Daftar Isi:
  • Abstract. Kurangnya keterlibatan petani dalam rantai nilai membuat petani merasa disisihkan dan tidak diikutsertakan dalam rantai pasok. Kondisi tersebut menyebabkan ketidakpuasan petani rakyat terhadap kondisi pasar khususnya pasar kopi. Penelitian bertujuan untuk melihat keinklusifan petani rakyat kopi dalam rantai nilai Java Arabica Coffee. Penelitian dilakukan di Kabupaten Bondowoso, dengan responden sebanyak 72 orang petani koperasi dan 72 orang petani non-koperasi. Pengumpulan data diperoleh dengan menyebarkan kuisioner dan wawancara. Data diolah dengan menggunakan link metodologi dengan empat alat analisis yaitu peta rantai nilai, model bisnis kanvas, prinsip model bisnis baru, dan siklus prototipe. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa model bisnis inklusif dapat dilihat dengan kemitraan yang terbentuk. Kemitraan yang terbentuk pada petani koperasi sangat menguntungkan dan dapat mendukung keberlanjutan usaha kopi sedangkan model bisnis inklusif pada petani non-koperasi, menyatakan bahwa petani non-koperasi kurang memiliki kemitraan yang kuat, sehingga petani tidak memiliki hubungan pelanggan yang baik. Pada peta rantai nilai diketahui kemitraan yang paling berpengaruh bagi petani koperasi dan non-koperasi adalah Pemda Kabupaten Bondowoso. Hal tersebut didukung dengan model bisnis kanvas, diketahui bahwa petani koperasi memiliki mitra dukung yang kuat, sedangkan petani non-koperasi kurang memiliki mitra dukung yang kuat. Pada model bisnis baru petani koperasi dan non-koperasi diketahui telah dilbatkan dalam proses penentuan harga baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada siklus prototipe disarankan petani koperasi memiliki inovasi seperti dapat menyediakan bibit unggul secara mandiri dengan alat dan teknologi yang tersedia. Sedangkan pada petani non-koperasi dapat menggunakan dan meningkatkan akses melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Kata kunci: Java arabica coffee, bisnis inklusif, link metodologi, petani koperasi, petani non-koperasiAbstract. Farmer's lack of involvements in the supply chain has distanced them and not being involved in the supply chain process. This situation provoked dissatisfaction in shareholders towards the market situation, more specifically, in the coffee market. This study aimed to see the inclusiveness of coffee shareholders in Java Arabica Coffee supply chain. This research was carried out at Bondowoso district, with 72 cooperatives farmers and 72 non-cooperative farmers as the respondents. Data collection was gathered using questionnaire and interviews and the results were processed using Link Methodology with its four analytical instruments: The Value Chain Map, The Business Model Canvas, The New Business Model, and The Prototype Cycle. This research revealed that inclusive business models could be observed from the partnership formed. The partnerships at cooperation farmers were very profitable and supportive towards sustainable coffee business, meanwhile, for inclusive business model business to non-cooperative farmers shows they lack a strong partnership because farmers do not have good customer relations. From the Value Chain Map, it is revealed that the most influential partnership for both cooperation farmers and non-cooperative farmers is with Bondowoso Regency Administrators. This is also supported by business model canvas, indicating that cooperation farmers have strong supporting partners, meanwhile non-cooperative farmers have less supporting partners. Through new business model, it is revealed that cooperation and non-cooperative partners are involved in the price-making process, either directly or indirectly. Prototyping cycle suggests cooperative farmers own innovations such as providing high-quality seeds independently using available equipment and technology. While for non-cooperative farmers, they can utilize and increase the access to Information & Communication Technology (ICT).Keywords: Java arabica coffee, inclusive business, link methodology, cooperation farmers, non-cooperation farmers.