memperlihatkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC50 >1000 mg/mL. Dua belas ekstrak dari Rosenvingea orientalis (n-heksana, DCM), Wrangelia tanegana (n-heksana, DCM), Padina boergesenii (n-heksana, DCM, EtOAc), Codium dwarkense (n-heksana), Sargassum prismaticum (n-heksana, DCM) dan Dictyopteris acrostichoides (DCM, EtOAc) menunjukkan aktifitas yang signifikan dengan nilai LC50 <62,5 mg/mL. Dari 33 esktrak rumput laut yang diuji untuk antikanker terhadap sel Hela, hanya 5 ekstrak etil asetat dan 3 ekstrak diklorometana dari 6 spesies yang memperlihatkan potensi signifikan dalam menghambat sel kanker tersebut. Ekstrak diklorometana dari rumput laut coklat Sargassum prismaticum yang memperlihatkan aktifitas antikanker yang tertinggi terhadap sel HeLa dengan IC50 8,01 ppm. Aktifitas terendah diperlihatkan oleh ekstrak etil asetat rumput laut merah Gracilaria verrucosa dengan IC50 220,09 ppm. Jumlah esktrak etil asetat (62,5%) yang berpotensi aktif sebagai antikanker lebih banyak dari pada jumlah ekstrak diklorometana (37,5%). Sementara tidak ada satupun ekstrak heksana dari rumput laut yang memperlihatkan aktifitas antikanker. Dari 29 ekstrak yang diuji untuk potensi antibakteri, 16 ekstrak aktif menghambat pertumbuhan B. Subtilis, 13 menghambat S. aureus, 3 terhadap E. coli dan hanya 1 ekstrak yang aktif terhadap P. aeruginosa. Aktifitas tertinggi ditunjukkan oleh ekstrak diklorometana Codium dwarkense terhadap B. subtilis (zona hambatan: 19,0 mm), ekstrak heksana Rosenvingea orientalis terhadap S. aureus (zona hambatan: 17,5 mm), ekstrak diklorometana Sargassum prismaticum terhadap E. coli (zona hambatan: 12,5 mm) dan ekstrak diklorometana Wrangelia tanegana terhadap P. aeruginosa (zona hambatan: 10,0 mm). Dari profil aktifitas sitotoksik, antikanker dan antibakteri dari ekstrak rumput laut, dapat disimpulkan bahwa rumput laut asal perairan Sulawesi Selatan dapat digunakan sebagai sumber senyawa untuk pengembangan obat antikanker/antitumor dan antibiotik.