PENGARUH KOMPOSISI GENETIK PUYUH (Coturnix – coturnix japonica) HASIL PERSILANGAN ASAL TIGA DAERAH TERHADAP PERFORMANS KARKAS PUYUH BETINA AFKIR

Main Authors: Destriyani, Sri Anita, Desia , Kaharuddin, Kususiyah, Kususiyah
Format: Thesis NonPeerReviewed Book
Bahasa: eng
Terbitan: , 2007
Subjects:
Online Access: http://repository.unib.ac.id/4151/1/I%2CII%2CIII-SRI-FP.pdf
http://repository.unib.ac.id/4151/2/IV%2CV-SRI-FP.pdf
http://repository.unib.ac.id/4151/
Daftar Isi:
  • Puyuh merupakan ternak yang berpotensi untuk dikembangkan secara luas, karena selain sebagai penghasil telur, puyuh juga bisa digunakan sebagai penghasil daging. Daging puyuh memiliki rasa yang enak dan gurih dengan nilai gizi yang tinggi mengandung 21,1 % protein dan lemak yang rendah 0,7 %. Tingginya kandungan protein dan rendahnya kandungan lemak pada daging puyuh dapat dijadikan sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Karkas puyuh dapat diambil dari puyuh jantan yang tidak terpilih sebagai pejantan atau puyuh betina yang sudah afkir yaitu puyuh betina yang kemampuan untuk menghasilkan telur sudah rendah. Menjual daging puyuh belum begitu lazim di Indonesia, oleh karena itu usaha puyuh pedaging harus dikembangkan. Permasalahan yang mendasar dalam pengembangan ternak puyuh yaitu belum tersedianya bibit unggul secara komersial. Salah satu usaha yang harus dilakukan untuk mendapatkan bibit puyuh yang unggul yaitu dengan melakukan program penyilangan pada puyuh. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh komposisi genetik yang berbeda terhadap performans karkas puyuh betina afkir hasil persilangan tiga daerah (Bengkulu, Padang, Yogyakarta). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006 sampai November 2006 di Kandang Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 ekor puyuh betina afkir hasil persilangan. Komposisi genetik yang digunakan sebagai perlakuan adalah P1 (50% Bengkulu, 25% Padang, 25% Yogyakarta), P2 (50% Padang, 25% Bengkulu, 25% Yogyakarta), P3 (50% Yogyakarta, 25% Padang, 25% Bengkulu), P4 (100% Bengkulu), P5 (100% Padang), P6 (100% Yogyakarta). Variabel yang diamati adalah berat hidup, berat karkas, persentase karkas, panjang dada, lebar dada, cooking loss, dan meat bone ratio. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi genetik berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap panjang dada, berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap meat bone ratio dan cooking loss, tetapi perlakuan tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap berat hidup, berat karkas, persentase karkas dan lebar dada. Rataan Berat hidup dan berat karkas yang paling tinggi dimiliki oleh 100% Padang yaitu 183,00 gr/ekor dan 159,34 gr/ekor, sedangkan 50 % Padang, 25 % Bengkulu, 25 % Yogyakarta memiliki persentase karkas yang paling tinggi 59,99 %. Komposisi genetik 50% Bengkulu, 25 % Yogyakarta, 25 % Padang memiliki panjang dada yang paling tinggi yaitu 7,2 cm, 50% Padang, 25 % Bengkulu, 25 % Yogyakarta dan 100 % Bengkulu memiliki lebar dada paling tinggi yaitu 9,5 cm dan 50% Bengkulu, 25 % Padang, 25 % Yogyakarta memiliki Cooking loss dan meat bone ratio yang paling tinggi yaitu 25 % dan 2,85. Kesimpulan dari penelitian ini adalah performans karkas puyuh betina afkir dengan komposisi genetik 50 % Bengkulu, 25 % Padang, 25 % Yogyakarta adalah yang terbaik. Terdapat korelasi yang erat dengan nilai r = 0,4 dan persamaan regresi (Y = 7,01 + 0,02X) antara berat karkas dan lebar dada, sedangkan antara meat bone ratio dan berat karkas dengan persamaan regresi (Y = 55,84 + 14,06X).