Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik Pada Era Modernisasi Pertanian Di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu – Jawa Timur
Main Authors: | -, Hamyana, Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, M.S., Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S., Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S. |
---|---|
Format: | Thesis NonPeerReviewed Book |
Bahasa: | eng |
Terbitan: |
, 2022
|
Subjects: | |
Online Access: |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/1/Hamyana.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/ |
ctrlnum |
192276 |
---|---|
fullrecord |
<?xml version="1.0"?>
<dc schemaLocation="http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc/ http://www.openarchives.org/OAI/2.0/oai_dc.xsd"><relation>http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/</relation><title>Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik
Pada Era Modernisasi Pertanian Di Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu – Jawa Timur</title><creator>-, Hamyana</creator><creator>Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, M.S.</creator><creator>Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S.</creator><creator>Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S.</creator><subject>301 Sociology and anthropology</subject><description>HAMYANA, 177040100111016, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Program Pasca Sarjana Ilmu Pertanian Peminatan Sosiologi Pedesaan,
2022. Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik di Era Modernisasi
Pertanian (Studi pada Komunitas Petani Organik di Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu – Jawa Timur). Promotor: Prof. Kliwon Hidayat, M.S.; Ko –
Promotor 1: Prof. Dr. ir. Keppi Sukesih, M.S.; Ko – Promotor 2: Prof. Dr. Ir.
Yayuk Yuliati, M.S.
Modernisasi pertanian di Kota Batu yang diaktualisasikan dalam corak
ragam pola budidaya dan teknologi yang digunakan tidak hanya mampu
meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha tani. Disisi lain, penggunaan
input kimia sintetis dan teknologi sempalan juga telah berdampak pada
semakin rusaknya lingkungan dan tenggelamnya potensi lokal dalam
hegemoni dan dominasi modernitas. Atas keresahan akan semakin
terkikisnya potensi lokal oleh modernisasi pertanian, mendorong
munculnya sekelompok petani yang menamakan dirinya komunitas petani
organik yang berupaya melakukan gerakan dekonstruktif atas hegemoni
dan dominasi modernisasi pertanian. Spirit resistensi yang dilakukan oleh
komunitas petani organik sebagai representasi unsur lokal dengan petani
modern sebagai representasi unsur modernitas pada konteks perjumpaan
antara unsur lokal dan global, masih sangat jarang dikaji oleh sebagian
besar peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu mengisi
kekosongan diskusi teoritik tentang perlawanan komunitas lokal terhadap
modernisasi pertanian dalam spirit gerakan dekonstruktif untuk
mempertahankan eksistensi identitasnya.
Penelitian ini memfokuskan pada tiga rumusan masalah penelitian yakni:
pertama, bagaimana tipologi dan relasi kuasa aktor dalam implementasi
pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu; kedua, bagaimana
reduksi sikap dan nilai petani dalam implementasi pertanian organik di
Kecamatan Bumiaji - Kota Batu?; ketiga, bagaimana proses dekonstruksi
identitas moral petani organik dalam mempertahankan eksistensi dirinya
pada era modernisasi di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu?.
Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, memahami tipologi dan relasi kuasa
aktor dalam implementasi pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota
Batu; kedua, menganalisis reduksi sikap dan nilai petani dalam
implementasi pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu; ketiga,
menganalisis proses dekonstruksi identitas moral petani organik dalam
mempertahankan eksistensi dirinya pada era modernisasi di Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu.
Tiga fokus penelitian di atas, dijawab secara empiris dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan strategi hermeneutik radikal. Unit
analisis penelitian ini adalah komunitas petani organik, sementara subjek
xix
penelitian meliputi informan kunci, pemerintah atau aparatur birokrasi, tokoh
masyarakat pada lokus kajian, pengusaha pertanian atau pemilik modal, elit
politik lokal, dan petani organik. Data primer yang bersumber dari informan
kunci dan informan/subjek penelitian dikumpulkan melalui wawancara
mendalam dan ogservasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi dokumen pada naskah – naskah yang relevan seperti monografi,
laporan kegiatan, jurnal, peraturan perundangan, notulensi, dan surat
kabar/koran. Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
observasi dan studi dokumen dianalisis dengan menggunakan model
analisis spiral (Creswell, 2015). Pertama, manajemen data. Pada tahap ini,
yang dilakukan adalah Mengidentifikasi oposisi biner pada teks. Kedua,
membaca dan membuat memo. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
Membaca teks dengantujuan melawan teks itu sendiri sebagai ketidak
sadaran tekstual. Ketiga, menderkripsikan, mengklasifkasikan, dan
menafsirkan data menjadi kode dan tema. Pada tahap ini yang dilakukan
adalah memilih ciri-ciri permukaan dari kata-kata persamaan bunyi, akar
makna kata, dan metafora. Keempat, menafsirkan data. Penafsiran data
dalam penelitian kualitatif adalah keluar dari kode dan tema menuju makna
yang lebih luas. Pada konteks penelitian hermeneutik radikal, yang
dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi cerita atau rangkaian
pengalaman, mengidentifikasi ephiphanies (titik balik), mengidentifikasi
bahan kontekstual. Kelima, menyajikan dan memvisualisaikan data. Pada
konteks penelitian hermenetik radikal, yang dilakukan pada tahap ini adalah
menafsirkan makna yang lebih luas dari cerita tersebut, dan menyajikan
narasi dengan berfokus pada proses, teori, dan ciri unik dan umum dari
kehidupan tersebut.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama,
tipologi aktor dalam implementasi pertanian organik terdiri 4 (empat) tipe
yaitu: aktor tipe A, aktor tipe B, aktor tipe C dan aktor tipe D. Aktor tipe A,
merupakan aktor yang beroriantasi pada nilai – nilai spiritual sehingga
praksis pertanian organik diimplementasikan sebagai wujud ibadah dan
perwujudan rasa syukur atas karunia Allah SWT. Aktor tipe B adalah aktor
yang berorientasi pada nilai-nilai moralitas, sehingga praksis pertanian
organik diaktualisasikan sebagai wujud kearifan, dan tanggung jawab moral
akan kelestarian nilai – nilai luhur dalam mengelola lahan dan sumberdaya
lainnya. Aktor tipe C adalah aktor yang berorientasi pada nilai-nilai ekonomi,
sehingga praksis pertanian organik diimplementasikan sebagai upaya
untuk mengakumulasi keuntungan rupiah berdasarkan kalkulasi untung –
rugi dari pilihan-pilihan yang mereka miliki. Aktor tipe D merupakan aktor
yang berorientasi pada nilai-nilai politik, sehingga praksis pertanian organik
dilakukan dalam rangka memelihara dan meraik kekuasaan atau legitimasi.
Kedua, relasi kuasa aktor dalam implementasi pertanian organik dianalisis
berdasarkan pergulatan kuasa wacana yang melibatkan berbagai aktor.
Kontestasi aktor satu dengan aktor lainnya memunculkan aktor dominan
yang terdiri dari unsur agen kapitalis, elit politik dan apparatus negara. Agen
kapitalis terdiri dari para pemilik modal, pengusaha pertanian baik hulu,
onfarm maupun hilir. Elit politik terdiri dari para elit desa yang terafiliasi
dengan jaringan politik seperti partai politik tertentu. Aparatus negara terdiri
xx
dari aktor yang merupakan perangkat ASN baik pada level daerah maupun
level pusat. Para aktor dominan melakukan tindakan melalui serangkan
symbolic violence untuk memaksakan wacana dan retorika berupa
kehadiran pemeritah yang berpihak pada petani, pemerintah yang hadir
untuk menjaga kelestarian lingkungan, dan pemerintah yang hadir untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Aktor dominan yang didukung oleh
berbagai perangkat dan fasilitas menjelma sebagai aktor yang tak
terbendung dalam menancapkan kuasanya atas aktor lainnya.
Ketiga, bermula dari inisiasi program “Batu Go organik” yang sarat dengan
berbagai kepentingan, menempatkan implementasi pengembangan
pertanian organik pada persimpangan antara proyek dan gerakan
komunitas. Sebagai sebuah proyek, nilai – nilai pertanian organik tereduksi
dalam makna yang melenceng jauh dari hakikat dan filosofi organis yang
sesungguhnya. Pertanian organik tidak lebih dari sebuah pendekatan
developmentalisme yang menjebak petani dalam berbagai ketergantungan,
ketiada berdayaan dan eksploitasi dalam bentuk yang lain. Namun
demikian, peristiwa reduksi sikap dan nilai pertanian organik pada satu sisi
juga telah melahirkan keresahan bagi beberapa aktor yang prihatin akan
semakin jatuhnya moralitas petani dalam memperlakukan tanah, air, dan
sumberdaya lainnya. Keprihatinan dan keresahan ini kemudian
diaktualisasikan dalam gerakan resistensi yang berupaya untuk menolak
kemapanan, memelihara keberlanjutan ekosistem dan reorientasi nilai dan
identitas lokal.
Keempat, Perjumpaan antara unsur global dan unsur lokal telah melahirkan
agensi moral yang berjuang untuk mempertahankan eksistensinya.
Pergulatan modernitas dan lokalitas/tradisionalitas adalah sebuah
keniscayaan, namun dibalik itu semua, oposisi biner antara “the other”,
“orang asing”, “mereka” sebagai manifestasi identitas modern dengan “self”,
“diri”, “kami” sebagai identitas lokalitas/tradisionalitas, harus dibongkar atau
didekonstruksi. Gerakan dekonstruktif sebagai bentuk anarkis untuk
menunda atau mendestabilisasi kekakuan cara berfikir modernitas
diaktualisasikan dalam gerakan kampung biogas dan gerakan agens
hayati. Gerakan kampung biogas dan agens hayati yang terlahir karena
dominasi the other dalam bentuk pupuk kimia, bahan bakar gas dan
pestisida kimia dibongkar dan dihancurkan melalui gerakan pemanfaatan
kotoran hewan yang diolah menjadi biogas dan pupuk organik serta agens
hayati sebagai bentuk eksistensi self. Dalam konteks ini kampung biogas
dan agens hayati sebagai bentuk “Differance” sekaligus spectral bagi the
other, orang asing atau mereka. Dengan demikian maka identitas
modernitas ditunda, sekaligus ditangguhkan melalui gerakan kampung
biogas dan agens hayati sebagai bentuk indentitas lokalitas atau
tradisionalitas.
Berdasarkan empat kesimpulan diatas, dapat dikembangkan proposisi
sebagai berikut :
Dekonstruksi identitas moral petani dilakukan melalui gerakan
membedakan (spesialisasi) sekaligus menangguhkan (temporalisasi)
yang tereksternalisasi dalam gerakan kampung biogas dan agens hayati.
xxi
Gerakan kampung biogas dan agens hayati adalah identitas yang merupakan
perjumpaan mentalitas ke”kami”an (self) dan mentalitas ke”mereka”an (the
other) yang tereksternalisasi dalam mentalitas ke”kita”an (“we-ness”).
Tindakan petani dalam pemanfaatan agens hayati dan biogas
merupakan manifestasi dari interaksi agensi dan struktur yang bersifat
dualitas dan dinamis.
Rekomendasi akademis yang ditawarkan oleh penelitian ini adalah: hasil
penelitian ini bisa dijadikan refferensi sebagai titik awal dalam melanjutkan
penelitian lanjutan yang sejenis atau bisa juga dijadikan objek sanggahan
dalam memunculkan gambaran, definisi, maupun proposisi baru dari yang
sudah dihasilkan dalam disertasi ini. Sedangkan rekomendasi praktis yang
ditawarkan oleh penelitian ini adalah: hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan program
pembangunan pertanian khususnya pengembangan pertanian organik
yang lebih memperhatikan dan berorientas pada kearifan lokal dan potensi
lokal yang dimiliki oleh sebuah wilayah.</description><date>2022-06-14</date><type>Thesis:Thesis</type><type>PeerReview:NonPeerReviewed</type><type>Book:Book</type><language>eng</language><identifier>http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/1/Hamyana.pdf</identifier><identifier> -, Hamyana and Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, M.S. and Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. and Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S. (2022) Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik Pada Era Modernisasi Pertanian Di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu – Jawa Timur. Doktor thesis, Universitas Brawijaya. </identifier><relation>0622040003</relation><identifier>0622040003</identifier><recordID>192276</recordID></dc>
|
language |
eng |
format |
Thesis:Thesis Thesis PeerReview:NonPeerReviewed PeerReview Book:Book Book |
author |
-, Hamyana Prof. Dr. Ir. Kliwon Hidayat, M.S. Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.S. Prof. Dr. Ir. Yayuk Yuliati, M.S. |
title |
Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik
Pada Era Modernisasi Pertanian Di Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu – Jawa Timur |
publishDate |
2022 |
isbn |
9780622040004 |
topic |
301 Sociology and anthropology |
url |
http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/1/Hamyana.pdf http://repository.ub.ac.id/id/eprint/192276/ |
contents |
HAMYANA, 177040100111016, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
Program Pasca Sarjana Ilmu Pertanian Peminatan Sosiologi Pedesaan,
2022. Dekonstruksi Identitas Moral Petani Organik di Era Modernisasi
Pertanian (Studi pada Komunitas Petani Organik di Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu – Jawa Timur). Promotor: Prof. Kliwon Hidayat, M.S.; Ko –
Promotor 1: Prof. Dr. ir. Keppi Sukesih, M.S.; Ko – Promotor 2: Prof. Dr. Ir.
Yayuk Yuliati, M.S.
Modernisasi pertanian di Kota Batu yang diaktualisasikan dalam corak
ragam pola budidaya dan teknologi yang digunakan tidak hanya mampu
meningkatkan efisiensi dan produktifitas usaha tani. Disisi lain, penggunaan
input kimia sintetis dan teknologi sempalan juga telah berdampak pada
semakin rusaknya lingkungan dan tenggelamnya potensi lokal dalam
hegemoni dan dominasi modernitas. Atas keresahan akan semakin
terkikisnya potensi lokal oleh modernisasi pertanian, mendorong
munculnya sekelompok petani yang menamakan dirinya komunitas petani
organik yang berupaya melakukan gerakan dekonstruktif atas hegemoni
dan dominasi modernisasi pertanian. Spirit resistensi yang dilakukan oleh
komunitas petani organik sebagai representasi unsur lokal dengan petani
modern sebagai representasi unsur modernitas pada konteks perjumpaan
antara unsur lokal dan global, masih sangat jarang dikaji oleh sebagian
besar peneliti. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan mampu mengisi
kekosongan diskusi teoritik tentang perlawanan komunitas lokal terhadap
modernisasi pertanian dalam spirit gerakan dekonstruktif untuk
mempertahankan eksistensi identitasnya.
Penelitian ini memfokuskan pada tiga rumusan masalah penelitian yakni:
pertama, bagaimana tipologi dan relasi kuasa aktor dalam implementasi
pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu; kedua, bagaimana
reduksi sikap dan nilai petani dalam implementasi pertanian organik di
Kecamatan Bumiaji - Kota Batu?; ketiga, bagaimana proses dekonstruksi
identitas moral petani organik dalam mempertahankan eksistensi dirinya
pada era modernisasi di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu?.
Penelitian ini bertujuan untuk; pertama, memahami tipologi dan relasi kuasa
aktor dalam implementasi pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota
Batu; kedua, menganalisis reduksi sikap dan nilai petani dalam
implementasi pertanian organik di Kecamatan Bumiaji - Kota Batu; ketiga,
menganalisis proses dekonstruksi identitas moral petani organik dalam
mempertahankan eksistensi dirinya pada era modernisasi di Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu.
Tiga fokus penelitian di atas, dijawab secara empiris dengan menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan strategi hermeneutik radikal. Unit
analisis penelitian ini adalah komunitas petani organik, sementara subjek
xix
penelitian meliputi informan kunci, pemerintah atau aparatur birokrasi, tokoh
masyarakat pada lokus kajian, pengusaha pertanian atau pemilik modal, elit
politik lokal, dan petani organik. Data primer yang bersumber dari informan
kunci dan informan/subjek penelitian dikumpulkan melalui wawancara
mendalam dan ogservasi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui
studi dokumen pada naskah – naskah yang relevan seperti monografi,
laporan kegiatan, jurnal, peraturan perundangan, notulensi, dan surat
kabar/koran. Data yang telah dikumpulkan melalui wawancara mendalam,
observasi dan studi dokumen dianalisis dengan menggunakan model
analisis spiral (Creswell, 2015). Pertama, manajemen data. Pada tahap ini,
yang dilakukan adalah Mengidentifikasi oposisi biner pada teks. Kedua,
membaca dan membuat memo. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
Membaca teks dengantujuan melawan teks itu sendiri sebagai ketidak
sadaran tekstual. Ketiga, menderkripsikan, mengklasifkasikan, dan
menafsirkan data menjadi kode dan tema. Pada tahap ini yang dilakukan
adalah memilih ciri-ciri permukaan dari kata-kata persamaan bunyi, akar
makna kata, dan metafora. Keempat, menafsirkan data. Penafsiran data
dalam penelitian kualitatif adalah keluar dari kode dan tema menuju makna
yang lebih luas. Pada konteks penelitian hermeneutik radikal, yang
dilakukan pada tahap ini adalah mengidentifikasi cerita atau rangkaian
pengalaman, mengidentifikasi ephiphanies (titik balik), mengidentifikasi
bahan kontekstual. Kelima, menyajikan dan memvisualisaikan data. Pada
konteks penelitian hermenetik radikal, yang dilakukan pada tahap ini adalah
menafsirkan makna yang lebih luas dari cerita tersebut, dan menyajikan
narasi dengan berfokus pada proses, teori, dan ciri unik dan umum dari
kehidupan tersebut.
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: pertama,
tipologi aktor dalam implementasi pertanian organik terdiri 4 (empat) tipe
yaitu: aktor tipe A, aktor tipe B, aktor tipe C dan aktor tipe D. Aktor tipe A,
merupakan aktor yang beroriantasi pada nilai – nilai spiritual sehingga
praksis pertanian organik diimplementasikan sebagai wujud ibadah dan
perwujudan rasa syukur atas karunia Allah SWT. Aktor tipe B adalah aktor
yang berorientasi pada nilai-nilai moralitas, sehingga praksis pertanian
organik diaktualisasikan sebagai wujud kearifan, dan tanggung jawab moral
akan kelestarian nilai – nilai luhur dalam mengelola lahan dan sumberdaya
lainnya. Aktor tipe C adalah aktor yang berorientasi pada nilai-nilai ekonomi,
sehingga praksis pertanian organik diimplementasikan sebagai upaya
untuk mengakumulasi keuntungan rupiah berdasarkan kalkulasi untung –
rugi dari pilihan-pilihan yang mereka miliki. Aktor tipe D merupakan aktor
yang berorientasi pada nilai-nilai politik, sehingga praksis pertanian organik
dilakukan dalam rangka memelihara dan meraik kekuasaan atau legitimasi.
Kedua, relasi kuasa aktor dalam implementasi pertanian organik dianalisis
berdasarkan pergulatan kuasa wacana yang melibatkan berbagai aktor.
Kontestasi aktor satu dengan aktor lainnya memunculkan aktor dominan
yang terdiri dari unsur agen kapitalis, elit politik dan apparatus negara. Agen
kapitalis terdiri dari para pemilik modal, pengusaha pertanian baik hulu,
onfarm maupun hilir. Elit politik terdiri dari para elit desa yang terafiliasi
dengan jaringan politik seperti partai politik tertentu. Aparatus negara terdiri
xx
dari aktor yang merupakan perangkat ASN baik pada level daerah maupun
level pusat. Para aktor dominan melakukan tindakan melalui serangkan
symbolic violence untuk memaksakan wacana dan retorika berupa
kehadiran pemeritah yang berpihak pada petani, pemerintah yang hadir
untuk menjaga kelestarian lingkungan, dan pemerintah yang hadir untuk
meningkatkan kesejahteraan petani. Aktor dominan yang didukung oleh
berbagai perangkat dan fasilitas menjelma sebagai aktor yang tak
terbendung dalam menancapkan kuasanya atas aktor lainnya.
Ketiga, bermula dari inisiasi program “Batu Go organik” yang sarat dengan
berbagai kepentingan, menempatkan implementasi pengembangan
pertanian organik pada persimpangan antara proyek dan gerakan
komunitas. Sebagai sebuah proyek, nilai – nilai pertanian organik tereduksi
dalam makna yang melenceng jauh dari hakikat dan filosofi organis yang
sesungguhnya. Pertanian organik tidak lebih dari sebuah pendekatan
developmentalisme yang menjebak petani dalam berbagai ketergantungan,
ketiada berdayaan dan eksploitasi dalam bentuk yang lain. Namun
demikian, peristiwa reduksi sikap dan nilai pertanian organik pada satu sisi
juga telah melahirkan keresahan bagi beberapa aktor yang prihatin akan
semakin jatuhnya moralitas petani dalam memperlakukan tanah, air, dan
sumberdaya lainnya. Keprihatinan dan keresahan ini kemudian
diaktualisasikan dalam gerakan resistensi yang berupaya untuk menolak
kemapanan, memelihara keberlanjutan ekosistem dan reorientasi nilai dan
identitas lokal.
Keempat, Perjumpaan antara unsur global dan unsur lokal telah melahirkan
agensi moral yang berjuang untuk mempertahankan eksistensinya.
Pergulatan modernitas dan lokalitas/tradisionalitas adalah sebuah
keniscayaan, namun dibalik itu semua, oposisi biner antara “the other”,
“orang asing”, “mereka” sebagai manifestasi identitas modern dengan “self”,
“diri”, “kami” sebagai identitas lokalitas/tradisionalitas, harus dibongkar atau
didekonstruksi. Gerakan dekonstruktif sebagai bentuk anarkis untuk
menunda atau mendestabilisasi kekakuan cara berfikir modernitas
diaktualisasikan dalam gerakan kampung biogas dan gerakan agens
hayati. Gerakan kampung biogas dan agens hayati yang terlahir karena
dominasi the other dalam bentuk pupuk kimia, bahan bakar gas dan
pestisida kimia dibongkar dan dihancurkan melalui gerakan pemanfaatan
kotoran hewan yang diolah menjadi biogas dan pupuk organik serta agens
hayati sebagai bentuk eksistensi self. Dalam konteks ini kampung biogas
dan agens hayati sebagai bentuk “Differance” sekaligus spectral bagi the
other, orang asing atau mereka. Dengan demikian maka identitas
modernitas ditunda, sekaligus ditangguhkan melalui gerakan kampung
biogas dan agens hayati sebagai bentuk indentitas lokalitas atau
tradisionalitas.
Berdasarkan empat kesimpulan diatas, dapat dikembangkan proposisi
sebagai berikut :
Dekonstruksi identitas moral petani dilakukan melalui gerakan
membedakan (spesialisasi) sekaligus menangguhkan (temporalisasi)
yang tereksternalisasi dalam gerakan kampung biogas dan agens hayati.
xxi
Gerakan kampung biogas dan agens hayati adalah identitas yang merupakan
perjumpaan mentalitas ke”kami”an (self) dan mentalitas ke”mereka”an (the
other) yang tereksternalisasi dalam mentalitas ke”kita”an (“we-ness”).
Tindakan petani dalam pemanfaatan agens hayati dan biogas
merupakan manifestasi dari interaksi agensi dan struktur yang bersifat
dualitas dan dinamis.
Rekomendasi akademis yang ditawarkan oleh penelitian ini adalah: hasil
penelitian ini bisa dijadikan refferensi sebagai titik awal dalam melanjutkan
penelitian lanjutan yang sejenis atau bisa juga dijadikan objek sanggahan
dalam memunculkan gambaran, definisi, maupun proposisi baru dari yang
sudah dihasilkan dalam disertasi ini. Sedangkan rekomendasi praktis yang
ditawarkan oleh penelitian ini adalah: hasil penelitian ini bisa dijadikan
bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan dan program
pembangunan pertanian khususnya pengembangan pertanian organik
yang lebih memperhatikan dan berorientas pada kearifan lokal dan potensi
lokal yang dimiliki oleh sebuah wilayah. |
id |
IOS4666.192276 |
institution |
Universitas Brawijaya |
affiliation |
mill.onesearch.id fkp2tn.onesearch.id |
institution_id |
30 |
institution_type |
library:university library |
library |
Perpustakaan Universitas Brawijaya |
library_id |
480 |
collection |
Repository Universitas Brawijaya |
repository_id |
4666 |
subject_area |
Indonesian Language Collection/Kumpulan Karya Umum dalam Bahasa Indonesia* |
city |
MALANG |
province |
JAWA TIMUR |
shared_to_ipusnas_str |
1 |
repoId |
IOS4666 |
first_indexed |
2022-12-06T07:25:07Z |
last_indexed |
2022-12-06T07:25:07Z |
recordtype |
dc |
_version_ |
1751456392680570880 |
score |
17.610285 |