DIALOG BAHASA, RASA, DAN CITRA
Main Authors: | Khalidya, Tri Asrie; Institut Teknologi Bandung, Damayanti, Nuning Yanti; Institut Teknologi Bandung |
---|---|
Format: | Article info application/pdf eJournal |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
Visual Art
, 2015
|
Online Access: |
http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546 http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546/464 |
ctrlnum |
article-546 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><title lang="en-US">DIALOG BAHASA, RASA, DAN CITRA</title><creator>Khalidya, Tri Asrie; Institut Teknologi Bandung</creator><creator>Damayanti, Nuning Yanti; Institut Teknologi Bandung</creator><description lang="en-US">Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya.</description><publisher lang="en-US">Visual Art</publisher><date>2015-08-13</date><type>Journal:Article</type><type>Journal:Article</type><type>Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion</type><type>File:application/pdf</type><identifier>http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546</identifier><source lang="en-US">Visual Art; Vol 4, No 1 (2015)</source><language>eng</language><relation>http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546/464</relation><recordID>article-546</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Journal:Article Journal Other:info:eu-repo/semantics/publishedVersion Other File:application/pdf File Journal:eJournal |
author |
Khalidya, Tri Asrie; Institut Teknologi Bandung Damayanti, Nuning Yanti; Institut Teknologi Bandung |
title |
DIALOG BAHASA, RASA, DAN CITRA |
publisher |
Visual Art |
publishDate |
2015 |
url |
http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546 http://jurnal-s1.fsrd.itb.ac.id/index.php/visual-art/article/view/546/464 |
contents |
Dalam masa hidupnya, manusia pasti akan mengalami peristiwa kehilangan akan sesuatu. Dari peristiwa kehilangan ini, secara psikologis manusia akan merespon dengan berbagai emosi dan perilaku, seperti munculnya kemarahan dengan keadaan, merasa tidak berdaya, atau timbulnya penyesalan yang terhadap apa yang terjadi di masa lalu. Elisabeth Kübler-Ross menyimpulkan bahwa terdapat lima fase yang akan manusia lalui setelah peristiwa kehilangan tersebut dialami, yaitu denial (penyangkalan), anger (kemarahan), bargaining (penawaran), depression (depresi), dan acceptance (penerimaan).Penulis, sebagai yang merasakan kehilangan sebuah hubungan pertemanan dan interaksi sosial di dalamnya, rusaknya sebuah pertemanan saat itu merupakan hal yang cukup mengusik hingga hari ini. Di sisi lain, rasa kehilangan itu berusaha untuk direduksi oleh penulis dengan lebih banyak dilepaskan melalui menulis. Kebiasaan menulis yang dilakukan bukanlah sebuah kegiatan pelampiasan pengungkapan emosi yang gamblang dan eksplisit, namun lebih yang banyak menggunakan gaya bahasa metafora.Tulisan metafora yang dibuat adalah katarsis yang penulis lakukan dan ingin dibawa ke tahap yang lebih lanjut, yaitu dengan karya visual. Dengan mengadaptasi pemahaman Kübler-Ross mengenai kehilangan ke dalam karya, secara visual emosi yang dilepaskan menggunakan pendekatan gaya surealisme dan metafora visual, serta drawing dengan medium ballpoint sebagai teknik untuk mengejawantahkan gagasan berkarya. |
id |
IOS741.article-546 |
institution |
Institut Teknologi Bandung |
affiliation |
onesearch.perpusnas.go.id |
institution_id |
79 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Institut Teknologi Bandung |
library_id |
100 |
collection |
Visual Art |
repository_id |
741 |
subject_area |
Sosial dan Budaya |
city |
KOTA BANDUNG |
province |
JAWA BARAT |
repoId |
IOS741 |
first_indexed |
2016-09-16T17:32:05Z |
last_indexed |
2016-09-16T17:32:05Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1722489993654435840 |
score |
17.610468 |