168 jam dalam sandera : memoar jurnalisme Indonesia yang disandera di Irak
Cerita dimulai sekembalinya Meutya dari Aceh, meliput bencana Tsunami. Ia bersama rekannya Budiyono langsung ditugaskan meliput suasana pemilu pertama Irak setelah jatuhnya kekuasaan Saddam Hussein. Negeri Irak yang kala itu benar-benar menyedihkan, menjadi medan yang sangat berat untuk Meutya dan B...
Format: | SoundDisc |
---|---|
Bahasa: | ind |
Terbitan: |
Jakarta :
Hikmah
, 2006
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1099961 http://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/sampul_koleksi/original/Rekaman Suara/1099961.jpg |
Summary: |
Cerita dimulai sekembalinya Meutya dari Aceh, meliput bencana Tsunami. Ia bersama rekannya Budiyono langsung ditugaskan meliput suasana pemilu pertama Irak setelah jatuhnya kekuasaan Saddam Hussein. Negeri Irak yang kala itu benar-benar menyedihkan, menjadi medan yang sangat berat untuk Meutya dan Budiyono dalam menjalankan tugas mereka. Bagdad yang hancur, berantakan, dan mencekam. Jalan-jalan dipenuhi tank-tank militer dan hampir di setiap sudut dijumpai tentara dengan senjata siap meletus. Namun, setelah tugas yang penuh masa penantian panjang dan berliku itu terlaksana dengan baik dan mereka siap untuk kembali ke tanah air, tiba-tiba mereka mesti kembali masuk ke Irak untuk meliput peringatan Asyura di Karbala. Meski sempat didera keraguan, namun akhirnya mereka menyanggupi. Dalam perjalanan mereka yang kedua itulah, peristiwa penculikan itu terjadi. |
---|---|
Item Description: |
Judul diambil dari kemasan Talking book dalam format Daisy |
Physical Description: |
1 CD : digital, audio ; 4 3/4 inci |
Playing Time: |
ku:ra:ng |
Format: |
Persyaratan sistem Daisy consortium versi 2.02 |